Selasa, 27 Februari 2018

PASAR PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT SWASTA



BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG

Pemasaran merupakan salah satu masalah bagi setiap rumah sakit atau organisasi pelayanan kesehatan lainnya. Kurang berhasilnya pemasaran diantaranya akibat kurangnya rumah sakit berpihak pada kepentingan klien. Karena apa yang telah di sampaikan saat dipasarkan sering kali tidak sesuai dengan apa yang didapatkan klien pada kenyataan, dan tentunya akan menimbulkan image yang tidak baik untuk rumah sakit tersebut. Hal ini, salah satu diantaranya karena rumah sakit cenderung mencari keuntungan semata sehingga lebih memperhatikan aspek komersialnya. Akibatnya pasienlah (selanjutnya disebut klien) yang pada akhirnya sering dirugikan. Hal ini dikarenakan klien tidak memiliki bargaining position yang kuat.

Saat klien memerlukan jasa pelayanan kesehatan biasanya berada dalam kondisi darurat/ tidak direncanakan. Jasa pelayanan kesehatan diperlukan pada saat dirinya atau keluarganya aa yang sakit dan segera memerlukan pertolongan, sehingga kesembuhan atau keselamatan jiwa menjadi faktor utama dibandingkan faktor-faktor lainnya. Namun demikian bukan berarti pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dapat mengabaikan kepuasan atas klien di dalam memberikan jasa pelayanan.


B.   RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana menentukan pasar pelayanan kesehatan rumah sakit swasta?
a.       Strategi pemasaran
b.      Image klien
c.       Pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit

C.   TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan membuat makalah ini, untuk mengetahui pasar pelayanan kesehatan rumah sakit swasta.











BAB II
PEMBAHASAN

1.      PASAR PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT SWASTA
Sudah menjadi rahasia umum dan kita acapkali mendengar berbagai keluhan masyarakat yang merasa tidak puas atas pelayanan kesehatan yang mereka terima, baik dari dokter maupun rumah sakit. Keluhannya beragam. Ada yang karena dokter sering telat menangani klien, bahkan hingga kliennya meninggal. Ada pula pasien yang harus antre dan menunggu giliran dipanggil sampai harus berjam-jam. Bagi masyarakat golongan ekonomi lemah, ketidakpuasan terhadap buruknya pelayanan kesehatan, baik yang mereka terima dari dokter maupun rumah sakit, sering diterima dengan pasrah.

Sementara itu bagi orang kaya, ketidakpuasan atas pelayanan demikian, sudah cukup memberi alasan bagi mereka untuk berobat ke dokter atau rumah sakit luar negeri meski harus dengan biaya yang jauh lebih tinggi. Kecenderungan masyarakat golongan mampu saat ini, yang pergi berobat ke luar negeri, atau bagi masyarakat kurang mampu yang mencari pengobatan alternatif. Merupakan indikator adanya penurunan kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan konvensional.

Kekhawatiran juga disampaikan oleh Presiden pada saat pembukuan Muktamar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai berikut :
“Senang atau tidak, harus diakui sekarang semakin berkembang penilaian dan sikap di lapisan tertentu di masyarakat yang lebih mempercayai pemberian layanan kesehatan di luar negeri”
.

Dengan semakin kritisnya masyarakat saat ini terhadap pelayanan yang diterimanya dan semakin ketatnya persaingan di era pasar bebas, menuntut banyak hal dalam pelayanan kesehatan yang harus dibenahi, khususnya dalam melakukan pemasaran yang lebih berfokus pada upaya peningkatan kepuasan klien sehingga dapat tercipta suatu image positif di masyarakat. Karena kemajuan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat akan mengubah ukuran kualitas penyedia dan pelayanan kesehatan. Segala sesuatu yang semula diinginkan dan dianggap cukup, pada tahapan dan kurun waktu berikutnya dapat dipandang belum cukup dan kurang memuaskan. Gejala seperti ini bersifat manusiawai dan universal yang harus diwaspadai sebagai pertanda untuk terus memperbaiki kinerja dan kualitas pelayanan.

Blum (1974) mengatakan bahwa, “untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, salah satu upaya yang dipandang mempunyai peranan cukup penting adalah penyelenggara pelayanan kesehatan. Untuk itu diperlukan pelaksanaan pelayanan kesehatan yang baik, guna memberikan kepuasan kepada kliennya. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan produk jasa yang diberikan pihak rumah sakit kepada kliennya. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit merupakan tolak ukur dari kualitas rumah sakit tersebut. Bila suatu rumah sakit telah berhasil memberikan pelayanan kesehatan dengan baik sehingga memberikan kepuasan kepada kliennya, itu berarti rumah sakit tersebut telah memiliki kualitas yang baik, begitupun sebaliknya. Dengan demikian, lambat laun pada rumah sakit tersebut akan tercipta suatu image positif dari masyarakatnya.

Kenyataan bahwa kualitas pelayanan rumah sakit masih sangat memprihatinkan, haruslah diterima sebagai sebuah realitas. Para petugas rumah sakit tidak perlu malu mengakui hal itu dengan mencoba berlindung di balik berbagai alasan yang sebenarnya tidak perlu. Tetapi yang diperlukan adalah menyusun strategi yang tepat untuk memasarkan pelayanan kesehatan yang lebih berpihak kepada kepuasan klien dan bukan hanya berpihak kepada keuntungan rumah sakit semata.

Karena bila dalam suatu pelayanan kesehatan kepuasan klien tidak mendapat porsi utama, maka lambat laun tidak dapat dihindari masyarakat akan beralih atau mencari pelayanan kesehatan ketempat lain yang dianggap dapat memberikan kepuasan bagi dirinya (karena image terhadap sarana pelayanan sudah tidak baik). Dengan demikian, segencar apapun usaha pemasaran yang dilakukan tidak akan menunjukkan keberhasilan yang signifikan.

a.         Strategi pemasaran
Menurut Lesser Robert (1978), definisi strategi ialah suatu rencana yang fundamental untuk mecapai tujuan perusahaan.

Strategi pemasaran menurut Tull dan Kotler, (1990) dalam Tjiptono, (1997) adalah alat fundamental yang diciptakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

Menurut Kotler (1997) definisi pemasaran ialah suatu proses sosial dan managerial yang memungkinkan individu-individu dan kelompok-kelompok memperoleh kebutuhan (need) dan keinginannya (want), dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk-produk nilai dengan pihak-pihak lain. Didalam pemasaran, yang diibaratkan sebagai suatu medan perang bagi para produsen dan para pedagang, perlu menetapkan strategi guna memenangkan suatu pertempuran. Banyak lawan yang akan dihadapi dalam medan pasar, namun lawan-lawan ini tidak boleh dimatikan. Dengan strategi yang benar diharapakan kegiatan pemasaran perusahaan dapat diarahakn untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Perusahaan akan dapat menguasai market share yang luas ataupun market position yang mantap. Market share artinya penguasaan luas pasar, sedangkan market position ialah kedudukan yang kokoh dari suatu produk.

Beberapa strategi pemasaran jasa yang dapat dilakukan yaitu :
1.         Pemasaran intern. Dalam bisnis jasa, kualitas jasa tidak dapat dipisahkan dari mutu yang menyediakan jasa. Dengan demikian kontak antara si penyedia jasa dengan kliennya sangatlah diperlukan. Pemasaran intern ialah menerapkan teori dan praktek pemasaran terhapad orang yang melayani langganannya, jadi harus dipekerjakan dan dipelihara tenaga kerja yang terbaik serta mereka harus bekerja sebaik mungkin
2.         Memikat langganan. Pada perusahaan jasa selera klien secara individual pada kunjungan yang pertama sangat diperhatikan. Untuk itu, satu kunci strategi bagi pengusaha-pengusaha jasa adalah menentukan situasi lingkungan dengan didasari oleh penyesuaian dengan klien dan standarisasi harus dilakukan.
3.         Mengelola bukti berarti mengelola peralatan yang menghasilkan jasa. Jasa biasanya sulit di nilai dibandingkan dengan barang yang berwujud. Sifat tidak berwujud dari jasa, mendorong klien untuk memperhatikan benda berwujud yaitu yang memberikan layanan (petugasnya) sebagai patokan terhadap kualitas jasa tersebut. Untuk itu, perlu diupayakan sedemikian rupa agar petugas memberikan jasa yang memuaskan klien.
4.         Membuat jasa berwujud. Istilah berwujud mempunyai dua arti yaitu tidak dapat diraba dan tidak dapat diamati. Dengan demikian keuntungan biasanya dapat diperoleh dengan membuat jasa menadi lebih berwujud. Misalnya, seorang petugas rumah sakit membuat klien lebih mudah memahami apa yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan direlevankan melalui kata-kata berwujud, misalnya “anda berada dalam tangan yang tepat bersama kami”.
5.         Menyeimbangkan permintaan dan penawaran. Karena jasa adalah performan, maka jasa sifatnya tidak dapat disimpan (digudangkan). Sehingga, salah satu masalah krusial yang sulit dihadapi oleh pengusaha jasa ialah bagaimana menyeimbangkan antara permintaan dan penawaran. Untuk itu perlu dirubah pola permintaan dan penawaran jasanya dengan cara: memperbanyak jenis penawaran.
Beberapa hal yang dapat menimbulkan kegagalan dalam pemasaran jasa adalah :
1.         Kesenjangan harapan klien dan persepsi manajemen.
2.         Kesenjangan manajemen dengan kualitas jasa.
3.         Kesenjangan kualitas jasa dengan penyampaian jasa.
4.         Kesenjangan penyampaian jasa dengan komunikasi eksternal.
5.         Kesenjangan jasa yang dialami / dipersiapkan dengan jasa yang diharapkan.
b.        Image klien
Kepuasan konsumen/klien merupakan ukuran keberhasilan pemasaran. Dengan kepuasan tersebut terciptalah suatu image positif dari klien. Untuk mendapatkan image yang baik tersebut diperlukan suatu hubungan (relationship) dan komunikasi yang baik.
Kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara penampilan yang dirasakan dan harapan. Ada tiga kepuasan yaitu:
1.         Bila penampilan kurang dari harapan, klien tidak puas.
2.         Bila penampilan sebanding dengan harapan, klien puas.
3.         Bila penampilan melebihi harapan, klien amat puas atau senang.
Namun demikain, mengukur tingkat kepuasan klien merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah dan memerlukan kriteria tertentu. Kepuasan klien dapat diukur dari sudut:
1.         Suara konsumen. Dari sudut ini pengukuran kepuasan konsumen bersifat kualitatif dan subyektif. Kepuasan konsumen diukur dari suara-suara konsumen yang dapat berupa kritikan atau keluhan terhadap strategi atau kegiatan pemasaran produk dari perusahaan itu. Keadaan ini akan menentukan tingkat kooperatif atau kerjasama konsumen. Makin kooperatif konsumen tersebut, berarti makin puas pula konsumen terhadap strategi atau kebijakan pemasaran produk dari perusahaan itu.
2.         Laba atau keuntungan perusahaan. Pengukuran ini bersifat kuantitatif dan obyektif. Makin tinggi tingkat laba perusahaan, makin puas pula konsumen terhadap strategi atau kebijakan pemasaran produk perusahaan itu. Hal ini karena konsumen telah bersedia membayar harga produk yang ditetapkan atau membeli produk dalam jumlah besar, sebab mereka merasa puas dengan strategi atau kebijakan pemasaran perusahaan.
Kepuasan klien rumah sakit dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain yang berhubungan dengan :
1.         Pendekatan dan perilaku petugas, perasaan klien terutama saat pertama kali datang.
2.         Mutu informasi yang diterima, seperti apa yang dikerjakan, apa yang dapat diharapkan.
3.         Prosedur perjanjian.
4.         Waktu tunggu.
5.         Fasilitas umum yang tersedia.
6.         Fasilitas perhotelan untuk klien seperti mutu makanan, privacy, dan pengaturan kunjungan.
7.         Out come terapi dan perawatan yang diterima

c.         Pemasaran pelayanan kesehatan dirumah sakit

Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana pelayanan kesehatan yang dapat diselenggarakan oleh pemerintah dan atau swasta. Adapun pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat berupa kegiatan pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap dan pelayanan rawat darurat yang mencakup pelayanan medik dan penunjang medik. Adapun produk yang diberikan kepada klien oleh rumah sakit berupa produk jasa.

Dalam pemasaran produk jasa, ketrampilan karyawan dalam melayani klien sangat menentukan tingkat keberhasilan dari pemasaran tersebut (pemasaran interaktif). Klien menilai kualitas jasa tidak hanya berdasarkan kualitas teknikal (misalnya apakah pembedahan berjalan dengan baik?) tetapi juga berdasarkan kualitas fungsionalnya (misalnya apakah dokter bedah menunjukkan perhatian dan membangkitkan kepercayaan?).

Pada produk jasa umumya lebih memiliki ciri kualitas berdasarkan pengalaman dan berdasarkan kepercayaan, karena klien merasakan risikonya lebih tinggi dalam membeli jasa (bila produk selain jasa tidak sesuai dengan selera/keinginan klien dapat ditukar). Akibatnya: pertama, konsumen jasa umumya lebih mengandalkan pada kabar dari mulut ke mulut dari pada iklan perusahaan jasa; kedua, klien memperhatikan harga, personil (pemberi jasa),dan isyarat fisik untuk menilai kualitas jasa,dan ketiga,klien akan sangat loyal pada pemberi jasa yang layanannya memuaskanmereka.
Dalam pelaksanaan pemasaran produk jasa harus sesuai dengan selera klien (memahami kebutuhan klien). Ada pepatah yang mengatakan “pembeli adalah raja”, ini berarti pembeli berkuasa memperlihatkan suasana pasaran jasa. Karena bagi produsen yang tidak melakukan kegiatan pemasaran dengn berorientasi pada selera klien, maka ia akan ditinggalkan kliennya.
Namun kenyataannya, hal ini belum sepenuhnya berlaku pada pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kondisi klien yang tidak memiliki bargaining position yang kuat merupakan salah satu faktor penyebab mengapa pemasaran pelayanan kesehatan oleh rumah sakit terkadang belum sesuai dengan selera klien.
Contohnya, di beberapa rumah sakit, seringkali klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak seimbang dengan waktu yang harus mereka habiskan untuk menunggu giliran berobat. Karena banyaknya klien yang mengantre atau petugas tergesa-gesa karena akan segera praktek ditempat lain atau karena lelah, tidak sempat lagi untuk memberikan informasi yang cukup tentang penyakit yang sedang di derita kliennya. Akibatnya, klien datang dengan ketidaktahuan akan penyakitnya dan pulangpun dalam keadaan ketidakjelasan akan penyakitnya. Hal ini tentunya dapat berpengaruh pada tingkat kepatuhan klien dalam menjalankan anjuran-anjuran yang diberikan. Klien akan menganggap sakitnya sudah sembuh bila keluhan-keluhan yang dirasakannya hilang, sehingga ia menganggap tidak perlu meminum obat lagi (obat yang di daptnya tidak dihabiskan).

Belum sepenuhnya tercipta image positif masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam negeri saat ini, merupakan pekerjaan rumah bagi tidak saja petugas bagian humas/public relation (PR) atau marketing/pemasaran. Tetapi juga menjadi tanggung jawan bersama semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit (menjadi satu kesatuan), baik langsung maupun tidak langsung (mulai dari petugas yang pertama kali menerima klien saat meninggalkan lingkungan rumah sakit). Yang tidak kalah penting lagi adalah penampilan dari petugasnya. Seorang petugas rumah sakit di dalam memberikan pelayanan kesehatan baik langsung maupun tidak langsung harus meyakinkan, dapat mengerti kebutuhan klien, ramah serta dapat memberikan kenyamanan bagi semua calon klien dan klien yang datang.

Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi seorang petugas rumah sakit di dalam memberikan pelayanan kesehatan yaitu :
1.         Selalu memancarkan sikap positif, yang tercermin dari penampilannya yang rapi, bersih, ramah, dan sopan.
2.         Selalu mengidentifikasi kebutuhan klien, dengan bersikap tepat waktu, berada satu langkah di depan klien dengan cara mengantisipasi kebutuhan klien misalnya menyediakan sarana untuk menerima keluhan atau masukan klien, memberikan perhatian.
3.         Selalu mempersiapkan kebutuhan klien sebelum memberikan pelayanan kesehatan dengan baik dan cermat, seperti menyiapkan arsip, menjawab telpon, mengirim/menyampaikan pesan dengan jelas.
4.         Selalu mengupayakan klien datang kembali. Dalam hal ini bukan berarti mengharapkan klien sakit agar datang lagi ke rumah sakit, tetapi berupaya memberikan kesan positif yang mendalam bagi klien yang di layaninya. Sehingga bila suatu saat klien atau keluarganya mendapatkan masalah dengan kesehatannya dan perlu dibawa ke rumah sakit maka yang pertama kali teringat adalah pengalaman menyenangkan dari petugas-petugas rumah sakit selama mereka berada di rumah sakit tersebut. Dengan demikian mereka ingin datang lagi dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang menyenangkan itu.
5.         Selalu mengutamakan kepuasan pelanggan, yang terpancar dari sikap ikhlas dan senang hati di dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien, akui perasaan klien, jelaskan tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki masalah, ucapkan terimakasih atas masukan yang diberikan dan minta maaf atas kejadian yang tidak menyenangkan. Bila klien puas, maka ia akan menceritakan kepuasannya itu kepada semua orang terdekatnya.
Fakta yang terjadi pada kelompok masyarakat tertentu yang lebih senang berobat ke luar negeri, merupakan gambaran dari pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit pada Negara lain (Singapura misalnya) telah lebih berhasil menciptakan image positif, tidak saja bagi masyarakat domestiknya tetapi juga bagi masyarakat mancanegara. Dan ini semua merupakan buah dari kerja keras yang dilakukan dengan sungguh-sunggu dan tidak sebentar.
Bagi para karyawan di bagian pendukung jasa yang tidak dilatih dalam aspek hubungan manusin dari pekerjaanya juga diikutkan dalam program hubungan tamu. Program tersebut membantu para karyawan untuk mengetahui perhatian yang biasanya ditunjukkan oleh klien selama mereka dirawat di rumah sakit dan membantu mereka dalam memberikan respons yang tepat terhadap perhatian tersebut.
Salah satu teknik yang dikembangkan dan ditanamkan di sana adalah sikap mental positif, membangun keyakinan diri, menumbuhkan rasa ingin memperhatikan klien dan memberikan informasi kepada mereka tentang bagimana layanan rumah sakit, dan saat berhubungan dengan klien, dapat menjadi pendengar yang baik, mengatasi keberatan, dan menjadi contoh bagi rekan sekerjanya.
Selain itu, dalam melaksanakan pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit guna menciptakan image positif masyarakat, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu:
1.         Kepuasan klien lebih baik dari pada memberikan pelayanan. Hal ini sangat mendasar sekali, karena bila fokus yang berlebihan ditujukan pada layanan klien akan melupakan focus utama yaitu dapat memuaskan klien, baik di dalam maupun di luar organisasi.
2.         Kemudahan bagi klien dalam bekerja sama dengan para petugas rumah sakit. Dengan demikian tidak ada kata tidak berhasil/gagal bila didapatkan klien yang sulit diajak bekerja sama.
3.         Menumbuhkan motivasi dengan umpan balik dari klien (bersikap terbuka bila di kritik klien). Dengan demikian kita dapat mengetahui seberapa baik hasil kerja kita.
4.         Menjaga kesinambungan hubungan dengan klien.
5.         Komitmen dan dukungan yang kuat dari system yang ada dan jajaran pimpinan guna mendukung peran pemasaran.
Akan tetapi, sifat rumah sakit yang sangat kompleks dan memiliki tanggung jawab moral atas keselamatan jiwa manusia, juga merupakan salah satu dasar bahwa pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit harus sesuai dengan kebijakan negara/pemerintah (Kotler, 1987, Aniroen, 1993, Douglas, 1989).
Kebijakan pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit saat ini menurut Budiarso (1995) antara lain :
1.         Pemasaran hendaknya tidak terlepas dari tujuan pembangunan kesehatan, dasar kode etik kedokteran, etika rumah sakit Indonesia (ERSI) dan ketentuan hokum.
2.         Pemasaran diterapkan agar utilitas rumah sakit meningkat, meluaskan cakupan dan member kontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatan penduduk.
3.         Pemasaran rumah sakit harus dilakukan secara benar dan tidak boleh disamakan dengan usaha-usaha umum, hindari supply created demand.
4.         Pemasaran yang diperkenankan adalah:
a.     Advertensi melalui majalah kedokteran, buku telpon dengan informasi fasilitas yang tersedia tanpa berkaitan dengan kegiatan bisnis yag bersifat mengajak, mempengaruhi, memaksa dan menakut-nakuti pemakaian jasa
b.    Publisitas diperkenankan dalam bentuk brosur/liflet serta penawaran khusus untuk peralatan baru tanpa ajakan atau bujukan yang mempengaruhi untuk mencoba.
5.         Cara pemasaran yang diperbolehkan pada dasarnya tidak bertentangan dengan kode etik profesi dan jabatan
Terlepas dari semua hal tersebut, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit yaitu :
1.         The amount of money available for promotion.
Rumah sakit yang memiliki dana yang banyak tentunya akan memiliki kemampuan yang lebih besar lagi dalam mengkombinasikan elemen-elemen pemasaran (Advertising, Sales promotion, Public relation, personal selling).
2.         The nature of the market. Keadaan pasar, yang menyangkut daerah geografis pasaran produk dan juga calon konsumen yang di tuju. Misalnya rumah sakit di daerah perkotaan akan berbeda cara pemasarannya dengan di daerah pedesaan.
3.         The nature of product. Keadaan produk, menyangkut apakah produk ditujukan untuk konsumen akhir (barang jadi) atau sebagai bahan industry (bahan mentah atausetengah jadi, misalnya pelayanan pemeriksaa diagnostic). Hal ini akan berpengaruh pada teknik pemasaran yang akan digunakan.
4.         The stage of the product’s life cycle. Pada tingkat mana siklus kehidupan produksi sudah dicapai, akan mempengaruhi pemasaran yang digunakan. Misalnya untuk pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak perlu terlalu mendetil dalam pemasarannya, karena masyarakat umumnya sudah tahu apa yang ada di rumah sakit. Dalam hal ini penekanan lebih ditujukan pada keunikan atau kelebihan yang ada pada suatu rumah sakit yang sedang di pasarkan (apakah unggul dalam teknologi laser, profesionalisme petugasnya misalnya).

Menurut William F Schoell (1993: 425), factor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pemasaran adalah:
1.         The marketer. Dapat melakukan kegiatan push atau mendorong terjadinya penjualan. Pimpinan rumah sakit akan mendorong jajaran direksi rumah sakit, kemudian jajaran direksi rumah sakita, akan mendorong petugas rumah sakit, dan petugas rumah sakit akan mendorong konsumen/klien agar mau membeli suatu produk dan akan memperoleh bonus tertentu.
2.         The target market. Siapa calon konsumennya, di mana lokasinya. Hal ini akan mempengaruhi pemasaran yang akan digunakan.
3.         The product. Maksudnya adalah melihat posisi produk dalam tingkat siklus kehidupan. Pada tahap introduksi produk, pemasaran diarahkan untuk memperkenalkan produk dengan cara member sampel gratis (untuk pelayanan kesehatan di rumah sakit misalnya melakukan bakti sosial dengan mengadakan sunatan masal). Pada tahap growth, pemasaran diarahkan untuk memantapkan kepercayaan masyarakat (misalnya dengan mengirim kartu ucapan selamat ulang tahun untuk klien rumah sakit yang sedang berulang tahun untuk menunjukkan kepedulian rumah sakit terhadap klien).
4.         The situation. Dalam hal ini tergantung pada berbagai situasi lingkungan rumah sakit, seperti situasi persaingan, ekonomi, politik, dll.












BABIII
PENUTUP

KESIMPULAN
Bila kita bicara tentang pemasaran maka yang pertama kali terlintas di pikiran kita adalah konsumen, produsen, harga, dan produk yang akan dipasarkan.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan jenis produk jasa. Dalam melakukan pemasaran jasa, hal penting yang perlu diperhatikan adalah bagaimana personil kontaknya. Untuk itu relationship dan komunikasi menjadi modal utama.
Image positif di masyarakat akan tercipta bila masyarakat sudah merasakan kepuasan atas pelayanan kesehatan di rumah sakit yang di dapatnya. Bila Image positif di masyarakat sudah tumbuh, maka kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi akan dapat diterima oleh masyarakat.
Dalam pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit guna mewujudkan image positif di masyarakat perlu dilakukan suatu upaya pemasaran yang holistic (satu kesatuan). Kerja sama antar berbagai pihak diluar bidang kesehatan sangat diperlukan. Untuk itu diperlukan dukungan dari system yang ada dan komitmen dari pimpinan guna mendukung pelaksanaan pemasaran. Selain itu perlu juga diperhatikan beberapa factor baik eksternal maupun internal yang dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan pemasaran tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ASPEK ETIK DAN HUKUM BAYI TABUNG DAN INSEMINASI

MAKALAH ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN ASPEK ETIK DAN HUKUM BAYI TABUNG DAN INSEMINASI DISUSUN OLEH : NAMA                   ...