Selasa, 27 Februari 2018

NILAI GUNA (UTILITY)



MAKALAH PENGANTAR ILMU EKONOMI


NILAI GUNA (UTILITY)


Description: FB_IMG_1483444469109.jpg










DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

1.     WAHYUNI USMAN                 NIM :1613201010
2.     SISKA WAHYU                        NIM : 1613201012
3.     DWI SHINTA OKTAVIA                   NIM : 1613201004



DOSEN PEMBIMBING : RINDA FITHRIYANA ,SE,M.AK




PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PAHLAWAN
 TUANKU TAMBUSAI 



DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................... i

BAB 1 PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG......................................................................... 1
B.     RUMUSAN MASALAH..................................................................... 2
C.    TUJUAN............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A.    Teori perilaku konsumen....................................................................... 3
B.     Teori nilai guna (utility)......................................................................... 5
C.     Faktor yang dapat merubah permintaan suatu barang.......................... 9
D.    Nilai guna barang ............................................................................... 10
E.     Nilai guna, bentuk dan berhentinya kebiasaan.................................... 11

BAB III PENUTUP
A.     KESIMPULAN................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG        
Setiap individu ataupun rumah tangga pasti mempunyai perkiraan tentang berapa pendapatanya dalam suatu periode tertentu, misalkan satu tahun. Dan mereka juga pasti mempunyai suatu gambaran tentang barang - barang atau jasa - jasa apa saja yang akan mereka beli. Tugas setiap rumah tangga adalah bagaimana mereka bisa memaksimalkan pendapatan mereka yang terbatas untuk mendapatkan dan memenuhi semua kebutuhan sehingga bisa mencapai kesejahteraan. Tapi ternyata hampir tidak satupun individu atau rumah tangga yang berhasil dalam tugasnya tersebut. Sampai pada tingkat tertentu, kegagalan tersebut disebabkan oleh adanya keterangan - keterangan yang tidak tepat dan ada juga alasan - alasan lain seperti Pembelian – pembelian secara impulsive.
Segala usaha yang dilakukan untuk mencapai kepuasan maksimum dengan pendapatan yang terbatas inilah yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap barang dan jasa di pasar. Untuk menganalisa pembentukan permintaan konsumen secara lebih akurat, maka akan digunakan beberapa asumsi yang akan menyederhanakan realitas ekonomi. Disini kita akan mempelajari tentang teori nilai guna ( utility ).
Secara historis, teori nilai guna (utility) merupakan teori yang terlebih dahulu dikembangkan untuk menerangkan kelakuan individu dalam memilih barang-barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya. Dapat dilihat bahwa analisis tersebut telah memberi gambaran yang cukup jelas tentang prinsip-prinsip pemaksimuman kepuasan yang dilakukan oleh orang-orang yang berfikir secara rasional dalam memilih berbagai barang keperluannya. Disini kita juga akan mempelajari bagaimana suatu barang bisa memmberikan kenikmatan terhadap individu dan bagaimana barang itu akhirnya sama sekali tidak bisa memberikan kenikmatan terhadap seseorang.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.       Apa teori pelaku konsumen ?
2.      Apa pendekatan pendekatan nilai guna (utility) ?
3.      Apa teori nilai guna (utility) ?
4.      Apa faktor yang dapat merubah permintaan suatu barang ?
5.      Apa saja macam – macam nilai guna barang ?
6.      Apa  saja Nilai guna, bentuk dan berhentinya kebiasaan ?

C.    TUJUAN
1.      Mengetahui dan menjelaskan teori pelaku konsumen?
2.      Mengetahui apa saja pendekatan nilai guna (utility) ?
3.      Mengetahui apa teori nilai guna (utility) ?
4.      Mengetahui apa saja faktor yang dapat merubah permintaan suatu barang ?
5.      Mengetahui apa saja macam – macam nilai guna barang ?
6.      Mengetahui apa saja Nilai guna, bentuk dan  bagaimana berhentinya kebiasaan ?















BAB II
PEMBAHASAN

A.    TEORI PERILAKU KONSUMEN
Teori perilaku konsumen yaitu teori yang menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang,dengan pendapatan tertentu dan harga barang tertentu pula sedemikian rupa agar konsumen mencapai tujuannya.Tujuan konsumen untuk memperoleh manfaat atau kepuasan sebesar-besarnya dari barang-barang yang dikonsumsi (maximum satisfaction). Dan teori ekonomi menganggap bahwa maximum satisfaction itu adalah tujuan akhir konsumen.
Sebelum kita mempelajari tentang tingkah laku konsumen lebih lanjut, ada baiknya kita mengetahui beberapa anggapan - anggapan sederhana yang biasa menjadi patokan untuk menganalisa pembentukan garis permintaan dari suatu barang secara lebih tepat, tanpa menyimpang dari realitas ekonomi.
·         Barang dan jasa yang dikonsumsi biasanya disebut komoditi. Komoditi adalah sesuatu yang memberikan jasa konsumsi ( consumption services ) terhadap konsumen persatuanwaktu tertentu.
·         Setiap konsumen dianggap tahu macam barang dan jasa yang tersedia di pasar, kapasitasteknis masing - masing barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan konsumen dan tingkat harga masing - masing.
·         Konsumen dianggap tahu secara pasti mengenai jumlah uang yang akan dibelanjakanya selama periode perencanaan tertentu.
v  Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan yaitu:
1.      Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut dengan teori nilai subyektif : dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur, dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.
Para ahli ekonomi mempercayai bahwa utility merupakan ukuran kebahagian. Utility dianggap bahwa ukuraan kemampauan barang / jasa untuk memuaskan kabutuhan. Besar kecilnya utility yang dicapai konsumen tergantung dari jenis barang atau jasa dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi. Besar kecilnya kepuasan yang diperoleh konsumen tergantung pada jenis dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.

2.      Pendekatan nilai guna ordinal
Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis Kurva indeference : manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitif / tidak dapat diukur.
Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan yang ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal tidak memiliki kelebihan.
Pendekatan ini muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan yang ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal tidak memiliki kelebihan.
v  Persamaan kardinal dan ordinal
Persamaan cardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility) .
v  Perbedaan kardinal dan ordinal
Nilai guna (Utility) Kardinal menganggap bahwa besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan / angka.
Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama.

B.      TEORI NILAI GUNA ( UTILITY)
Teori nilai guna atau utility yaitu teori ekonomi yang mempelajari kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dari mengkonsumsikan barang-barang. Kalau kepuasan itu semakin tinggi maka semakin tinggi nilai guna atau utility-nya. Sebaliknya semakin rendah kepuasan dari suatu barang maka utilitynya semakin rendah pula.

1.      Nilai guna total (total utility)
Nilai guna total merupakan jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh oleh konsumen dalam mengonsumsi sejumlah barang tertentu. Misalnya, habis bangun tidur Anda minum 1 gelas air dengan nilai guna 2. Pada waktu berikutnya, sehabis olah raga Anda minum air sebanyak 2 gelas dengan nilai guna 4, tentu keadaan ini (sehabis olah raga) membuat konsumsi air meningkat.
Anda pasti bingung, darimana saya dapat menentukan nilai guna 2 dan 4 pada contoh di atas?. Perlu dipahami bersama bahwa nilai guna (utility) terhadap suatu barang atau jasa itu bersifat subjektif yang berarti bahwa setiap orang memiliki penilaian yang berbeda. Adapun dalam contoh di atas saya secara pribadi memberi nilai guna 2 (minum air setelah bangun tidur) dan 4 (minum air setelah olah raga). Anda bisa memberikan penilaian yang berbeda dan ini sah-sah saja.
Nah, biasanya penentuan nilai guna ini jika pada sebuah website, maka akan terdapat pada akhir artikel -ada semacam tanda bintang- dimana si pembaca diberi kesempatan untuk mengisi poling atau rating terkait seberapa besar nilai guna website tersebut kepada And


2.      Nilai guna marjinal (marginal utility)
Nilai guna marjinal merupakan pertambahan atau pengurangan kepuasan konsumen sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu. Misalnya Anda makan bakso 1 mangkok dengan nilai guna sebesar 30 kemudian Anda makan lagi 1 mangkok dengan nilai guna 20. Kemudian Anda nambah lagi 1 mangkok dengan nilai guna 5. Maka jika di total nilai gunanya sebesar 55. Nah, disini bisa diketahui bahwa nilai marjinalnya yaitu 10 pada saat mangkok pertama dan kedua. Pada saat mangkok kedua dan ketiga, nilai guna marjinalnya sebesar 15.
Mengapa saat makan bakso 1 mangkok, 2 mangkok dan 3 mangkok nilai gunanya turun?, itu karena perut kita memiliki kapasitas. Jika kapasitas telah terpenuhi, maka makanan tidak diperlukan lagi. Hal ini akan dirasakan kenyang oleh si pemakan bakso tersebut sehingga kenikmatan atau kepuasan makan bakso justru akan semakin berkurang.
Nah, dari penjelasan di atas kita jadi tahu bahwa semakin banyak kita mengkonsumsi suatu barang tertentu, maka nilai guna totalnya akan semakin besar namun nilai guna marjinalnya justru akan semakin turun bahkan bisa mendekati nol atau justru bisa negatif.

Beberapa ahli juga menggolongkan teori nilai guna atau utility menjadi dua (lain daripada yang telah kita bahas di atas) yaitu teori nilai objektif dan teori nilai subjektif.
1.      Teori Nilai Objektif
Teori nilai objektif merupakan teori yang menyelidiki tentang nilai suatu barang dimana barang itu sendiri digunakan sebagai objek penelitian (bukan barang laen atau yang berbeda). Barang akan terlebih dahulu diteliti -apakah barang tersebut memiliki nilai tawar dan nilai tukar? bagaimana seluk-beluk proses produksi barang hingga terjual ke tangan konsumen?-. Nah, penelitian ini pada umumnya dilakukan oleh pihak produsen.
Ada beberapa teori terkait teori nilai objektif ini, antara lain:
a.       Teori nilai biaya produksi dari Adam Smith
Menurut Adam smith, nilai suatu barang atau jasa ditentukan oleh biaya yang dikeluarkan produsen untuk memproduksi barang atau jasa tersebut. Semakin tinggi biaya produksi semakin tinggi pula nilai dari barang tersebut. Misalnya biaya produksinya sebesar Rp 100.000,- maka nilai barang itu sebesar Rp 100.000,- pula.
b.      Teori nilai biaya produksi tenaga kerja dari David Ricardo
Menurut David ricardo, nilai suatu barang ditentukan oleh biaya tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi barang tersebut. Yakni meliputi tenaga manusia, mesin atau biaya pengeluaran lainnya dari semua peralatan yang digunakan dalam proses produksi.
c.       Teori nilai lebih dari Karl Marx
Menurut Karl marx, barang dinilai berdasarkan pada biaya rata-rata tenaga kerja di masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan masyarakat adalah tenaga manusia, termasuk perkakas dan mesin yang dipakai dalam produksi.
d.      Teori nilai reproduksi dari Carey
Menurut Carey, nilai barang harus didasarkan atas biaya reproduksi yakni biaya untuk memproduksi kembali suatu barang. Misalnya membuat kursi kayu membutuhkan dana Rp 100.000,- namun beberapa hari kemudian harga kayu naik sehingga biayanya menjadi Rp 150.000,-. Nah, disini maka biaya produksinya dihitung sesuai harga kenaikannya yaitu Rp 150.000,-.
e.       Teori nilai pasar dari Hummed and Locke
Ajaran nilai David Humme dan John Locke ini juga disebut sebagai market value theory. Menurut teori ini, nilai suatu barang bergantung pada permintaan dan penawaran barang di pasar. Misalnya harga mercon naik ketika mendekati hari raya idul fitri karena permintaan lebih tinggi daripada penawaran, tapi ketika hari biasa harganya turun. Hal ini disebabkan karena permintaan lebih rendah daripada penawaran. Jadi harganya akan fluktuatif.
2.      Teori Nilai Subjektif
Teori nilai subjektif menjelaskan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh utilitas dari barang tersebut dimana utilitas setiap orang bisa berbeda meski sedang menilai barang yang sama. Teori subjektif ini, terkenal berasal dari pemikiran Herman Heinrich Gossen dan Carl Menger.
a.       Hukum Gossen I
Hukum Gossen I berbunyi, “Jika pemuasan kebutuhan dilakukan terus menerus, maka kenikmatan semakin lama semakin berkurang dan pada suatu saat akan tercapai titik kepuasan”.
Hukum ini menjelaskan terkait penggunaan satu macam barang yang sama, padahal pada umumnya, manusia menggunakan berbagai macam barang. Untuk itu muncul lah hukum Gossen II.
b.      Hukum Gossen II
Hukum Gossen II berbunyi, “Manusia berusaha memuaskan kebutuhannya yang beraneka ragam hingga mencapai tingkat intensitas yang sama (harmonis)”.
Jadi disini dijelaskan bahwa manusia akan membagi-bagi pengeluaran uangnya sedemikian rupa sehingga kebutuhannya terpenuhi secara seimbang.
c.       Teori Nilai Subjektif Carl Menger
Menurut Menger, nilai ditentukan oleh faktor subjektif dibandingkan faktor objektif. Nilai berasal dari kepuasan manusia. Carl Menger juga menggunakan Hukum Gossen II untuk menyelidiki bagaimana orang membagi penghasilannya guna memenuhi kebutuhannya yang bermacam-macam. Nah, pada umumnya manusia akan membagi-bagi penghasilannya untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup dimana kebutuhan yang palng penting dan mendesak akan mendapatkan prioritas utama.
C.    FAKTOR YANG DAPAT MERUBAH PERMINTAAN SUATU BARANG

1.      EFEK PENGGANTIAN (SUBSTITUTION EFECT)
Perubahan harga suatu barang mengubah nilai guna marginal per rupiah dari barang yang mengalami perubahan harga tersebut. Kalau harga mengalami kenaikan, nilai guna marginal per rupiah yang di wujudkan oleh barang tersebut menjadi semakin rendah.

2.      EFEK PENDAPATAN
Kalau pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikkan harga menyebabkan pendapatan riil menjadi semakin sedikit. Dengan perkataan lain, kemampuan pendapatan yang diterima untuk membeli barang–barang menjadi bertambah kecil dari sebelumnya.
Maka kenaikan harga menyebabkan konsumen mengurangi jumlah berbagai barang yang di belinya, termasuk barang yang mengalami kenaikan harga. Penurunan harga suatu barang menyebabkan pendapatan riil bertambah, dari ini akan mendorong konsumen menambah jumlah barang yang dibelinya.







D.    NILAI GUNA BARANG
Pengertian nilai guna barang adalah Sebuah nilai atas manfaat yang di peroleh dari penggunaannya baik itu bersifat nyata atau tidak nyata.
v Macam-macam nilai guna barang
1.     Kegunaan Dasar (Element Utility
Kegunaan barang dasar artinya benda tersebut akan sangat berguna dikarnakan mempunyai zat asli yang dibutuhkan, bisa dirasakan langsung dan nyata oleh panca indra manusia. Seseorang akan langsung berkomentar atau bisa langsung dengan mudah berpendapat ketika mendapatakan manfaat dari barang tersebut.
Misalnya ketika memakan umbi-umbian, ketika merasakan masis, pahit dan asamnya buah-buahan, dan ketika memasak sayur-sayuran namun kurang bumbu, apakah itu kurang asing, kurang pedas, kurang asam dan lain-lain.
2.     Kegunaan Waktu (Time Utility
Kegunaan waktu artinya benda akan lebih sangat berfaedah dan bermanfaat bila digunakan dengan semestinya pada waktu yang tepat dan sesuai.
Sebagai contoh menimbun gabah untuk persiapan pada masa paceklik, payung pada saat musim hujan, air minum ketika haus, makanan ketika lapar, berbelanja ketiak diskon besar-besaran dan berlibur ketika waktu libur sekolah.
3.     Kegunaan Tempat (Place Utility) 
Kegunaan tempat artinya benda yang akan lebih sangat berfaedah bagi manusia setelah dipindahkan pada tempat yang semestinya ditempatkan. Misalnya pasir di sungai dipindahkan ke kota dan kayu di hutan dipindahkan ke kota dipakai sebagai bahan bangunan.
4.     Kegunaan Bentuk (Form Utility) 
Kegunaa bentuk artinya benda dapat lebih berfaedah bagi manusia setelah diubah bentuk sesuai keinginan.
Misalnya kayu diubah mejadi mebel, kain diubah menjadi baju/celana, gandum diubah menjadi roti, besi diubah menjadi pisau, pelastik diubah menjadi gelas plastik, sampah di ubah menjadi barang bermanfaat seperti tas, pas bunga dan piringdan sebagainya.
5.     Kegunaan Pelayanan (Service Utility) 
Kegunaan pelayanan artinya benda akan berguna jika ada jasa pelayanan. Misalnya televisi akan berguna apabila ada siaran
6.     Kegunaan hak milik (Ownership Utility
Kegunaan hak milik artinya benda yang dapat berfaedah setelah dimiliki. Misalnya buku yang masih di toko akan menjadi lebih berguna setelah dibeli oleh konsumen.

E.     NILAI GUNA, BENTUK DAN BERHENTINYA KEBIASAAN.
v  Menurut M Abraham Garcia-Torres, Nilai Guna pada barang yang sama, dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu :
1.      Jangka Waktu Konsumsi Barang
jika jangka waktu konsumsi cukup lama maka ingatan konsumen harus bekerja lebih keras untuk membangkitkan pengalaman yang lalu. kemudian konsumen akan dapat menikmati konsumsi berikutnya. karena jangka waktu berkurang, konsumen akan merasakan kebosanan pada barang yang sama.
2.      Daya Ingat Konsumen
Memori yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama diperlukan antara konsumsi untuk barang yang sama. Pembuktian fakta ini, adalah bentuk kebiasaan yang lebih kuat antara orang dewasa dan anak - anak. Dua kelompok ini dapat mengkonsumsi barang yang sama , atau melakukan hal yang sama tapi mengalami kebosanan setelah jangka waktu yang berbeda, yaitu orang dewasa lebih cepat bosan daripada anak- anak.

3.      Kualitas Barang
Peningkatan kualitas barang (ceteris paribus) akan menyebabkan peningkatan nilai guna pengalaman.

v  kebiasaan konsumsi ini sebagai berikut :
·         Kecanduan
yaitu tindakan konsumsi barang dalam jangka waktu yang lama dan tidak bisa dihindari. kecanduan biasanya terjadi pada Narkoba dan berjudi. tapi beberapa masyarakat masih menerima beberapa kecanduan seperti pada teh, kopi, rokok dan seterusya yang dianggap sebagai kebiasaan.
·         Kebiasaan abadi
yaitu tindakan konsumsi barang dimana konsumen belajar bagaimana untuk menghabiskanya. Ini berarti dia telah mencapai jangka waktu yang tepat untuk mengkonsumsi barang tersebut tanpa menjadi bosan
·         kebiasaan sesaat
yaitu tindakan konsumsi terhadap suatu barang yang akan memberikan nilai guna kepada konsumen hanya untuk sesekali. setelah itu dia akan bosan pada barang tersebut. kalau sudah begitu dia akan memiliki dua pilihan, tidak menggunakan barang itu lagi atau mencoba untuk mencari barang sejenis dengan kualitas yang lebih baik dan masih memberikan dia nilai guna.
·         Mencari kenikmatan baru
konsumen membeli hanya karena rasa ingin tahu, dan akan menikmati sampai kesenanganya hilang.ketika kesenanganya berlalu maka barang itu sudah tidak berguna lagi bagi dia.
v  nilai guna dari suatu barang berakhir
·         Secara Fisik habis karena dikonsumsi
·         Rusak
·         Kita bosan dengan barang tersebut

BAB III
KESIMPULAN

1.      Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan yaitu:
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal dan Pendekatan nilai guna ordinal
2.      Teori Nilai Guna ( utility ) dibedakan menjadi dua yaitu :Marginal Utility dan Total Utility
3.      Perubahan marginal utility suatu barang dipengaruhi oleh perubahan harga barang dan perubahan pendapatan konsumen.
4.       keseimbangan konsumen akan tercapai jika setiap tambahan dana yang dikeluarkan konsumen untuk membeli barang, sudah tidak mampu lagi menaikan total utility barang tersebut
5.      Nilai Guna pada barang yang sama, dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu :
jangka waktu konsumsi barang yang sama.
daya ingat konsumen
kualitas barang
6.      Kebiasaan konsumen dalam mengkonsumsi barang bisa dikelompokan menjadi 4
Kecanduan
Kebiasaan abadi / kekal
Kebiasaan sesaat
Mencari kenikmatan baru
7.      Nilai guna / manfaat dari suatu barang akan berakhir jika :
Secara Fisik habis karena dikonsumsi
Rusak
Kita bosan dengan barang tersebut.



*   DAFTAR PUSTAKA
*    
Simple news.2014. Pengertian dan macam – macam teori nilai. Diperoleh melalui


Dunia belajar.2015. Teori nilai guna (utility) Diperoleh melalui








 





 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ASPEK ETIK DAN HUKUM BAYI TABUNG DAN INSEMINASI

MAKALAH ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN ASPEK ETIK DAN HUKUM BAYI TABUNG DAN INSEMINASI DISUSUN OLEH : NAMA                   ...