DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG......................................................................... 1
B.
RUMUSAN MASALAH..................................................................... 2
C. TUJUAN............................................................................................... 2
D. MANFAAT.......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A.
Defenisi siklus hidup keluarga.............................................................. 4
B.
Tahap – tahap siklus hidup keluarga..................................................... 4
C.
Perluasan tahap – tahap siklus hidup
keluarga yang dasar.................... 5
D.
Pentingnya konsep siklus hidup keluarga........................................... 14
E.
Mortalitas dan siklus hidup keluarga.................................................. 14
F.
Fertilitas, keluarga berencana (KB), dan
siklus hidup keluarga.......... 15
G.
Tahap meninggalkan rumah................................................................ 18
H.
Model – model siklus hidup keluarga................................................. 18
I.
Ketegangan dan siklus keluarga.......................................................... 20
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN................................................................................. 29
B.
SARAN.............................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Siklus kehidupan adalah suatu rangkaian aktivitas secara
alami yang dialami oleh individu-individu dalam populasi berkaitan dengan
perubahan tahap-tahap dalam kehidupan. Suatu model demografik terdiri dari
tahap-tahap dan transisi- transisi antar tahap-tahap tersebut yang
mendeskripsikan tentang masa depan suatu in-dividu yang diistilahkan dengan
pertumbuhan, kemampuan bertahan hidup, dan proses reproduksi pada rentang waktu
berturut-turut.
Teori perkembangan keluarga menguraikan
perkembangan keluarga dari waktu ke waktu dengan membaginya ke dalam satu seri
tahap perkembangan dianggap sebagai masa-masa stabilitas relatif yang secara
kuantitatif dan kualitatif berbeda dari tahap-tahap berdekatan. Tentang konsep
tahap-tahap siklus kehidupan tergantung pada asumsi bahwa dalam keluarga
terdapat saling ketergantungan yang tinggi antara anggota keluarga : keluarga
dipaksa untuk berubah setiap kali ada penambahan atau pengurangan anggota
keluarga, atau setiap kali anak sulung mengalami perubahan tahap perkembangan. Misalnya,
perubahan dalam peran, penyesuaian terhadap perkawinan, mengasuh anak dan
disiplin terbukti perubahan dari satu tahap ke
tahap lain. Keluarga mengambil satu jenis struktur ketika anak-anak
masih berusia prasekolah ; struktur lain ketika orang tua mulai mengikuti
puncak hidup dan anak-anak memasuki masa remaja ; dan akhirnya bentuk struktur
yang lain adalah ketika anak-anak mulai dewasa, menikah dan mulai mandiri. Teori stress keluarga bahwa stressor keluarga yang dapat menjadi suatu
krisis, berhubungan dengan adanya sumber koping keluarga dan persepsi pada
stresor tersebut. Sedangkan sumber koping dan persepsi pada stressor
dapat menjadi aspek yang penting dalam mengembangkan strategi koping keluarga
untuk mengatasi krisis/masalah. Bila keluarga memiliki sedikit sumber kopingnya
baik secara individu maupun kolektif, maka proses koping tidak akan pernah
dimulai dan krisis dapat terjadi ketika terjadi stress.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.
Apakah
defenisi siklus hidup keluarga ?
2.
Bagaimana
tahap – tahap siklus hidup keluarga ?
3.
Bagaimana
tahap – tahap siklus hidup keluarga yang dasar ?
4.
Bagaimana
pentingnya konsep siklus hidup keluarga ?
5.
Bagaimana
peran mortalitas dalam siklus hidup keluarga ?
6.
Bagaimana
peran fertilitas,keluarga berencana(KB) dalam siklus hidup keluarga ?
7.
Bagaimana
tahap meninggalkan rumah ?
8.
Bagaimana
model – model siklus hidup keluarga ?
9.
Apa
ketegangan dan siklus keluarga ?
C. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah :
1.
Untuk
mengetahui defenisi siklus hidup keluarga ?
2.
Untuk
mengetahui tahap – tahap siklus hidup keluarga ?
3.
Untuk
mengetahui penjelasan tentang tahap – tahap siklus hidup keluarga?
4.
Untuk
mengetahui pentingnya konsep siklus hidup keluarga ?
5.
Untuk
mengetahui peran mortalitas dalam siklus hidup keluarga ?
6.
Untuk
mengetahui fertilitas, keluarga berencana (KB) dalam siklus hidup keluarga ?
7.
Untuk
mengetahui tahap meninggalkan rumah ?
8.
Untuk
mengetahui model – model siklus hidup keluarga ?
9.
Untuk
mengetahui ketegangan dan siklus keluarga ?
D.
MANFAAT
Manfaat dari pembuatan makalah ini
adalah :
1.
Dapat
memahami pengertian siklus hidup keluarga ?
2.
Dapat
memahami tahap – tahap siklus hidup keluarga ?
3.
Dapat
memahami secara jelas tahap – tahap siklus hidup keluarga ?
4.
Dapat
memahami pentingnya konsep siklus hidup keluarga ?
5.
Dapat
memahami mortalitas dan siklus hidup keluarga ?
6.
Dapat
memahami fertilitas, keluarga berencana (KB), dan siklus hidup keluarga ?
7.
Dapat
memahami tahap – tahap meninggalkan rumah ?
8.
Dapat
memahami model – model siklus hidup keluarga ?
9.
Dapat
memahami ketegangan dan siklus keluarga ?
BAB
II
PEMBAHASAN
PENDEKATAN
SIKLUS HIDUP KELUARGA DALAM DEMOGRAFI
A.
Defenisi
siklus hidup keluarga
Siklus Hidup Keluarga (Family Life
Cycle) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan-perubahan
dalam jumlah anggota, komposisi dan fungsi keluarga sepanjang hidupnya. Siklus
hidup keluarga juga merupakan gambaran rangkaian tahapan yang akan terjadi atau
diprediksi yang dialami kebanyakan keluarga.
Siklus hidup keluarga terdiri dari
variabel yang dibuat secara sistematis menggabungkan variable demografik yaitu
status pernikahan, ukuran keluarga, umur anggota keluarga, dan status pekerjaan
kepala keluarga.
B.
Tahap – tahap siklus hidup keluarga
Dalam ilmu kependudukan biasanya dikenal dengan 6 tahap
siklus hidup keluarga, yaitu:
1)
Tahap
Tanpa Anak
Dimulai dari perkawinan hingga
kelahiran anak pertama.
2)
Tahap
Melahirkan (Tahap Berkembang)
Dimulai dari kelahiran anak sulung
hingga anak bungsu.
3)
Tahap
Menengah
Dimulai dari kelahiran anak bungsu,
hingga anak sulung meninggalkan rumah atau menikah
4)
Tahap
Meninggalkan Rumah
Dimulai dari anak sulung
meninggalkan rumah sampai anak bungsu meninggalkan rumah (perkawinan biasanya
dianggap meninggalkan rumah).
5)
Tahap
Purna Orang Tua
Dimulai dari saat anak bungsu
meninggalkan rumah, hingga salah satu pasangan meninggal dunia.
6)
Tahap
Menjanda/Menduda
Dimulai dari saat meninggalnya suami
atau istri, hingga pasangannya meninggal dunia.
C. Perluasan
tahap – tahap siklus hidup keluarga
Tahap-tahap siklus kehidupan
keluarga telah diuraikan oleh Duvall dan Miller (1985) dan Carter dan
McGoldrick (1988). Tahap-tahap tersebut terdiri dari 9 tahap siklus kehidupan
keluarga sebagai berikut :
v Tahap transisi : Keluarga antara
(dewasa muda yang belum menikah)
Tahap ini menunjuk ke masa dimana individu berumur 20-an
yang telah mandiri secara finansial, dan secara fisik telah meninggalkan
keluarganya namun belum berkeluarga. Bagaimana dewasa muda melewati tahap ini
sangat mempengaruhi siapa yang dinikahinya serta bagaimana dan kapan pernikahan
itu berlangsung. Untuk melewati tahap ini dengan sukses, dewasa muda harus
berpisah dari keluarga asalnya (mandiri) tapi masih menjaga kontak emosional.
Tugas-tugas perkembangan pada tahap ini adalah
Tugas-tugas perkembangan pada tahap ini adalah
·
pisah
dari keluarga asal
·
menjalin
hubungan intim dengan teman sebaya
·
membentuk
kemandirian dalam hal pekerjaan dan finansial.
Masalah-masalah kesehatan yang
sering dijumpai pada tahap ini antara lain STD, masalah kesehatan mental,
kecelakaan dan bunuh diri. Promosi kesehatan yang dapat dianjurkan adalah agar
dewasa muda menghindari obat-obat terlarang, alkohol dan tembakau, serta
mendapatkan tidur, nutrisi, istirahat, olahraga, perawatan gigi, dan uji
kesehatan secara adekuat.
1.
Tahap
I : Keluarga pemula
Pernikahan dari sepasang insan
menandai dimulainya keluarga baru. Tugas perkembangan yang paling penting dalam
tahap ini adalah
·
membangun
perkawinan yang saling memuaskan
·
menghubungkan
jaringan persaudaraan secara harmonis
·
keluarga berencana.
Ketika dua orang diikat dalam satu
pernikahan, maka mereka membangun SATU kehidupan bersama yang baru.
Bersama-sama mereka menciptakan rutinitas baru yang sebelumnya dikompromikan
bersama, dan memelihara rutinitas tersebut. Membangun perkawinan yang saling
memuaskan juga berarti menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan yang ada,
jangan sampai terjadi konflik. Untuk mencegah konflik, perlu dikembangkan sikap
empati, saling mendukung, serta komunikasi secara terbuka dan sopan. Pernikahan
berarti menyatukan dua keluarga. Sehingga otomatis orang menikah akan menjadi
bagian dari 3 keluarga : keluarga asal, keluarga pasangan, dan keluarga sendiri
yang baru dibina.
Di sini, suami-istri harus membina
hubungan yang baik dengan setiap anggota keluarga, dan secara bersamaan menjaga
otonomi keluarga sendiri sehingga tidak ada campur tangan yang akan merusak
kebahagiaan bahtera pernikahan.
Masalah yang timbul antara lain masalah-masalah seksual dan emosional, kecemasan, kehamilan yang tidak diinginkan, dan penyakit kelamin baik sebelum maupun sesudah perkawinan. Untuk mengatasinya perlu ada penyuluhan dan konseling keluarga berencana, penyuluhan dan konseling prenatal, dan komunikasi.
Masalah yang timbul antara lain masalah-masalah seksual dan emosional, kecemasan, kehamilan yang tidak diinginkan, dan penyakit kelamin baik sebelum maupun sesudah perkawinan. Untuk mengatasinya perlu ada penyuluhan dan konseling keluarga berencana, penyuluhan dan konseling prenatal, dan komunikasi.
2.
Tahap
II : Keluarga yang sedang mengasuh anak
Tahap kedua dimulai dengan kelahiran
anak pertama sampai bayi berumur 30 bulan. Meskipun bagi kebanyakan orang tua
memiliki bayi merupakan pengalaman penuh arti dan menyenangkan, kedatangan bayi
membutuhkan perubahan peran yang mendadak. Setelah kelahiran bayi, keluarga
mempunyai beberapa tugas perkembangan yang penting, antara lain
·
membentuk
keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru ke
dalam keluarga)
·
rekonsiliasi
tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga
·
mempertahankan
hubungan perkawinan yang memuaskan
·
memperluas
persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran orang tua
serta kakek dan nenek.
Masalah perkawinan yang sering
terjadi pada tahap ini adalah suami merasa diabaikan (ini paling sering
disebutkan oleh suami), terdapat peningkatan perselisihan dan argumentasi
antara suami istri, serta kehidupan seksual dan sosial yang terganggu dan
menurun. Untuk mengatasinya, sangat penting membentuk kembali pola-pola
komunikasi yang memuaskan. Pasangan harus terus berbagi dan berinteraksi satu
sama lain dalam hal tanggung jawabnya sebagai orang tua, dan peka tidak hanya
dalam masalah pemenuhan kebutuhan seksual tapi psikologis pada umumnya.
Masalah-masalah utama keluarga dalam
tahap ini adalah pendidikan maternitas, perawatan bayi yang baik, pengenalan
dan penanganan masalah-masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi,
konseling perkembangan anak, keluarga berencana, interaksi keluarga, dan
peningkatan kesehatan secara umum.
Peran yang paling penting bagi perawat keluarga bila bekerja dengan keluarga yang sedang mengasuh bayi adalah mengkaji peran sebagai orang tua; bagaimana kedua orang tua berinteraksi dengan bayi baru dan merawatnya, dan bagaimana respon bayi tersebut. Konseling keluarga berencana biasanya berlangsung saat pemeriksaan setelah postpartum 6 minggu. Orang tua diajak berdiskusi mengenai perencanaan untuk memiliki bayi berikutnya. Orang tua perlu menyadari bahwa kehamilan dengan jarak rapat dan sering dapat berbahaya bagi ibu, ayah, saudara bayi dan unit keluarga secara keseluruhan.
Peran yang paling penting bagi perawat keluarga bila bekerja dengan keluarga yang sedang mengasuh bayi adalah mengkaji peran sebagai orang tua; bagaimana kedua orang tua berinteraksi dengan bayi baru dan merawatnya, dan bagaimana respon bayi tersebut. Konseling keluarga berencana biasanya berlangsung saat pemeriksaan setelah postpartum 6 minggu. Orang tua diajak berdiskusi mengenai perencanaan untuk memiliki bayi berikutnya. Orang tua perlu menyadari bahwa kehamilan dengan jarak rapat dan sering dapat berbahaya bagi ibu, ayah, saudara bayi dan unit keluarga secara keseluruhan.
3.
Tahap
III : Keluarga dengan anak usia prasekolah
Tahap ketiga siklus kehidupan
keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak
berusia 6 tahun. Anak usia prasekolah harus banyak belajar pada tahap
ini, khususnya dalam hal kemandirian. Mereka harus mencapai otonomi yang cukup
sehingga mampu memenuhi kebutuhan sendiri tanpa campur tangan orang tua
dimanapun mereka berada. Akhir-akhir ini banyak berkembang pendidikan
prasekolah seperti PAUD, dsb. Program-program prasekolah yang terstruktur
sangat bermanfaat dalam meningkatkan IQ dan keterampilan sosial.Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
·
memenuhi
kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi, dan keamanan
·
mensosialisasikan
anak
·
mengintegrasikan
anak yang baru sementara tetap mememuhi kebutuhan anak-anak yang lain
·
mempertahankan
hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan orang tua
dan anak) serta di luar keluarga (keluarga besar dan komunitas).
Anak usia prasekolah sangat senang
mengeksplor dunia di sekitarnya. Karena itu penting bagi orang tua untuk
menyediakan peralatan dan fasilitas yang bersifat melindungi anak-anak, karena
pada tahap ini kecelakaan menjadi penyebab utama kematian dan cacat. Mengkaji
keamanan rumah merupakan tugas penting bagi perawat keluarga dan kesehatan
komunitas sehingga orang tua dapat mengetahui resiko-resiko yang ada dan
cara-cara mencegah kecelakaan.
Penelitian menunjukkan bahwa
hubungan perkawinan sering mengalami kegoncangan pada tahap ini. Pasangan suami
istri masing-masing merasakan perubahan kepribadian yang negatif, merasa kurang
puas dengan keadaan di rumah, terdapat lebih banyak interaksi yang berorientasi
pada tugas, pembicaraan pribadi lebih sedikit dan pembicaraan yang berpusat
pada anak lebih banyak, kehangatan yang diberikan kepada anak lebih banyak daripada
yang diberikan satu sama lain, dan tingkat kepuasan seksual lebih rendah.
Konselor perkawinan sangat
dibutuhkan dalam hal ini.
Masalah-masalah yang sering terjadi antara lain masalah kesehatan fisik anak seperti penyakit-penyakit menular yang lazim pada anak, jatuh, luka bakar, keracunan, dan kecelakaan-kecelakaan lain yang terjadi selama usia prasekolah. Masalah-masalah lain yang penting adalah persaingan di antara kakak-adik, keluarga berencana, kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan, masalah-masalah pengasuhan anak, masalah komunikasi dalam keluarga, serta kesehatan umum.
Masalah-masalah yang sering terjadi antara lain masalah kesehatan fisik anak seperti penyakit-penyakit menular yang lazim pada anak, jatuh, luka bakar, keracunan, dan kecelakaan-kecelakaan lain yang terjadi selama usia prasekolah. Masalah-masalah lain yang penting adalah persaingan di antara kakak-adik, keluarga berencana, kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan, masalah-masalah pengasuhan anak, masalah komunikasi dalam keluarga, serta kesehatan umum.
Tujuan utama bagi perawat yang
melayani keluarga dengan anak usia prasekolah adalah membantu mereka membentuk
gaya hidup sehat dan memfasilitasi pertumbuhan fisik, intelektual, emosional
dan sosial secara optimal.
4.
Tahap IV : Keluarga dengan Anak Usia Sekolah
Tahap ini
dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar
dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya
mencapai jumlah anggota maksimum, dan hubungan keluarga di akhir tahap ini.
Lagi-lagi tahun-tahun pada masa ini merupakan tahun-tahun yang sibuk. Kini,
anak-anak mempunyai keinginan dan kegiatan-kegiatan masing-masing, disamping
kegiatan-kegiatan wajib dari sekolah dan dalam hidup, serta kegiatan-kegiatan
orangtua sendiri. Setiap orang menjalani tugas-tugas perkembangannya
sendiri-sendiri, sama seperti keluarga berupaya memenuhi tugas-tugas
perkembangannya sendiri . Tugas-Tugas
Perkembangan Keluarga:
·
Mensosialisasikan anak-anak,
termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman
sebaya yang sehat.
·
Mempertahankan hubungan perkawinan
yang memuaskan.
·
Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik
anggota keluarga
Tugas
orangtua pada tahap ini adalah untuk belajar menghadapi pisah dengan atau lebih
sederhana, membiarkan anak pergi. Lama kelamaan hubungan dengan teman sebaya
dan kegiatan-kegiatan diluar rumah akan memainkan peranan yang lebih besar
dalam kehidupan anak usia sekolah tersebut. Tahun-tahun ini dipenuhi oleh
kegiatan-kegiatan keluarga, tapi ada juga kekuatan-kekuatan yang secara
perlahan-lahan mendorong anak tersebut pisah dari keluarga sebagai persiapan menuju masa remaja.
Orangtua yang mempunyai perhatian diluar anak mereka akan merasa lebih mudah
membuat perpisahan yang perlahan-lahan. Akan tetapi, dalam contoh-contoh dimana
peran ibu merupakan sentral dan satu-satunya peran yang signifikan dalam
kehidupan wanita, maka proses pisah ini merupakan sesuatu yang menyakitkan dan
dipertahankan mati-matian.
5.
Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus
kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun,
meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih
awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga 19 atau 20 tahun.
Anak-anak lain dalam rumah biasanya masih dalam usia sekolah. Tujuan keluarga
yang terlalu enteng pada tahap ini yang melonggarkan ikatan keluarga
memungkinkan tanggungjawab dan kebebasan yang lebih besar bagi remaja dalam
persiapan menjadi dewasa muda (Duvall, 1977). Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
:
·
Menyeimbangkan kebebasan dan
tanggungjawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.
·
Memfokuskan kembali hubungan
perkawinan.
·
Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua
dan anak-anak.
Masalah-Masalah Kesehatan pada tahap ini kesehatan fisik
anggota keluarga biasanya baik, tapi promosi kesehatan tetap menjadi hal yang
penting. Faktor-faktor resiko harus diidentifikasikan dan dibicarakan dengan
keluarga, seperti pentingnya gaya hidup keluarga yang sehat. Mulai dari usia 35
tahun, resiko penyakit jantung koroner meningkat dikalangan pria dan pada usia
ini anggota keluarga yang dewasa merasa lebih rentan terhadap penyakit sebagai
bagian dari perubahan-perubahan perkembangan dan biasanya mereka ini menerima
strategi-strategi promosi kesehatan. Sedangkan pada remaja, kecelakaan-terutama
kecelakaan mobil-merupakan bahaya yang amat besar, dan patah tulang dan cidera
karena atletik juga umum terjadi.
6.
Tahap VI : Keluarga yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda
Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama
meninggalkan rumah orangtua dengan “rumah kosong”, ketika anak-anak terakhir
meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada
berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa banyak anak yang melum
menikah yang masih tinggal di rumah setelah tamat dari SMA dan perguruan
tinggi. Meskipun tahap ini biasanya 6 atau 7 tahun, dalam tahun-tahun
belakangan ini, tahap ini berlangsung lebih lama dalam keluarga dengan dua
orangtua, mengingat anak-anak yang lebih tua baru meninggalkan orangtua setelah
selesai sekolah dan mulai bekerja. Motifnya adalah seringkali ekonomi-tingginya
biaya hidup bila hidup sendiri. Akan tetapi, trend yang meluas dikalangan
dewasa muda, yang umumnya menunda perkawinan, hidup terpisah dan mandiri dalam
tatanan hidup mereka sendiri. Dari sebuah survey besar yang dilakukan terhadap
orang Kanada ditemukan bahwa anak-anak yang berkembangan dalam keluarga dengan
orangtua tiri dan keluarga dengan orangtua tunggal meninggalkan rumah lebih
dini dari pada mereka yang dibesarkan dalam keluarga dengan dua orangtua. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga :
·
Memperluas siklus keluarga dengan
memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
·
Melanjutkan untuk memperbaharui dan
menyesuaikan kembali hubungan perkawinan.
·
Membantu orangtua lanjut usia dan
sakit-sakitan dari suami maupun istri.
7.
Tahap VII : Orangtua Usia Pertengahan
Tahap ketujuh
dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan bagi orangtua, dimulai
ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau
kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orangtua
memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan pensiun,
biasanya 16-18 tahun kemudian.Tugas-Tugas
Perkembangan Keluarga :
·
Menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan.
·
Mempertahankan hubungan-hubungan
yang memuaskan dan penuh arti dengan para orangtua lansia dan anak-anak.
·
Memperkokoh hubungan perkawinan.
Masalah
kesehatan yang disebut dalam seluruh deskripsi tahap siklus kehidupan ini
meliputi :
·
Kebutuhan promosi kesehatan,
istirahat yang cukup, kegiatan waktu luang dan tidur, nutrisi yang baik,
program olahraga yang teratur, pengurangan berat badan hingga berat badan yang
optimum, berhenti merokok, berhenti atau mengurangi penggunaan alkohol,
pemeriksaan skrining kesehatan preventif.
·
Masalah-masalah hubungan perkawinan.
·
Komunikasi dan hubungan dengan
anak-anak, ipar, dan cucu, dan orangtua yang berusia lanjut.
·
Masalah yang berhubungan dengan
perawatan ; membantu perawatan orangtua yang berusia atau tidak mampu merawat
diri.
8.
Tahap VIII : Keluarga dalam Masa Pensiun dan Lansia
Tahap terakhir
siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan
memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal,
dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Jumlah lansia-berusia 65 tahun
atau lebih. Tugas-Tugas Perkembangan
Keluarga :
·
Mempertahankan pengaturan hidup yang
memuaskan
·
Menyesuaikan terhadap pendapatan
yang menurun.
·
Mempertahankan hubungan perkawinan.
·
Menyesuaikan diri terhadap kehilangan
pasangan.
·
Mempertahankan ikatan keluarga antar
generasi.
·
Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka
(penelaahan dan integrasi hidup).
D. pentingnya
konsep siklus hidup keluarga
Siklus hidup keluarga dalam ilmu
kependudukan dipandang penting, karena lima alasan pokok sebagai
berikut :
a. Menunjukan
interaksi antara anggota keluarga. Peristiwa-peristiwa seperti kelahiran,
kematian, dan perubahan umur atau status anak, tidak hanya mempengaruhi
individu-individu yang bersangkutan, tetapi juga anggota keluarga yang lain.
b. Memperjelas
pengaruh yang kontinu dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahap-tahap
awal siklus terhadap kehidupan keluarga sampai akhir siklus tersebut.
c. Menghilangkan
konsepsi yang salah tentang keluarga, misalnya pandangan bahwa keluarga
hanya melewati satu atau dua tahap tertentu saja.
d. Merupakan suatu ringkasan yang
penting tentang pengaruh gabungan faktor-faktor fertilitas, mortalitas,
nupsialitas dengan faktor-faktor ekonomi dan kebudayaan.
e. Dapat menjelaskan bermacam-macam
variasi kegiatan sosial demografi dan sosial ekonomi.
E.
Mortalitas
dan siklus hidup keluarga
Mortalitas adalah jumlah kematian yang terjadi pada
setiap 1000 jumlah penduduk dalam jangka waktu satu tahun. Mortalitas atau
kematian merupakan salah satu antara tiga komponen demografi yang dapat
mempengaruhi perubahan penduduk. Dua komponen demografi lainnya adalah
fertilitas (kelahiran) dan migrasi, informasi tentang kematian penting, tidak
saja bagi pemerintah melainkan juga pihak swasta, yang terutama berkecimpung
dalam bidang ekonomi dan kesehatan
Keluarga adalah sistem sosial yang
unik. Cara masuk ke dalam sistem ini adalah melalui kelahiran, pengadopsian,
pengangkatan, pernikahan. Memutuskan seluruh koneksi kekeluargaan adalah hal
yang mustahil. Anggota keluarga juga biasanya memiliki peran tertentu. Hubungan
antar anggota keluarga merupakan hal yang paling penting dan tidak tergantikan.
Siklus Hidup Keluarga (Family Life
Cycle) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan-perubahan
dalam jumlah anggota, komposisi dan fungsi keluarga sepanjang hidupnya. Siklus
hidup keluarga juga merupakan gambaran rangkaian tahapan yang akan terjadi atau
diprediksi yang dialami kebanyakan keluarga.
Siklus hidup keluarga terdiri dari
variabel yang dibuat secara sistematis menggabungkan variable demografik yaitu
status pernikahan, ukuran keluarga, umur anggota keluarga, dan status pekerjaan
kepala keluarga.
Mortalitas juga dapat mempengaruhi
siklus hidup keluarga karena kematian merupakan pengurangan jumlah keluarga dan
termasuk dalam tahap – tahap siklus hidup keluarga.
F. Fertilitas,
keluarga berencana (KB), dan siklus hidup keluarga
Fertilitas (Inggris: Fertility)
sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari
seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain, fertilitas ini
menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan
potensi fisik untuk melahirkan anak. Kedua hal ini berkaitan erat, dimana
fekunditas merupakan modal awal dari seorang perempuan untuk mengalami fertilitas
dalam hidupnya dan seorang yang telah mengalami fertilitas pasti fekunditasnya
baik.
Kelahiran dapat diartikan sebagai
hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau kelompok wanita.
Fertilitas merupakan taraf kelahiran penduduk yang sesungguhnya berdasarkan
jumlah kelahiran yang terjadi. Pengertian ini digunakan untuk menunjukkan
pertambahan jumlah penduduk. Fertilitas disebut juga dengan natalitas.
Apakah ingin
memiliki anak atau tidak dan penentuan waktu untuk hamil merupakan suatu keputusan
keluarga yang sangat penting. Littlefield (1977) menekankan
pentingnya pertimbangan semua rencana kehamilan keluarga ketika seseorang
bekerja di bidang perawatan maternitas. Tipe perawatan kesehatan yang didapat
keluarga sebagai sebuah unit selama masa prenatal sangat mempengaruhi kemampuan
keluarga mengatasi perubahan-perubahan yang luar biasa dengan efektif setelah
kehamilan bayi.
Usia antara 15-49 tahun merupakan
usia subur bagi seseorang wanita karena pada rentang usia tersebut kemungkinan
wanita melahirkan anak cukup besar. Salah satu cara untuk menekan laju penduduk
adalah melalui program Keluarga Berencana (KB). Fertilitas memiliki pengukuran,
dimana angka fertilitas menurut golongan umur dimaksudkan untuk mengatasi
kelemahan angka kelahiran kasar karena tingkat kesuburan pada setiap golongan
umur tidak sama hingga gambaran kelahiran menjadi lebih teliti. Perhitungan
angka fertilitas menurut golongan umur biasanya dilakukan dengan interval 5
tahun hingga bila wanita dianggap berusia subur terletak antara umur 15-49
tahun, akan diperoleh sebanyak 7 golongan umur. Dengan demikian dapat disusun
menjadi distribusi frekuensi pada setiap golongan umur. Dari distribusi
frekuensi tersebut, dapat diketahui pada golongan umur berapa yang mempunyai
tingkat kesuburan tertinggi. Hal ini penting untuk menentukan prioritas program
keluarga berencana.
KB
dirumuskan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil
bahagia dan sejahtera. Menurut para ulama (di kutip dari media online BKKBN) KB
di sini mempunyai arti sama dengan tanzim al nasl (pengaturan
keturunan). Sejauh pengertiannya tanzim al nasl bukan tahdid al nasl
(pembatasan keturunan) dalam arti pemandulan (taqim) dan aborsi (isqath
al-haml wa al ijhadl) maka KB tidak dilarang. Meski secara teoritis telah
banyak fatwa ulama yang membolehkan KB dalam arti tanzim al nasl tetapi
tetap harus memperhatikan jenis dan cara kerja alat atau metode kontrasepsi
yang akan digunakan untuk ber-KB.
Peserta keluarga berencana adalah
pasangan usia subur dimana salah satu atau dua orang dari pasangan tersebut
menggunakan salah satu atau alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan,
baik melalui program maupun non-program. Pasangan usia subur memiliki batasan
umur yang digunakan adalah 15–44tahun dan bukan 15-49tahun. Hal ini tidak
berarti berbeda dengan perhitungan fertilitas yang menggunakan batasan 15-49
tahun, tetapi dalam kegiatan keluarga berencana mereka yang berada pada
kelompok umur 44-49 tahun bukan merupakan sasaran keluarga berencana lagi. Hal
ini dilatar belakangi oleh pemikiran bahwa mereka yang berada pada kelompok
umur 44–49 tahun, kemungkinan untuk melahirkan lagi sudah sangat kecil.
Keluarga
berencana yang kurang diinformasikan dan kurang efektif mempengaruhi kesehatan
keluarga dalam banyak cara
·
mobiditas dan moralitas ibu-anak
·
menelatarkan anak
·
sehat sakit orangtua
·
masalah-masalah perkembangan anak
·
termasuk inteligensia kemampuan
belajar dan perselisihan dalam perkawinan.
Pembentukan keluarga dengan sengaja
dan terinformasi meliputi membuat keputusan sendiri tentang kapan dan/atau
apakah ingin mempunyai anak, terlepas dari pertimbangan kesehatan keluarga.
Kesehatan fisik ibu dan anak merupakan
masalah utama yang didokumentasikan dalam penelitian kebidanan dan perinatal.
Jarak kelahiran antara 2 dan 4 tahun dan usia ibu 20 tahunan merupakan
faktor-faktor yang menguntungkan dalam mengurangi mortalitas dan mobiditas ibu
dan bayi. Jumlah keluarga yang optimal, jarak dan waktu kelahiran mengurangi
mortalitas bayi.
Diagnosa yang mungkin pada keluarga pemula:
·
Gangguan komunikasi verbal
·
Perubahan proses keluarga
·
Perubahan penampilan peran
·
Gangguan
interaksi sosial
·
Disfungsi
seksual
G.
Tahap
meninggalkan rumah
Tahap ‘Meninggalkan Rumah dan
Menjadi Individu Dewasa Lajang’. Dimulai dari anak sulung meninggalkan rumah
sampai anak bungsu meninggalkan rumah (perkawinan biasanya dianggap
meninggalkan rumah). Tahap ini tidak selalu terjadi di budaya kita, karena
banyak orang dewasa memilih tinggal di rumah orangtuanya. Yang pasti, ketika
sudah mulai kuliah, biasanya seseorang jadi jauh lebih mandiri dibandingkan
usia sebelumnya. Yang cukup banyak terjadi di budaya kita adalah beberapa
individu dewasa yang sudah memiliki penghasilan ikut membayar beberapa
pengeluaran di rumah, sementara yang belum punya penghasilan membantu mengurus
rumah. Kemandirian ini (mulai melepas pengaruh orangtua) penting lho dalam
tahapan hidup berkeluarga. Justru mereka yang masih terlalu tergantung pada
orangtuanya di tahap ini (misalnya masih terus mengharap dibayari oleh
orangtua) seringkali mengalami masalah dalam kehidupan berkeluarganya kelak.
·
Membedakan diri dengan keluaga asal dan
mengembangkan hubungan sesama.
·
dewasa dengan orang tua
·
Membantung hubungan pertemanan yang intim
·
Memulai karir/pekerjaan
H.
Model – model siklus hidup
keluarga
Tahap-tahap siklus hidup keluarga
digambarkan ke dalam 2 model, yaitu:
1. Siklus Hidup Keluarga Model
Tradisional
Siklus hidup keluarga model tradisional yaitu pergerakan
tahap yang sebagian besar keluarga lewati, dimulai dari belum menikah
(bujangan), menikah, pertumbuhan keluarga, penyusutan keluarga, dan diakhiri
dengan putusnya unit dasar. Tahapan dari FLC model tradisional adalah:
·
Tahap
I: Bachelor
Pemuda/i
single dewasa yang hidup berpisah dengan orang tua.
·
Tahap
II: Honeymooners
Pasangan
muda yang baru menikah.
·
Tahap
III: Parenthood
Pasangan
yang sudah menikah setidaknya ada satu anak yang tinggal hidup bersama.
·
Tahap
IV: Postparenthood
Sebuah
pasangan menikah yang sudah tua dimana tidak ada anak yang tinggal hidup bersama.
·
Tahap
V: Dissolution
Salah
satu pasangan sudah meninggal.
2. Siklus Hidup Keluarga Model
Non-Traditional
a. Family Household
1) Childless Couples: pasangan yang
memilih untuk tidak memiliki anak dikarenakan oleh pasangan tersebut lebih
memilih pada pekerjaan.
2) Pasangan yang menikah diumur diatas
30 tahun – menikah terlalu lama dikarenakan karir dimana memutuskan untuk
memiliki sedikit anak atau justru malah tidak memiliki anak.
3) Pasangan yang memiliki anak di usia yang terlalu dewasa
(diatas 30 tahun).
4) Single Parent I: single parent yang
terjadi karena perceraian.
5) Single Parent II: pria dan wanita
muda yang mempunyai satu atau lebih anak diluar pernikahan.
6) Single Parent III: seseorang yang
mengadopsi satu atau lebih anak.
7) Extended Family: seseorang yang kembali tinggal dengan orang
tuanya untuk menghindari biaya yang dikeluarkan sendiri sambil menjalankan
karirnya. Misalnya anak, atau cucu yang cerai kemudian kembali ke rumah orang
tuanya.
b. Non-Family Household
1. Pasangan tidak menikah
2. Perceraian tanpa anak
3. Single Person: orang yang menunda
pernikahan atau bahkan memutuskan untk tidak menikah
4. Janda atau duda
I.
Ketegangan dan siklus
keluarga
Konflik terjadi ketikaa cakupan dari
suatu posisi merasa bahwa ia berkonflik dengan harapan-harapan yang tidak sesuai.
Sumber dari ketidakseimbangn tersebut boleh jadi disebabkan oleh
adanya perubahan-perubahan dalam harapan yang terjadi dalam diri pelaku, orang
lain, atau dalam lingkungan.
Konflik antar peran adalah konflik
yang terjadi jika pola-pola perilaku atau norma-norma dari satu peran tidak
kongruen dengan peran lain yang dimainkan secara bersamaan oleh individu.
v Tipe
Konflik Peran
1)
Konflik
antar peran
terjadi ketika peran yang kompleks dari seorang individu yaitu sekelompok peran
yang ia mainkan, termasuk sejumlah peran yang tidak seimbang. Tipe
konflik ini disebabkan oleh ketidakseimbangan perilaku-perilaku yang berkaitan
dengan berbagai peran atau besarnya tenaga berlebihan yang dibutuhkan oleh
peran-peran ini, miisalnya dalam kasus keluarga dimana peran sebagai siswa,
penjaga rumah, memasak, perkawinan, perawatan anak dilaksanakan sekaligus.
2)
Konflik
peran antar pengirim,
didalamnya terdapat dua orang atau lebih yang memegang harapan-harapan yang
berkonflik, menyangkut pemeranan suatu peran. Ilustrasi tentang tipe konflik
kedua ini adalah adanya harapan-harapan yang berkonflik menyangkut bagaimana
peran seseorang, seperti seorang perawat professional harus ditunjukkan.
3)
Person
– Role Conflict, tipe ini meliputi suatu konflik antara nilai-nilai ingternal
individu dan nilai-nilai eksternal yang dikomunikasikan kepada perilaku oleh
orang lain, dan melemparkan pelaku kedalam situasi yyang penuh dengan stress
peran.
v Dimensi-dimensi
Normatif Peran
Peran-peran didefinisikan secara normatif atau kultur adalah
budaya dimana seseorang berpartisipasi atau dimana individu mengidentifikasi
ketentuan-ketentuan dan larangan-larangan perilaku okupan-okupan dari berbagai
posisi. Akan tetapi tidak semua peran keluarga bersifat normatif secara
merata. Beberapa peran keluarga lebih terkristalisasi sebagai perilaku
yang diharapkan daripada yang lain.
v Kebersamaan
Peran
Kebersamaan peran (Role Sharing menunjuk pada keikutsertaan
atau partisipasi dari dua orang atau lebih dalam peran-peran yang sama meskipun
mereka memegang peran yang sama. Struktur-struktur peran yang dipisahkan secara
tajam merupakan hal tidak lazim dalam keluarga sekarang. Misalnya interaksi
social yang dilakukan olah seorang anak harus mendapatkan partisipasi dari
segenap anggota keluarga, guru dan lingkungan.
v Pemeranan
(Role Taking)
Agar anggota keluarga dapat memainkan peran-peran, mereka
harus mampu membayangkan diri mereka dalam peran dari lawan peran, pasangan
mereka, dengan cara ini anggota keluarga dapat mendelegasikan suatu peran
kepada orang lain dan juga memahami lebih baik bagaimana mereka harus
berperilaku dalam peran-peran mereka sendiri.
v Peran
Formal Keluarga
1. Posisi formal
a. Ayah/suami
b. Istri/ibu
c. Anak laki-laki/saudara laki-laki
d. Anak perempuan/saudara perempuan
2. Posisi Normatif
a. Suami/ayah sebagai pencari nafkah
b. Istri/ibu sebagai pengurus rumah tangga
Dalam keluarga dengan orang tua tunggal ibu biasanya
memainkan peran sebagai ibu dan ayah tanpa peran dari suami. Dalam keluarga
dengan orang tiri suami biasanya akan memainkan peran suami/ayah, tapi karena
anak-anak secara biologis bukan anaknya maka peran ayah merupakan sebuah peran
pura-pura.
v Peran Parental dan Perkawinan
Terdapat
enam peran yang membentuk posisi social sebagai suami / ayah dan istri/ibu:
·
Peran
sebagai provider (penyedia)
·
Peran
sebagai pengaturrumah tangga
·
Peran
perawatan anak
·
Peran
sosialisasi anak
·
Peran
rekreasi
·
Peran
persaudaraan (memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal)
·
Peran
terpeutik (memenuhi kebutuhan afektif pasangan)
·
Peran
seksual
v Peran Perkawinan dan Tipe-Tipe
perkawinan
Pentingnya
hubungan yang harmonis pasangan suami istri merupakan suatu kebutuhan yang
tidak bisa dielakkan. Keberadaan anak-anak dapat mempengaruhi kondisi ini,
dimana suami dan istri dapat membangun suatu koalisi dengan salah
sorang anaknya. Memelihara suatu hubungan perkawinan yang memuaskan merupakan
salah satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga , karena keluarga
berkembang dalam siklus kehidupan keluarga.
v Perubahan-perubahan Peran keluarga
Kontemporer
Peran-peran
anggota keluarga telah menjadi lebih bervariasi, fleksibel dan kompleks. Dimasa
lalu, ada “pekerjaan wanita” dan “pekerjaan laki-laki” kebersamaa peran hanya
sedikit saja kecuali dalam kondisi-kondisi khusus. Keluarga pada waktu itu
hidup menurut aturan-aturan yang dibentuk secara kultur, relative kaku yang
dipertahankan oleh tekanan-tekanan social dan moral dari seluruh masyarakat.
Saat ini, banyak sekali variasi dalam peran kedua jenis kelamin nampaknya dapat
dijalankan dengan mudah. Harapan dan praktik amat jauh berbeda. Dalam satu
keluarga, anggota keluarga yang dewasa diharapkan dapat bekerjasama dan
sama-sama memikul semua urusan dan tanggungjawab keluarga; pada keluarga yang
lain, peran-peran tradisional diharapkan dan dilaksanakan, namun dalam situasi
yang lain keluarga dengan orang tua tunggal, orang dewasa menerima peran dari
kedua orang tua ( sebagai ayah dan ibu).
v Peran pria / ayah dalam Keluarga
Pada
kondisi ayah dan ibu bekerja, peran tradisional ibu dalam keluarga berubah
fungsi hal ini mengakibatkan timbulnya konflik peran dalam keluarga sampai
terjadi perceraian. Perceraian menyebabkan timbulnya konflik baru terjadi
perpisahan ayah dan anak karena anak lebih sering pada ibunya.
3 teori
fungsi peran ayah menurut Kennedy dalam keluarga, yaitu sebagai pengamat moral,
pencari nafkah dan peran seks. Sebagai pengamat moral seorang ayah dianggap
sebagai icon kepemimpinan moral dalam keluarga. Sebagai pencari nafkah seorang
ayah tidak terlibat dalam perawatan anak, anak-anak dirawat oleh ibunya.
Sebagai peran seks seorang ayah berperan membentuk identitas anak laki-laki.
v Peran Seksual Perkawinan
Diwaktu
dulu seoarang pria memiliki untuk menentukan kegiatan seksual dengan istri
mereka tetapi tidak merasa mempunyai kewajiban ikut prihatin terhadap perasaan
puas istri. Tetapi sekarang hak wanita untuk mendapatkan kenikmatan hubungan
seksual dan pemerataannya semakin penting, dan sifat peran seksual bagi kedua
pasanganpun berubah (napier,1988)
v Peran Ikatan keluarga (Kin Keeping)
Wanita
merupakan penerus keturunan (memiliki peran dalam mengikat hubungan keluarga)
termasuki memelihara komunikasi, mempermudah komunikasi, mempermudah kontak dan
tukar menukar barang dan jasa serta memantau hubungan keluarga.
v Peran Kakek/Nenek
Peran ini
cukup menyenangkan namun belum diketahui pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku cucunya. Fungsi peran ini dipengaruhi oleh usia, etnis, kelas sosial
dan gender. Dalam hal mengasuh cucu kakek dan nenekk banyak terlibat dalam
pengasuhan cucu mereka pada saat kedua orang tuanya bercerai khususnya jika
kakek dan nenek ini masih muda.
v Masalah –
Masalah Perubahan Peran
Status dan
peran-peran terkait lain dari individu dalam sebuah keluarga akan mengalami
perubahan-perubahan nmelalui berbagai cara yang langsung dalam siklus kehidupan
keluarga dan dalam kedua keluarga ( keluarga orientasi dan keluarga
parenthood). Perubahan dalam hubungan-hubungan peran, harapan-harapan peran,
dan kemampuan menunjuk kepada transisi peran (Meleis, 1975). Transisi-transisi
peran berlangsung pada damarkasi kehidupan keluarga, misalnya pada perkawinan,
perceraian, kematian orang tua atau pasangan, dan juga agak lebih kabur sebagai
suatu respon berkelanjutan terhadap pengalaman hidup. Suatu perubahan peran
yang dialami oleh seorang anggota keluarga memaksa perubahan peran pelengkap
pada anggota keluarga lain.
Harus
diakui bahwa munculnya perubahan peran dalam keluarga tidak akan datang tanpa
melibatkan pengalaman seseorang yang memilukan. Keluarga sering mengalami
stress yang signifikan selama peran transisi. Ketika individu-individu
menyimpang dari harapan-harapan peran normatf dan atau mengambil peran baru,
boleh jadi mereka kurang memiliki persiapan untuk memerankan peran tersebut dan
sosialisasi sebelumnya secara menyenangkan dan adekuat. Disamping itu,
kurangnya latihan yang diperluakan, seseorang anggota keluarga tidak boleh
berfikir bahwa peran-peran baru tersebut telah memenuhi keinginan-keinginannya
atau kebutuhan-kebutuhannya. Perubahan peran yang diakibatkan kehadiran seorang
bayi, pekerjaan istri, suami menganggur, perceraian, realokasi keluarga, dapat
menciptakn peran yang membingungkan, cemas, dan ketidakbahagian dalam keluarga
dan bias jadi mempertinggi konflik dalam keluarga menurut “Aldous (19740 ‘
dalam buku Fredman.
Perubahan
peran diperluakn karena kehadiran bayi merupakn sebuah contoh. Menurut “Ventura
(1987) dalam buku Freedman, menyatakan dalam sebuah studi kualitatif terhadap
pasangan kelas menengah, ia menemukan bahwa 35% istri yang pertama kali menjadi
seorang ibu dan 65% pria yang pertama kali menjadi ayah mengatakan bahwa mereka
merasa stress karena tuntutan peran multiple. Data yang dikumpulkan pada tiga
bulan setelah partus. Para ibu menjalankan peran parenting dengan jadwal
pekerjaan dan pekerjaan dirumah dan hanya menyiksan waktu sangat sedikit bagi
mereka. Para ayah menggambarkan stress tersebut dikaitkan dengan karier dan
tanggung jawab.
v Variabel-Variabel
Yang Mempengaruhi Struktur Peran
1. Perbedaan Kelas Sosial
a. Keluarga kelas bawah
Fungsi kehidupan keluarga dalam hubungannya dengan
peran-peran keluarga sudah pasti dipengaruhi oleh tuntutan dan kepentingan yang
ada pada keluarga. Keluarga dengan orang tua tunggal merupakan jumlah terbesar
dari bentuk tipe keluarga miskin. Tiga puluh persen dari semua keluarga dengan
orang tua tunggal hidup dalam kepapaan. ( Getman et al, 1985)
1) Peran Perkawinan
Stabilitas peran perkawinan dalam status kelas bawah jauh
lebih genting daripada kelas social lainnya, dengan masalah perceraian dua kali
lebih besar dari pada kelompok kelass menengah. Tingginya tingkat pengangguran
pada kelompok masyarakat miskin merupakan suatu stressor utama dalam hubungan
perkawinan. Dalam kebanyakan keluarga miskin terdapat suatu demokrasi menyolok
menyangkut peran keluarga, atas dasar apa pekerjaan berada didalam atau diluar
rumah. Garis kekuasan yang kokoh ini berfungsi untuk memperkuat jarak emosional
pasangan.
2) Peran-peran Parental
Karena secara khusus kebutuhan afektif dan social tidak
dipenuhi oleh suami mereka, mereka membuat pelarian emosional lebih dekat
kepada anak-anak sebagai kompensasi terhadap kerenggangan emosional. Disini
munculah suatu kedekatan yang lebih antar ibu dan anak-anak. Focus peranan
parenting dalam keluarga miskin adalah terletak pada pencapaian pemeliharan
fungsi , menyediakan nafkah bagi anak, menjamin agar mereka agar mereka makan,
istirahat yang cukup. Mandi, dan pergi kesekolah pada waktunnya dan terletak
pada penegakan aturan dan disiplin di rumah.
3) Peran kakak/ adik
Ketika anak telah beranjak dewasa peran seorang kakak atau
adik (sibling role) mendapat arti yang penting sebagai suatu “pelaku yang
bersosialisasi” ,berbeda dengan keluarga kelas menengah. Jika terjadi kegagalan
berkomunikasi di antara orang tua dan anak-anak, subsistem peran kakak/adik
cenderung mendorong adanya ekspresi posisi terhadap control parental.
b. Keluarga Pekerja dan Keluarga Kelas
Menengah
Menurut Komarovsky (19640 dalam, buku fredman , menyatakan
semakain tinggi pendidikan suami maka semakin besar keakraban dan keharmonisan
dalam perkawinan. Keluarga kelas pekerja cebderung memiliki peran keluarga yang
lebih didasarkan pada tradisi dari nperan keluarga kelas menengah, suami lebih
berkuasa dalam peran sebagai kepala keluarga. Perencanan dalam keluarga
dilakukan secara bersama-sama pada kelas menengah karena status pendidikan
mereka.
Keluarga kelas menengah umumnya mengasuh anak merupakan
sebuah peran yang dipikul secara bersama-sama, berbeda dengan keluarga
menengah. Kalangan kelas menengah lebih memperhatikan perkembangan
psikologis, perbedaan individu, kemandirian dan percaya diri anak mereka,
sifat-sifat ini didorong untuk keberhasilan hidup dalam bekerja.
2. Bentuk Bentuk Keluarga
a. Peran dalam keluarga dengan orang
tua tunggal
Peran orang tua tunggal semakin banyak, hal ini disebabkan
perceraian, kelahiran diluar perceraian dan penyelewengan oleh pasangan.
Kebanyakan keluarga dengan orang tua tunggal dikepalai oleh ibu. dua ciri peran
yang menonjol dari keluarga ini adalah (1) peran yang berlebihan dan
konflik-konflik peran dan (2) perubahan-perubahan peran dalam keluarga orang
tua tunggal. Orang ini harus berperan double sebagai ibu dan ayah, selain itu
tidak adanya dukungan dari status perkawinan, sehingga dibebani oleh
konflik-konflik peran. Karena kebanyakan orang tua tunggal juga bekerja maka
ditemukan adanya tekanan menyangkut peran keluaga maupun pekerjaan dan
menurunnya tingkat keadaan sehat.
b. Peran dalam keluarga dengan orang
tua tiri
Keluarg-keluarga dengan orang tua tiri beresiko memiliki
masalah serius lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga orang tua tunggal.
Salah satu alasan utama.dari hall ini adalah semakin besarnya kompleksitas yang
masuk dalam penyatuan seorang seorang ayah tiri ke dalam sebuah keluarga yang
telah terbentuk, ditambah dengan kesetian campuran sebagai istri-ibu kepada
suami baru di satu pihak dan anak-anak dipihak lain.
Ketika orang tua masuk ke daalm suaru hubungan dimana ayah
tiri menjadi kepala keluarga yang diman ia bukan orang tau murni, maka akan
terjadi perubahan nilai dan aturan yang akan menjadi persoalan.
3. Latar Belakang Keluarga
Norma dan niali sangat mempengaruhi bagaimana peran
dilaksanakan dalam sebuah keluarga tertentu. Dalam sejumlah budaya, peran
formal keluarga dilaksanakan oleh anggota keluarga besar yang memegang posisi
dari keluarga lain. Karena banyak sekali pasangan nikah yang secara kultur
bersifat heterogen, sebuah masalah utama dalam tipe keluarga ini biasanya
ketidak kongruennya peran, karena perbedaan latar belakang budaya pasangan dan
karena harapan terhadap peran yang dimiliki berbeda.
4. Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
Cara yang digunakan oleh keluarga untuk melaksanakan peran
berbeda-beda dari satu tahap siklus kehidupan keluarga ke tahap yang lain.
Peran parental sebagai contoh yang sangat jelas. Menjadi orang tua dari seorang
bayi harus mampu memberikan perawatan 24 jam, sementara menjadi orang tua bagi
remaja yaitu orang tua tidak boleh mengekang melainkan memberikan dukungan
karena remaja berbeda dengan bayi.
5. Model-Model Peran
Hal ini bertujuan untuk menemukan kehidupan awal keluarga,
saat seorang individu mempelajari peranannya dan bagaiman pengalaman awal
terjadi. Sangatlah penting memperhatiakan aspek-aspek intergenarasional dari
peran-peran parental dan perkawinan.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Siklus Hidup Keluarga (Family Life Cycle) adalah istilah
yang digunakan untuk menggambarkan perubahan-perubahan dalam jumlah anggota,
komposisi dan fungsi keluarga sepanjang hidupnya. Siklus hidup keluarga juga
merupakan gambaran rangkaian tahapan yang akan terjadi atau diprediksi yang
dialami kebanyakan keluarga.
Siklus
hidup keluarga terdiri dari variabel yang dibuat secara sistematis
menggabungkan variable demografik yaitu status pernikahan, ukuran keluarga,
umur anggota keluarga, dan status pekerjaan kepala keluarga.Tahap – tahap
siklus hidup keluarga :Tahap Tanpa Anak, Tahap Melahirkan (Tahap Berkembang),
Tahap Menengah ,Tahap Meninggalkan Rumah, Tahap Purna Orang Tua ,Tahap
Menjanda/Menduda.
Siklus hidup keluarga dalam ilmu
kependudukan dipandang penting, karena lima alasan pokok sebagai
berikut :
v Menunjukan
interaksi antara anggota keluarga. Peristiwa-peristiwa seperti kelahiran,
kematian, dan perubahan umur atau status anak, tidak hanya mempengaruhi
individu-individu yang bersangkutan, tetapi juga anggota keluarga yang lain.
v Memperjelas
pengaruh yang kontinu dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahap-tahap
awal siklus terhadap kehidupan keluarga sampai akhir siklus tersebut.
v Menghilangkan
konsepsi yang salah tentang keluarga, misalnya pandangan bahwa keluarga
hanya melewati satu atau dua tahap tertentu saja.
v Merupakan suatu ringkasan yang
penting tentang pengaruh gabungan faktor-faktor fertilitas, mortalitas,
nupsialitas dengan faktor-faktor ekonomi dan kebudayaan.
v Dapat menjelaskan bermacam-macam
variasi kegiatan sosial demografi dan sosial ekonomi.
B. SARAN
1. Memperbanyak
membaca buku referensi tentang siklus hidup keluarga.
2. Mempelajari
tentang siklus hidup keluarga secara lebih detail dan mendalam.
3. Memahami
apa yang dimaksud dengan siklus hidup keluarga serta tahap – tahap siklus hidup
keluarga.
DAFTAR
PUSTAKA
Astuti,Widya.2011.Keluarga berencana terkait dengan fertilitas. Diperoleh melalui.
(http://widyaastuti-agrittude.blogspot.co.id/2011/11/keluarga-berencana-terkait-dengan.html). Diakses tanggal 11 April 2017.
Gar’s,blog.2013. siklus
hidup keluarga. Diperoleh melalui (http://boetarboetarzz.blogspot.co.id/2013/01/siklus-hidup-keluarga-family-life-cycle.html). Diakses tanggal 11 April 2017.
J.S.Teressia.2013. Tahap – tahap siklus hidup keluarga.
Diperoleh melalui (http://teesasisuseso.blogspot.co.id/2013/01/tahap-siklus-hidup-keluarga-family-life.html). Diakses tanggal 11 April 2017.
Paulpla.2009.
Tahap – tahap siklus hidup. Diperoleh
melalui (https://hikmatpembaharuan.wordpress.com/2009/01/25/keluarga-tahap-tahap-siklus-hidup/). Diakses tanggal 11 April 2017.
Rabiah.2010.Konflik struktur peran dalam keluarga. Diperoleh melalui (https://rabiah65.wordpress.com/2010/12/29/konflik-struktur-peran-dalam-keluarga/).
Diakses tanggal 11 April 2017.
Raachmaa.2013.pengaruh keluarga dan rumah tangga. Diperoleh
melalui. (http://raachmaa.blogspot.co.id/2013/11/pengaruh-keluarga-dan-rumah-tangga.html). Diakses tanggal 11 April 2017.
Shani.Belda.2010. Tahap – tahap
siklus hidup keluarga. Diperoleh melalui (http://beldashani.blogspot.co.id/2010/08/tahap-tahap-siklus-kehidupan-keluarga-1.html). Diakses tanggal 11 April
2017.