Selasa, 27 Februari 2018

KONSEP FERTILITAS



MAKALAH PENGANTAR ILMU KEPENDUDUKAN


KONSEP FERTILITAS

Description: FB_IMG_1483444469109.jpg

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1.     WAHYUNI USMAN              NIM :1613201010
2.     DHEA ATIKA DIANRI                   NIM :1613201003

DOSEN PEMBIMBING : RIZKI RAHMAWATI,M.Kes


PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PAHLAWAN
 TUANKU TAMBUSAI 


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................... i

BAB 1 PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG......................................................................... 1
B.     RUMUSAN MASALAH..................................................................... 2
C.    TUJUAN............................................................................................... 2
D.    MANFAAT.......................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A.    Pengertian fertilitas............................................................................... 4
B.     Konsep konsep fertilitas........................................................................ 4
C.     Mengukur fertilitas................................................................................ 5
D.    Fekunditas dan reproduksi manusia...................................................... 8
E.     Variabel antara...................................................................................... 9
F.      Variabel hubungan sex........................................................................ 10
G.    Variabel – variable konsepsi................................................................ 15
H.    Variabel kehamilan dan kelahiran....................................................... 16
I.       Sikap dan norma................................................................................. 19
J.       Beberapa perbedaan fertilitas.............................................................. 20
BAB III PENUTUP
A.     KESIMPULAN................................................................................. 22
B.     SARAN.............................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas. Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
Istilah fertilitias sering disebut dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang wanita dengan adanya tanda-tanda kehidupan, seperti bernapas, berteriak, bergerak, jantung berdenyut dan lain sebagainya. Sedangkan paritas merupakan jumlah anak yang telah dipunyai oleh wanita. Apabila waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan, maka disebut dengan lahir mati (still live) yang di dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran.
Kemampuan fisiologis wanita untuk memberikan kelahiran atau berpartisipasi dalam reproduksi dikenal dengan istilah fekunditas. Tidak adanya kemampuan ini disebut infekunditas, sterilitas atau infertilitas fisiologis.
Pengetahuan yang cukup dapat dipercaya mengenai proporsi dari wanita yang tergolong subur dan tidak subur belum tersedia. Ada petunjuk bahwa di beberapa masyarakat yang dapat dikatakan semua wanita kawin dan ada tekanan sosial yang kuat terhadap wanita/ pasangan untuk mempunyai anak, hanya sekiat satu atau dua persen saja dari mereka yang telah menjalani perkawinan beberapa tahun tetapi tidak mempunyai anak. Seorang wanita dikatakan subur jika wanita tersebut pernah melahirkan paling sedikit seorang bayi.
Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas (kematian) karena seorang wanita hanya meninggal sekali, tetapi dapat melahirkan lebih dari seorang bayi. Kompleksnya pengukuran fertilitas ini karena kelahiran melibatkan dua orang (suami dan istri), sedangkan kematian hanya melibatkan satu orang saja (orang yang meninggal). Seseorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya, seorang wanita yang telah melahirkan seorang anak, tidak berarti resiko melahirkan dari wanita tersebut menurun.

B.   RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah konsep fertilitas ?
2.      Bagaimana cara mengukur fertilitas ?
3.      Apa yang dimaksud dengan fekunditas dan reproduksi manusia ?
4.      Apa yang dimaksud dengan variable antara ?
5.      Apa yang dimaksud dengan variable hubungan sex ?
6.      Apa yang dimaksud dengan variable variable konsepsi ?
7.      Apa yang dimaksud dengan variable kehamilan dan kelahiran ?
8.      Bagaimana sikap dan norma dalam berkehidupan ?
9.      Apa perbedaan fertilitas ?

C.   TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui konsep fertilitas ?
2.      Untuk mengetahui cara mengukur fertilitas ?
3.      Untuk mengetahui fekunditas dan reproduksi manusia ?
4.      Untuk mengetahui variable antara ?
5.      Untuk mengetahui variable hubungan sex ?
6.      Untuk mengetahui variable-  variable konsepsi ?
7.      Untuk mengetahui variable kehamilan dan kelahiran ?
8.      Untuk mengetahui sikap dan norma dalam berkehidupan ?
9.      Untuk mengetahui apa perbedaan fertilitas ?

D.   MANFAAT
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :
1.      Dapat memahami konsep fertilitas ?
2.      Dapat memahami cara mengukur fertilitas ?
3.      Dapat memahami fekunditas dan reproduksi manusia ?
4.      Dapat memahami variable antara ?
5.      Dapat memahami variable hubungan sex ?
6.      Dapat memahami variable-  variable konsepsi ?
7.      Dapat memahami variable kehamilan dan kelahiran ?\
8.      Dapat memahami sikap dan norma dalam berkehidupan ?
9.      Dapat memahami apa perbedaan fertilitas ?














BAB II
PEMBAHASAN

KONSEP FERTILITAS
A.    Pengertian Fertilitas
Fertilitas (Inggris: Fertility) sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain, fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Kedua hal ini berkaitan erat, dimana fekunditas merupakan modal awal dari seorang perempuan untuk mengalami fertilitas dalam hidupnya dan seorang yang telah mengalami fertilitas pasti fekunditasnya baik.
Kelahiran dapat diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau kelompok wanita. Fertilitas merupakan taraf kelahiran penduduk yang sesungguhnya berdasarkan jumlah kelahiran yang terjadi. Pengertian ini digunakan untuk menunjukkan pertambahan jumlah penduduk. Fertilitas disebut juga dengan natalitas.
Ada satu kata yang memiliki makna yang menyerupai fertilitas, yaitu natalitas. Perbedaan keduanya hanya pada ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk, sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.

B.     Konsep-konsep Fertilitas
Dalam buku Dasar-dasar Demografi terbitan FE UI, dijelaskan konsep-konsep penting yang harus dipegang dalam mengkaji fenomena fertilitas, diantaranya:
1.      Lahir hidup (Life Birth), menurut WHO, adalah suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan, misal : bernafas, ada denyut jantungnya atau tali pusat atau gerakan-gerakan otot.
2.      Lahir mati (Still Birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
3.      Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kurang dari 28 minggu. Ada dua macam abortus : disengaja (induced) dan tidak disengaja (spontaneus). Abortus yang disengaja mungkin lebih sering kita kenal dengan istilah aborsi dan yang tidak disengaja lebih sering kita kenal dengan istilah keguguran.
4.      Masa reproduksi (Childbearing age) adalah masa dimana perempuan melahirkan, yang disebut juga usia subur (15-49 tahun).
C.    Mengukur fertilitas
1.      Pengukuran fertilitas tahunan
a.      Tingkat fertilitas kasar (Crude Birth Rate) / CBR
didefinisikan sebagai banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau dengan rumus dapat ditulis sbb:


CBR tingkat kelahiran kasar
CBR          = Crude Birth Rate / tingkat kelahiran kasar
Pm            = Penduduk pada pertengahan tahun
k                = konstanta, biasanya 1000
B               = jumlah kelahiran pada tahun tertentu
b.      Tingkat Fertilitas Umur
Perbandingan jumlah kelahiran hidup dengan jumlah perempuan usia subur (15-49 tahun). Jadi sebagai penyebut tidak menggunakan jumlah penduduk pada pertengahan tahun tetapi jumlah penduduk perempuan usia subur (15-49 tahun).


GFR             = tingkat fertilitas umum (General Fertility Rate)/ GFR
B                   = jumlah kelahiran
Pf (15-49)    = jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada pertengahan tahun

c.       Tingkat fertilitas menurut umur (Age Spesific Fertility Rate)
Jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok umur tertentu (berjangka 5 tahun) antara umur 15-49 tahun.


Age spesific Fertility rate ASFRI
ASFRi       : angka fertilitas menurut umur
i                 : kelompok umur wanita
Bi              : jumlah kelahiran pada kelompok umur i pada suatu tahun tertentu
Pfi             : jumlah wanita pada kelompok umur I pada pertengahan tahun yang sama
K               : 1000

d.      tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran (Birth Order Spesific Fertility Rate)/ BOSFR
Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran sangat mungkin untuk mengukur tinggi rendahnya fertilitas di suatu Negara. Kemungkinan seorang istri untuk menambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu, dan juga umur anak yang masih hidup. Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran dapat ditulis dengan rumus:


Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran (BOSFR)
BOSFR                 = Birth Order Spesific Fertility Rate
Boi                        = jumlah kelahiran urutan ke-i
Pf (15-49)            = jumlah perempuan umur 15-49 pada pertengahan tahun
K                            = 1.000
2.      Pengukuran fertilitas cumulative
a.       tingkat fertilitas total ( total fertility rates = TFR )
adalah sebagai jumlah kelahiran hidup laki2 dan perempuan tiap 1000 peduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksi dengan catatan :
1)      tidak ada seorang perempuan yg meninggla seblum mengakhiri masa reproduksi
2)      tingkat ferilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu.

b.      Angka Reproduksi Kotor (Gross Reprodaction Rate = GRR)
jumlah kelahiran hidup bayi perempuan dari suatu kohor perempuan oleh 1000 perempuan sepanjang masa reproduksinya, dg asumsi tdk ada seorang perempuan  yg meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya.

Angka Reproduksi Kotor (GRR)
ASFRfi      = angka kelahiran bayi perempuan pd klp umur i per 1000 perempuan klp umur i
GRR          =  5 x (ASFRf1+ASFRf2+ ….. + SFRf7)

c.        Net reproductions rates (NRR)
jumlah kelahiran bayi perempuan oleh sebuah kohor hipotesis dari 1000 perempuan dengan memperhotungkan kemungkinana meninggalkan perempuan2 itu sebelum masa reproduksi.

D.    Fekunditas dan reproduksi manusia
Fekunditas (fecundability) adalah peluang untuk hamil dalam rentang siklus menstruasi, tanpa menggunakan alat kontrasepsi, dan melakukan aktifitas seksual.
1.      Faktor-faktor yang Memengaruhi Fekunditas
a.       Frekuensi dan waktu hubungan seksual.
Hubungan seksual harus aktif saat mendekati waktu pelepasan telur dari ovarium untuk menghasilkan proses fertilisasi. Probabilitas untuk hamil dan menghasilkan janin yang mampu bertahan terjadi pada 2 hari sebelum ovulasi. Pasangan yang melakukan hubungan seksual pada waktu tersebut memiliki peluang untuk hamil. Fekundabilitas yang tinggi berhubungan dengan seringnya aktifitas seksual. Untuk pansangan yang mengalami kesulitan untuk hamil, penetapan waktu hubungan seksual lebih efektif dibandingkan peningkatan frekuensi hubungan seksual.
b.      Usia.
Kemampuan untuk hamil yang tinggi terjadi pada rentang usia wanita 20tahun. Rendahnya kemapuan untuk hamil diusia lanjut berhubungan dengan penurunan aktifitas hubungan seksual.
c.       Laktasi.
Proses latasi dapat menekan ovulasi dan menyebakan amenore.
d.       Infeksi pada pelvis.
Merupakan penyebab utama dalam menurunkan kemampuan untuk hamil dan  sterilisasi pada wanita.
e.        Nutrisi.
Status nutrisi dan keseimbangan energi dapat mempengaruhi kemampuan untuk hamil.
f.       Aktifitas
Aktifitas yang intens dan berat dapat mempengaruhi wanita untuk hamil, berhubungan dengan anovulasi dan amenorea terutama pada aktifitas lari meraton, balet, dan senanm
g.      Obesitas.
Wanita dengan obesitas sulit hamil karena tidak seimbangnya fungi hormonal endokrin.
h.       Kontrasepsi oral.
Pengaruh hormon endokrin
i.          Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi fertilitas seperti obat tiroid, antidepresan, transquilizer, dan obat asma.
j.        Faktor prenatal.
k.       Gaya hidup.
l.         Paparan tempat kerja.

E.     Variable antara
Variable intervening (antara) adalah variable yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variable independen dengan dependen dapat juga diatikan variabel ini dapat memperlemah dan memperkuat hubungan antar variabel (variabel moderator),tetapi tidak dapat diukur dan diamati .
Contoh variabel intervening (antara) :
1.      diterapkan  kebijakan harga baru (variabel independen)
2.      diikuti peningkatan volume penjualan (variabel dependen)
3.      sebab pembeli bersifat rasional (variabel intervening)

F.      variabel hubungan sex
Variabel Perilaku Seks Pranikah Terjadinya perubahan fisik maupun psikis terutama pada alat reproduksi dengan aktifnya hormone seksual dalam tubuh manusia maka mulailah muncul dengan dorongan seksual yang mengebu-gebu pada masa remaja. Kondisi ini bila tidak dikendalikan maka bisa terjadi penyelewengan fungsi organ reproduksi yang dapat menyebabkan beberapa hal yang tidak diinginkan misalnya prilaku seks panikah, tertular Penyakit Menular Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, sampai terjadinya kanker ganas.
Seks adalah bagian dari kehidupan manusia, sesuatu yang ada dan tidak bisa ditolak. Sesuatu yang muncul dan bisa menimbulkan berbagai masalah apabila tidak dikendalikan, diatur diredam secara baik. Seiring dengan perkembangan biologis pada umumnya, maka pada usia tertentu manusia, seseorang mencapai tahapan kematangan organ-organ seks. Ditandai oleh haid pertama (menarche) pada wanita (sekitar umur11 tahun) dan nokturnal emission (mimpi basah) yakni pengeluaran sperma (cairan yang antara lain berisikan sel kelamin laki-laki) pada pria (sekitar umur 13-14 tahun).
Kematangan organ-organ seks secara biopsikologis ini, diikuti dengan kemampuan untuk melakukan hubungan seks dan sekaligus munculnya dorongan (hasrat) untuk melakukan hubungan tersebut. Dorongan atau hasrat ini mempunyai ciri kenikmatan bilamana dilakukan dan karena itu disebut sebagai dorongan dengan prinsip kenikmatan atau pleasure principle (Gunarsa, 1999). Dorongan atau hasrat melakukan hubungan seks, selalu muncul jauh lebih awal pada kesempatan untuk melakukan secara bebas. Inilah yang terjadi pada remaja dengan gejolak hasrat seks-nya yang besar padahal ia belum menikah dan karena itulah muncul berbagai masalah seksualitas pada remaja salah satunya adalah perilaku seks bebas.
Perilaku seks pranikah adalah tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Dalam hal ini perilaku sesual remaja dapat ditujukan dalam tingkah laku yang bermacammacam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkahlaku berkencan, bercumbu dan bersenggama.
Dalam hal ini tingkahlaku seksual diurtkan sebagai berikut :
1. Berkencan
2. Berpegangan Tangan
3. mencium pipi (Ciuman kering)
4. Berpelukan
5. Mencium bibir (ciuman basah)
 6. Memegang buah dada diatas baju
7. Memegang buah dada dibalik baju
8. Memegang alat kelamin diatas bahu
9. Memegang alat kelamin dibawah baju
10. Melakukan senggama.
perilaku seksual adalah tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Perilaku seksual pada remaja timbul karena dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut yaitu perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan, penyebaran irformasi melalui media massa, tabu-larangan, norma-norma dimasyarakat, serta pergaulan yang semakin bebas antara laki-laki dan perempuan. Remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu mulai dari berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan memegang atau meraba bagian sensitif, petting, oral sex dan bersenggama (sexual intercourse).
 Selain itu aggressive sex ply merupakan bentuk perilaku seksual yang dilakukan dengan memaksa pasangan. (Irawati, 1999) Prilaku seks pranikah ini memang kasat mata namun ini tidak terjadi dengn sendirinya melainkan didorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Dengan demikian indivudu tersebut tergerak untuk melakukan prilaku seks pranikah.
Beberapa pola prilaku seksual yaitu :
a. Masturbasi Masturbasi atau onani adalah salah bsatu cara yang dilakukan jika seseorang tidak mampu mengendalikan dorongan seksualnya dengan merangsang alat kelaminnya sediri dengan alat atau tanpa alat. Onani ini lebih dapat dikategorikan tindakan dengan resiko yang lebih kecil dibanding hubungan seksual dengan lain atau sesaman jenis, akan berbahaya ini dilakukan dengan cara yang tidak sehat dengan menggunakan alat yang bisa menyebabkan infeksi atau luka. Onani ini juga menimbulkan masalah jika terjadi ketergantungan / ketagihan, dan bisa menimbulkan perasaan bersalah.
b. Oral genital seks Tipe ini sekarang banyak dilakukan untuk menghindari resiko kehamilan. Tipe seperti ini banyak dianggap lebih aman oleh kalangan remaja.
c. Petting Adalah upaya membangkitkan dorongan seksual antara jenis kelamin tanpa melakukan tindakan intercourse. Petting adalah aktivitas saling mengesekakkna alat kelamin tanpa memasukannya kedalam liang senggama. Oleh remaja tindakan ini cukup memuaskan dan tidak mengandung resiko.
d. Seksual intercourse Awalnya setiap remaja dan pasangan yang pernah mengalami hubungan seks pranikah merasakan sensasi kepuasan dan kenikmatan yang luar biasa bahkan ada yang merasa indah, namun berikutnya akan timbul berbagai perasaan yang bertentangan terutama perasaan bersalah, menyesal, berdosa khawatir atau takut hamil dan ketahuan orang tua.
Biasanya perempuan lebih takut membicarakan pengalaman seksualnya kepada orang lain kerena khawatir akan dinilai buruk dibandingkan laki-laki yang menilai hubungan seksual sebagai pembuktian wujud kelaki-lakiannya (maskulinitas). (Notoatmodjo dalam Hasniah, 2005).
Faktor-Faktor Prnyebab Prilaku Seks pada Remaja:
a. Meningkatnya libido seksualitas.
b. Penundaan usia perkawinan.
c. Tabu-Larangan.
 d. Kurangnya informasi tentang seks.
 e. Pergaulan yang makin bebas.
Sementara Faktor-faktor Pendukung Perilaku Seks pada remaja Menurut para ahli, alasan seorang remaja melakukan seks .
 a. Tekanan yang datang dari teman pergaulannya, Lingkungan pergaulan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat juga berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks, bagi remaja tersebut tekanan dari teman-temannya yaitu dirasakan lebih kuat dari pada yang didapat dari pacarnya sendiri.
 b. Adanya tekanan dari pacar, karena kebutuhan seorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang akan dihadapinya. dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu seksual, melainkan juga sikap memberontak terhadap orang tuanya. Remaja lebih membutuhkan suatu hubungan, penerimaan, rasa aman, dan harga diri selayaknya orang dewasa.
 c. Adanya kebutuhan badaniah, Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, jadi wajar jika semua orang tidak terkecuali remaja, menginginkan hubungan seks ini, sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut tidak sepadan dengan resiko yang akan dihadapinya.
d. Rasa penasaran, Pada usia remaja, keingintahuannya begitu besar terhadap seks, apalagi jika teman-temannya mengatakan bahwa terasa nikmat, ditambah lagi adanya infomasi yang tidak terbatas masuknya, maka rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan apa yang diharapkan.
e. Pelampiasan diri, faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena terlanjur berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya, maka dalam pikirannya tersebut ia akan merasa putus asa dan mencari pelampiasan yang akan menjerumuskannya dalam pergaulan bebas.
Faktor lainnya datang dari lingkungan keluarga. bagi seorang remaja mungkin aturan yang diterapkan oleh kedua orang tuanya tidak dibuat berdasarkan kepentingan kedua belah pihak (orang tua dan anak), akibatnya remaja tersebut merasa tertekan sehingga ingin membebaskan diri dengan menunjukkan sikap sebagai pemberontak, yang salah satunya dalam masalah seks. Disinilah masalah acapkali muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan dengan fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan pasangannya. Namun dibalik itu semua, faktor internallah yang paling mempengaruhi prilaku seksual remaja sehingga mengarahkan pada prilaku seks pranikah pada remaja. Dimana tanda-tanda internal tersebut seperti pendapat Hurlock (1991), seorang ahli psikologi perkembangan, yang mengemukakan tanda-tanda kelamin sekunder yang penting pada laki-laki dan perempuan. Menurut Hurlock,
 pada remaja putra: tumbuh rambut kemaluan, kulit mejadi kasar, otot bertambah besar dan kuat, suara besar, tumbuh kumis dan lain sebagainya.
Dampak dari perilaku seksual pranikah pada remaja adalah semakin tingginya angka kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini disebabkan hampir semua remaja yang pernah melakukan hubungan seks melakukannya tanpa menggunakan alat kontrasepsi sama sekali. Disamping itu kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja seringkali berakhir dengan aborsi dan banyak diantaranya tidak berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli. Resiko medis pengguguran kandungan pada remaja cukup tinggi seperti pendarahan, komplikasi akibat aborsi yang tidak aman sampai kematian ibu.
 Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarlito (2003) adalah berkembangnya penyakit menular seksual (PMS) dikalangan remaja, dengan frekuensi penderita PMS yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi PMS dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan resiko penularan HIV. Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diataranya perasan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa.
Sedangkan dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual pranikah yang dilakukan sebelum saatnya antara lainnya dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil dan perubahan peran menjadi ibu, belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan.


G.    Variable – variable konsepsi
1.      Konsep Variabel Penelitian dalam penelitihan ilmiah
a.      Konsep ilmu-ilmu natura
Konsep yang semacam ini adalah konsep yang bisa diukur dengan jelas. Seperti berat, gaya, energi, masa, luas, panjang, dan suhu. Berat merupakan suatu konsep yang bisa diukur dengan jelas, seperti berat Andi yang gemuk yakni 90 kg, sedangkan berat Ari yang kurus adalah 35 kg. Secara singkat kata, konsep ilmu-ilmu natura bisa dengan mudah diketahui.
b.      Konsep sosial
Konsep yang semacam ini cenderung lebih abstrak dan sulit untuk diukur. Konsep ilmu sosial adalah seperti persepsi, minat, kegembiraaan, tingkat kecerdasan. Konsep ilmu sosial perlu untuk diperjelas dan diubah bentuknya, sehingga bisa mempermudah untuk dipergunakan secara operasional, yang dimaksud dengan didefinisikan secara operasional adalah merubah suatu konsep agar lebih jelas dan tidak membingungkan, serta untuk bisa diobservasi dan diukur.salah satu cara perubahan operasional yakni dengan cara konsep ini dirubah ke dalam bentuk skala.
Sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa penggunaan variabel dalam satu penelitian dengan penelitian lainya pasti berbeda. Selain karena faktor ruang lingkup penelitian, pemilihan variabel juga tergantung kepada landasan teoritis. Jumlah variabel yang digunakan juga pasti berbeda, hal ini sangat bergantung kepada kecanggihan rancangan penelitian. Maka semakin sederhana suatu rancangan tesebut, maka variabel yang digunakan juga sedikit, akan tetapi ketika suatu penelitian tersebut menggunakan rancangan yang lebih canggih, maka secara otomatis variabel yang digunakan juga pasti lebih bervariasi lagi.
Sebagai contoh adalah sebuah hipotesis sebagaimana berikut “ada perbedaan pemahaman materi ajar antara siswa yang diajar oleh hanya satu guru saja dan yang diajar oleh beberapa guru di kelas dua SD”. Maka ada dua variabel utama yang digunakan dalam hipotesis ini, yaitu pemahaman materi yang diajarkan dan jumlah guru yang mengajar. Selain itu peneliti juga mungkin bisa menambahkan variabel yang berupa jenis kelamin atau IQ.

H.    Variable kehamilan dan kelahiran
Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda kehidupan, misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan sebagainya. Apabila pada waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan disebut dengan lahir mati (still birth) yang di dalam peristiwa demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran. disamping istilah fertilitas juga ada istilah fekunditas (fecundity), yaitu kemampuan fisiologis untuk melahirkan yang dinyatakan dalam jumlah kelahiran yang secara fisiologis (teoritis) mengkin terjadi.
Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibbandingkan dengan pengukuran mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang bayi. Disamping itu seseorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya seorang perempuan yang telah melahirkan seorang anak tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun.
1.      Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Fertilitas
Menurut Ida Bagus Mantra (1985), terdapat sejumlah factor yang dapat mempengaruhi fertilitas yang dibedakan atas factor-faktor demografi dan factor-faktor non demografi. Factor-faktor demografi antara lain: struktur atau komposisi umur, status perkawinan, umur kawin pertama, keperidian atau fekunditas, dan proporsi penduduk yang kawin. Factor-faktor non demografi antaranya keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status wanita, urbanisasi dan industrialisasi. Factor-faktor tersebut dapat berpengaruh secara langsung ataupun tidak langsung terhadap fertilitas.
Davis dan blake (1956 dalam Ida Bagus Mantra,1985) memperinci pengaruh factor social melalui 11 “variable antara” yang dikelompokkan sebagai berikut:
a.      Variable-variabel yang mempengaruhi hubungan kelamin
b.      Umur memulai hubungan kelamin (kawin)
c.       Selibat permanen, yaitu proporsi wanita yang tidak pernah adakan hubungan kelamin
d.      Lamanya masa reproduksi yang hilang karena perceraian, perpisahan atau ditinggal pergi oleh suami, dan suami meninggal.
e.       Abstinensi sukarela
f.       Abstinensi karena terpaksa (impotensi, sakit, berpisah sementara yang tidak dapat dihindari.
g.      Frekuensi hubungna seks.
h.      Variable-variabel yang mempengaruhi kemungkinan konsepsi
i.        Keperidian dan kemandulan (fekunditas dan infekunditas).
j.        Menggunakan atau tidak menggunakan alat kontrasepsi.
k.      Kesuburan atau kemandulan yang disengaja (sterilitas)
l.        Variable-variabel yang mempengaruhi kehamilan dan kelahiran dengan selamat
m.    Kematian janin oleh factor-faktor yang tidak dissengaja
n.      Kematian janin oleh factor-faktor yang disengaja
o.      Pengukuran Fertilitaas
Kompleksnya pengukuran fertilitas, karena kelahiran melibatkan dua orang (suami dan isteri), sedangkan kelahiran hanya melibatkan satu orang saja (orang yang meninggal). Masalah yang lain yang dijumpai dalam pengukuran fertilitas adalah tidak semua perempuan mengalami resiko melahirkan karena ada kemungkinan beberapa dari mereka tidak mendapat pasangan untuk berumah tangga. Juga ada beberapa perempuan yang bercerai, menjanda.
Dalam teori fertilitas, perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain :
a.       Angka laju fertilitas menunjukkan dua pilihan jangka waktu, yaitu jumlah kelahiran selama jangka waktu pendek (biasanya satu tahun), dan jumlah kelahiran selama jangka waktu panjang (selama usia reproduksi).
b.      Suatu kelahiran disebut “lahir hidup” (liva birth) apabila pada waktu lahir terdapat tanda-tanda kehidupan, misalnya menangis, bernafas, jantung berdenyut. Jika tidak ada tanda-tanda kehidupan tersebut disebut “lahir mati” (still birth) yang tidak diperhitungkan sebagai kelahiran dalam fertilitas.
c.       Pengukuran fertilitas lebih rumit daripada pengukuran mortalitas karena:
1)      Seorang wanita dapat melahirkan beberapa kali, sedangkan ia hanya meninggala satu kali.
2)      Kelahiran melibatkan dua orang (suami-isteri), sedangkan kematian melibatkan satu orang saja.
3)      Tidak semua wanita mengalami peristiwa melahirkan, mungkin karena tidak kawin, mandul, atau sebab-sebab yang lain.
Memperhatikan perbedaan antara kematian dan le;ahiran seeperti tersebut di atas, memungkinkan untuk melaksanakan dua macam pengukuran fertilitas yaitu fertilitas tahunan dan pengukuran fertilitas kumulatif. Pengukuran fertilitas kumulatif adalah mengukur jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan hingga mengakhiri batas usia subur. Sedangkan pengukuran fertilitas tahunan (vital rates) adalah mengukur jumlah kelahiran pada tahun tertentu dihubungkan dengan jumlah penduduk yang mempunyai resiko untuk melahirkan pada tahun tersebut.

I.       Sikap dan norma
Menunjukkan Sikap Positif Terhadap Norma-norma yang Berlaku Dalam Kehidupan Bermasyarakat
1.    Pengertian norma
Norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Aturan yang bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan sentosa.
Pentingnya norma dalam kehidupan adalah agar tercipta kehidupan dengan suasana tenteram, aman, dan damai, tidak terjadi kekacauan, tercipta hidup yang teratur dan tertib. Maka dari itu kita sebagai masyarakat wajib mematuhi norma-norma yang ada dalam masyarakat agar kehidupan kita tercipta dengan baik.
2.      Macam-macam Norma
a.       Norma Agama
Suatu norma yang berdasarkan ajaran aqidah suatu agama. Norma ini bersifat mutlak yang mengharuskan ketaatan para penganutnya. Apabila seseorang tidak memiliki iman dan keyakinan yang kuat, orang tersebut cenderung melanggar norma-norma agama.
b.      Norma Kesusilaan
Norma ini didasarkan pada hati nurani atau ahlak manusia. Melakukan pelecehan seksual adalah salah satu dari pelanggaran dari norma kesusilan.
c.       Norma Kesopanan
 Norma yang berpangkal dari aturan tingkah laku yang berlaku di masyrakat. Cara berpakaian dan bersikap adalah beberapa contoh dari norma kesopanan.
d.      Norma Kebiasaa
Norma ini merupakan hasil dari perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan.
e.        Norma Hukum
Himpunan petunjuk hidup atau perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat (negara). Sangsi norma hukum bersifat mengikat dan memaksa. Contoh: Melanggar rambu-rambu lalulintas.


J.      Beberapa perbedaan fertilitas
Perbedaan fertilitas di kota dan desa
Pada umumnya tingkat fertilitas di daerah pedesaan lebih besar daripada di daerah perkotaan. Hal ini di kemukakan berdasarkan tinjauan dari berbagai aspek dan variabel, diantaranya adalah aspek pendidikan, tingkat mortalitas anak dll
1.      Perbedaan karena pendidikan
Umumnya wanita di daerah pedesaan berpendidikan rendah.Karena lingkungan berpendidikan rendah maka cenderung keinginan memiliki anak lebih tinggi dari di kota
2.      Perbedaan karena mortalitas anak
Di daerah desa pelayanan fasilitas kesehatan terbatas sehingga kemungkinan kematian bayi atau anak semakin tinggi sehingga cenderung untuk memiliki banyak anak sebagai penanggulangan maslah tersebut
3.      Perbedaan karena umur kawin pertama
Didaerah pedesaan umumnya menikah diusia muda sehingga peluang wanita untuk melahirkan setelah tahun pertama lebih besar dari daerah kota
4.      Perbedaan Lingkungan tempat tinggal
Menurut teori transisi, penurunan fertilitas terlebih dahulu terjadi di kota dan berlanjut perlahan ke daerah desa
5.      Perbedaan pendapatan
Di desa dengan pendapatan kecil akan mendorong mempunyai banyak anak, karena banyakk anak banyak rezeki
6.      Perbedaan kontrasepsi
Pengetahuan masyarakat desa yang kurang mengetahui dengan alat kontrasepsi sehingga fertilitas di desa lebih tinggi 
























BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Kelahiran dapat diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau kelompok wanita. Fertilitas merupakan taraf kelahiran penduduk yang sesungguhnya berdasarkan jumlah kelahiran yang terjadi. Pengertian ini digunakan untuk menunjukkan pertambahan jumlah penduduk. Konsep-konsep lain yang terkait dengan pengertian fertilitas yang penting untuk diketahui adalah :
1.      Fecunditas adalah kemampuan secara potensial seorang wanita untuk melahirkan anak.
2.      Sterilisasi adalah ketidakmampuan secara potensial seorang pria atau wanita untuk menghasilkan suatu kelahiran.
3.      Natalis adalah kelahiran yang merupakan komponen dari perubahan penduduk.
4.      Lahir hidup (live birth) adalah anak yang dilahirkan hidup (menunjukkan tanda – tanda kehidupan) pada saat dilahirkan, tanpa memperhatikan lamanya di kandungan, walaupun akhirnya meninggal dunia.
5.      Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kehamilan kurang dari 28 minggu.
6.      Lahir mati (still birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda – tanda kehidupan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda – tanda kehidupan. Tidak dihitung sabagai kelahiran.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kelahiran,yaitu :
a.       Kontrasepsi ( pencegahan pembuahan)
b.      Aborsi (pengguguran)
c.       Perubahan keadaan perkawinan (perceraian,dll)
d.      Mandul ( tidak bisa punya anak)


I.                    SARAN
1.      Memperbanyak membaca buku referensi tentang konsep fertilisasi
2.      Mempelajari tentang konsep fertilisasi
3.      Memahami cara mengukur fertilisasi



DAFTAR PUSTAKA

Astuti,Widya.2011. Fertilitas penduduk. Diperoleh melalui

Ayuas,Irda.2014. Fertilitas dan fekunditas. Diperoleh melalui

Brow.2015.Pengertian dan Konsep Variabel Penelitian. Diperoleh melalui


Bsti MEU.2014. Menghitung angka kelahiran. Diperoleh melalui

Indahnya berbagi. 2013. Pengertian, Konsep-konsep, dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya.Diperoleh melalui

Kurnia , Rahma.2006. Kelahiran fertilitas. Diperoleh melalui

Setyo, Armadi.2013. Perbedaan fertilitas di kota dan desa. Diperoleh melalui

Temukan pengertian.2013. Variabel intervening. Diperoleh melalui


Uwiee.2012 . Norma dalam berkehidupan di masyarakat. Diperoleh melalui



 






























 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ASPEK ETIK DAN HUKUM BAYI TABUNG DAN INSEMINASI

MAKALAH ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN ASPEK ETIK DAN HUKUM BAYI TABUNG DAN INSEMINASI DISUSUN OLEH : NAMA                   ...