MAKALAH PENGANTAR ILMU EKONOMI
NILAI GUNA (UTILITY)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. WAHYUNI USMAN NIM
:1613201010
2. SISKA WAHYU NIM
: 1613201012
3. DWI SHINTA OKTAVIA NIM
: 1613201004
DOSEN
PEMBIMBING : RINDA
FITHRIYANA ,SE,M.AK
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PAHLAWAN
TUANKU TAMBUSAI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG......................................................................... 1
B.
RUMUSAN MASALAH..................................................................... 2
C. TUJUAN............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Teori perilaku konsumen....................................................................... 3
B.
Teori nilai guna (utility)......................................................................... 5
C.
Faktor yang dapat merubah permintaan suatu
barang.......................... 9
D.
Nilai guna barang ............................................................................... 10
E.
Nilai guna, bentuk dan berhentinya
kebiasaan.................................... 11
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Setiap individu ataupun rumah tangga
pasti mempunyai perkiraan tentang berapa pendapatanya dalam suatu periode
tertentu, misalkan satu tahun. Dan mereka juga pasti mempunyai suatu gambaran
tentang barang - barang atau jasa - jasa apa saja yang akan mereka beli. Tugas
setiap rumah tangga adalah bagaimana mereka bisa memaksimalkan pendapatan
mereka yang terbatas untuk mendapatkan dan memenuhi semua kebutuhan sehingga
bisa mencapai kesejahteraan. Tapi ternyata hampir tidak satupun individu atau
rumah tangga yang berhasil dalam tugasnya tersebut. Sampai pada tingkat
tertentu, kegagalan tersebut disebabkan oleh adanya keterangan - keterangan
yang tidak tepat dan ada juga alasan - alasan lain seperti Pembelian –
pembelian secara impulsive.
Segala usaha yang dilakukan untuk
mencapai kepuasan maksimum dengan pendapatan yang terbatas inilah yang
mempengaruhi permintaan konsumen terhadap barang dan jasa di pasar. Untuk
menganalisa pembentukan permintaan konsumen secara lebih akurat, maka akan
digunakan beberapa asumsi yang akan menyederhanakan realitas ekonomi. Disini
kita akan mempelajari tentang teori nilai guna ( utility ).
Secara historis, teori nilai guna
(utility) merupakan teori yang terlebih dahulu dikembangkan untuk menerangkan
kelakuan individu dalam memilih barang-barang yang akan dibeli dan
dikonsumsinya. Dapat dilihat bahwa analisis tersebut telah memberi gambaran
yang cukup jelas tentang prinsip-prinsip pemaksimuman kepuasan yang dilakukan
oleh orang-orang yang berfikir secara rasional dalam memilih berbagai barang
keperluannya. Disini kita juga akan mempelajari bagaimana suatu barang bisa
memmberikan kenikmatan terhadap individu dan bagaimana barang itu akhirnya sama
sekali tidak bisa memberikan kenikmatan terhadap seseorang.
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa teori pelaku konsumen ?
2.
Apa
pendekatan pendekatan nilai guna (utility) ?
3.
Apa
teori nilai guna (utility) ?
4.
Apa
faktor yang dapat merubah permintaan suatu barang ?
5.
Apa
saja macam – macam nilai guna barang ?
6.
Apa saja Nilai guna, bentuk dan
berhentinya kebiasaan ?
C. TUJUAN
1.
Mengetahui dan menjelaskan teori pelaku konsumen?
2.
Mengetahui
apa saja pendekatan nilai guna (utility) ?
3.
Mengetahui
apa teori nilai guna (utility) ?
4.
Mengetahui
apa saja faktor yang dapat merubah permintaan suatu barang ?
5.
Mengetahui
apa saja macam – macam nilai guna barang ?
6.
Mengetahui
apa saja Nilai guna, bentuk dan
bagaimana berhentinya kebiasaan ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. TEORI
PERILAKU KONSUMEN
Teori perilaku konsumen yaitu teori yang menjelaskan
tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang,dengan pendapatan tertentu
dan harga barang tertentu pula sedemikian rupa agar konsumen mencapai
tujuannya.Tujuan konsumen untuk memperoleh manfaat atau kepuasan
sebesar-besarnya dari barang-barang yang dikonsumsi (maximum satisfaction). Dan
teori ekonomi menganggap bahwa maximum satisfaction itu adalah tujuan akhir
konsumen.
Sebelum kita mempelajari tentang tingkah laku konsumen lebih
lanjut, ada baiknya kita mengetahui beberapa anggapan - anggapan sederhana yang
biasa menjadi patokan untuk menganalisa pembentukan garis permintaan dari suatu
barang secara lebih tepat, tanpa menyimpang dari realitas ekonomi.
·
Barang
dan jasa yang dikonsumsi biasanya disebut komoditi. Komoditi adalah sesuatu
yang memberikan jasa konsumsi ( consumption services ) terhadap konsumen
persatuanwaktu tertentu.
·
Setiap
konsumen dianggap tahu macam barang dan jasa yang tersedia di pasar,
kapasitasteknis masing - masing barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan
konsumen dan tingkat harga masing - masing.
·
Konsumen
dianggap tahu secara pasti mengenai jumlah uang yang akan dibelanjakanya selama
periode perencanaan tertentu.
v Teori tingkah laku konsumen dapat
dibedakan dalam dua macam pendekatan yaitu:
1. Pendekatan nilai guna (Utility)
Kardinal
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut
dengan teori nilai subyektif : dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh
seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur, dimana
keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi berbagai macam
barang, dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk membeli unit
tambahan dari berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marginal yang
sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan konsumen dapat dicari dengan
pendekatan kuantitatif.
Para ahli ekonomi mempercayai bahwa utility merupakan ukuran
kebahagian. Utility dianggap bahwa ukuraan kemampauan barang / jasa untuk
memuaskan kabutuhan. Besar kecilnya utility yang dicapai konsumen tergantung
dari jenis barang atau jasa dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi. Besar
kecilnya kepuasan yang diperoleh konsumen tergantung pada jenis dan jumlah barang
atau jasa yang dikonsumsi.
2.
Pendekatan
nilai guna ordinal
Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut
analisis Kurva indeference : manfaat yang diperoleh masyarakat dari
mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitif / tidak dapat diukur.
Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan -
keterbatasan yang ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti
pendekatan cardinal tidak memiliki kelebihan.
Pendekatan ini muncul karena adanya keterbatasan -
keterbatasan yang ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti
pendekatan cardinal tidak memiliki kelebihan.
v Persamaan kardinal dan ordinal
Persamaan cardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan
tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu
dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya
(maximum utility) .
v Perbedaan kardinal dan ordinal
Nilai guna (Utility) Kardinal menganggap bahwa besarnya
utility dapat dinyatakan dalam bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal
besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan / angka.
Analisis
cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan
marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve
atau kurva kepuasan sama.
B.
TEORI
NILAI GUNA ( UTILITY)
Teori nilai guna atau utility yaitu teori ekonomi yang
mempelajari kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dari
mengkonsumsikan barang-barang. Kalau kepuasan itu semakin tinggi maka semakin
tinggi nilai guna atau utility-nya. Sebaliknya semakin rendah kepuasan dari
suatu barang maka utilitynya semakin rendah pula.
1. Nilai guna total (total utility)
Nilai guna total merupakan jumlah seluruh kepuasan yang
diperoleh oleh konsumen dalam mengonsumsi sejumlah barang tertentu. Misalnya,
habis bangun tidur Anda minum 1 gelas air dengan nilai guna 2. Pada waktu
berikutnya, sehabis olah raga Anda minum air sebanyak 2 gelas dengan nilai guna
4, tentu keadaan ini (sehabis olah raga) membuat konsumsi air meningkat.
Anda pasti bingung, darimana saya dapat menentukan nilai
guna 2 dan 4 pada contoh di atas?. Perlu dipahami bersama bahwa nilai guna
(utility) terhadap suatu barang atau jasa itu bersifat subjektif yang berarti
bahwa setiap orang memiliki penilaian yang berbeda. Adapun dalam contoh di atas
saya secara pribadi memberi nilai guna 2 (minum air setelah bangun tidur) dan 4
(minum air setelah olah raga). Anda bisa memberikan penilaian yang berbeda dan
ini sah-sah saja.
Nah, biasanya penentuan nilai guna ini jika pada sebuah
website, maka akan terdapat pada akhir artikel -ada semacam tanda bintang-
dimana si pembaca diberi kesempatan untuk mengisi poling atau rating terkait
seberapa besar nilai guna website tersebut kepada And
2.
Nilai
guna marjinal (marginal utility)
Nilai guna marjinal merupakan
pertambahan atau pengurangan kepuasan konsumen sebagai akibat dari pertambahan
atau pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu. Misalnya Anda makan
bakso 1 mangkok dengan nilai guna sebesar 30 kemudian Anda makan lagi 1 mangkok
dengan nilai guna 20. Kemudian Anda nambah lagi 1 mangkok dengan nilai guna 5.
Maka jika di total nilai gunanya sebesar 55. Nah, disini bisa diketahui bahwa
nilai marjinalnya yaitu 10 pada saat mangkok pertama dan kedua. Pada saat
mangkok kedua dan ketiga, nilai guna marjinalnya sebesar 15.
Mengapa saat makan bakso 1 mangkok,
2 mangkok dan 3 mangkok nilai gunanya turun?, itu karena perut kita memiliki
kapasitas. Jika kapasitas telah terpenuhi, maka makanan tidak diperlukan lagi.
Hal ini akan dirasakan kenyang oleh si pemakan bakso tersebut sehingga
kenikmatan atau kepuasan makan bakso justru akan semakin berkurang.
Nah, dari penjelasan di atas kita
jadi tahu bahwa semakin banyak kita mengkonsumsi suatu barang tertentu, maka
nilai guna totalnya akan semakin besar namun nilai guna marjinalnya justru akan
semakin turun bahkan bisa mendekati nol atau justru bisa negatif.
Beberapa ahli juga menggolongkan
teori nilai guna atau utility menjadi dua (lain daripada yang telah kita bahas
di atas) yaitu teori nilai objektif dan teori nilai subjektif.
1. Teori Nilai Objektif
Teori nilai objektif merupakan teori yang menyelidiki
tentang nilai suatu barang dimana barang itu sendiri digunakan sebagai objek
penelitian (bukan barang laen atau yang berbeda). Barang akan terlebih dahulu
diteliti -apakah barang tersebut memiliki nilai tawar dan nilai tukar?
bagaimana seluk-beluk proses produksi barang hingga terjual ke tangan
konsumen?-. Nah, penelitian ini pada umumnya dilakukan oleh pihak produsen.
Ada
beberapa teori terkait teori nilai objektif ini, antara lain:
a. Teori nilai biaya produksi dari Adam
Smith
Menurut Adam smith, nilai suatu barang atau jasa ditentukan
oleh biaya yang dikeluarkan produsen untuk memproduksi barang atau jasa
tersebut. Semakin tinggi biaya produksi semakin tinggi pula nilai dari barang
tersebut. Misalnya biaya produksinya sebesar Rp 100.000,- maka nilai barang itu
sebesar Rp 100.000,- pula.
b. Teori nilai biaya produksi tenaga
kerja dari David Ricardo
Menurut David ricardo, nilai suatu barang ditentukan oleh
biaya tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi barang tersebut. Yakni
meliputi tenaga manusia, mesin atau biaya pengeluaran lainnya dari semua
peralatan yang digunakan dalam proses produksi.
c. Teori nilai lebih dari Karl Marx
Menurut Karl marx, barang dinilai berdasarkan pada biaya
rata-rata tenaga kerja di masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan masyarakat
adalah tenaga manusia, termasuk perkakas dan mesin yang dipakai dalam produksi.
d. Teori nilai reproduksi dari Carey
Menurut Carey, nilai barang harus didasarkan atas biaya
reproduksi yakni biaya untuk memproduksi kembali suatu barang. Misalnya membuat
kursi kayu membutuhkan dana Rp 100.000,- namun beberapa hari kemudian harga
kayu naik sehingga biayanya menjadi Rp 150.000,-. Nah, disini maka biaya
produksinya dihitung sesuai harga kenaikannya yaitu Rp 150.000,-.
e. Teori nilai pasar dari Hummed and Locke
Ajaran nilai David Humme dan John Locke ini juga disebut
sebagai market value theory. Menurut teori ini, nilai suatu barang
bergantung pada permintaan dan penawaran barang di pasar. Misalnya harga mercon
naik ketika mendekati hari raya idul fitri karena permintaan lebih tinggi
daripada penawaran, tapi ketika hari biasa harganya turun. Hal ini disebabkan
karena permintaan lebih rendah daripada penawaran. Jadi harganya akan
fluktuatif.
2. Teori Nilai Subjektif
Teori nilai subjektif menjelaskan bahwa nilai suatu barang
ditentukan oleh utilitas dari barang tersebut dimana utilitas setiap orang bisa
berbeda meski sedang menilai barang yang sama. Teori subjektif ini, terkenal
berasal dari pemikiran Herman Heinrich Gossen dan Carl Menger.
a. Hukum Gossen I
Hukum Gossen I berbunyi, “Jika pemuasan kebutuhan
dilakukan terus menerus, maka kenikmatan semakin lama semakin berkurang dan
pada suatu saat akan tercapai titik kepuasan”.
Hukum ini menjelaskan terkait penggunaan satu macam barang
yang sama, padahal pada umumnya, manusia menggunakan berbagai macam barang.
Untuk itu muncul lah hukum Gossen II.
b. Hukum Gossen II
Hukum Gossen II berbunyi, “Manusia berusaha memuaskan
kebutuhannya yang beraneka ragam hingga mencapai tingkat intensitas yang sama
(harmonis)”.
Jadi disini dijelaskan bahwa manusia akan membagi-bagi
pengeluaran uangnya sedemikian rupa sehingga kebutuhannya terpenuhi secara
seimbang.
c. Teori Nilai Subjektif Carl Menger
Menurut Menger, nilai ditentukan oleh faktor subjektif
dibandingkan faktor objektif. Nilai berasal dari kepuasan manusia. Carl Menger
juga menggunakan Hukum Gossen II untuk menyelidiki bagaimana orang membagi
penghasilannya guna memenuhi kebutuhannya yang bermacam-macam. Nah, pada
umumnya manusia akan membagi-bagi penghasilannya untuk memenuhi berbagai macam
kebutuhan hidup dimana kebutuhan yang palng penting dan mendesak akan
mendapatkan prioritas utama.
C.
FAKTOR
YANG DAPAT MERUBAH PERMINTAAN SUATU BARANG
1.
EFEK PENGGANTIAN
(SUBSTITUTION EFECT)
Perubahan
harga suatu barang mengubah nilai guna marginal per rupiah dari barang yang
mengalami perubahan harga tersebut. Kalau harga mengalami kenaikan, nilai guna
marginal per rupiah yang di wujudkan oleh barang tersebut menjadi semakin
rendah.
2.
EFEK PENDAPATAN
Kalau
pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikkan harga menyebabkan
pendapatan riil menjadi semakin sedikit. Dengan perkataan lain, kemampuan
pendapatan yang diterima untuk membeli barang–barang menjadi bertambah kecil
dari sebelumnya.
Maka kenaikan
harga menyebabkan konsumen mengurangi jumlah berbagai barang yang di belinya,
termasuk barang yang mengalami kenaikan harga. Penurunan harga suatu barang
menyebabkan pendapatan riil bertambah, dari ini akan mendorong konsumen
menambah jumlah barang yang dibelinya.
D. NILAI GUNA BARANG
Pengertian
nilai guna barang adalah Sebuah nilai atas manfaat yang di peroleh dari
penggunaannya baik itu bersifat nyata atau tidak nyata.
v Macam-macam nilai guna barang
1. Kegunaan Dasar (Element Utility)
Kegunaan
barang dasar artinya benda tersebut akan sangat berguna dikarnakan mempunyai
zat asli yang dibutuhkan, bisa dirasakan langsung dan nyata oleh panca indra
manusia. Seseorang akan langsung berkomentar atau bisa langsung dengan mudah
berpendapat ketika mendapatakan manfaat dari barang tersebut.
Misalnya
ketika memakan umbi-umbian, ketika merasakan masis, pahit dan asamnya
buah-buahan, dan ketika memasak sayur-sayuran namun kurang bumbu, apakah itu
kurang asing, kurang pedas, kurang asam dan lain-lain.
2. Kegunaan Waktu (Time Utility)
Kegunaan
waktu artinya benda akan lebih sangat berfaedah dan bermanfaat bila digunakan
dengan semestinya pada waktu yang tepat dan sesuai.
Sebagai
contoh menimbun gabah untuk persiapan pada masa paceklik, payung pada saat
musim hujan, air minum ketika haus, makanan ketika lapar, berbelanja ketiak
diskon besar-besaran dan berlibur ketika waktu libur sekolah.
3. Kegunaan Tempat (Place
Utility)
Kegunaan
tempat artinya benda yang akan lebih sangat berfaedah bagi manusia setelah
dipindahkan pada tempat yang semestinya ditempatkan. Misalnya pasir di sungai
dipindahkan ke kota dan kayu di hutan dipindahkan ke kota dipakai sebagai bahan
bangunan.
4. Kegunaan Bentuk (Form Utility)
Kegunaa
bentuk artinya benda dapat lebih berfaedah bagi manusia setelah diubah bentuk
sesuai keinginan.
Misalnya
kayu diubah mejadi mebel, kain diubah menjadi baju/celana, gandum diubah
menjadi roti, besi diubah menjadi pisau, pelastik diubah menjadi gelas plastik,
sampah di ubah menjadi barang bermanfaat seperti tas, pas bunga dan piringdan
sebagainya.
5. Kegunaan Pelayanan (Service
Utility)
Kegunaan
pelayanan artinya benda akan berguna jika ada jasa pelayanan. Misalnya televisi
akan berguna apabila ada siaran
6. Kegunaan hak milik (Ownership
Utility)
Kegunaan
hak milik artinya benda yang dapat berfaedah setelah dimiliki. Misalnya buku
yang masih di toko akan menjadi lebih berguna setelah dibeli oleh konsumen.
E.
NILAI GUNA, BENTUK DAN BERHENTINYA
KEBIASAAN.
v Menurut M Abraham Garcia-Torres,
Nilai Guna pada barang yang sama, dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu :
1. Jangka Waktu Konsumsi Barang
jika
jangka waktu konsumsi cukup lama maka ingatan konsumen harus bekerja lebih
keras untuk membangkitkan pengalaman yang lalu. kemudian konsumen akan dapat
menikmati konsumsi berikutnya. karena jangka waktu berkurang, konsumen akan
merasakan kebosanan pada barang yang sama.
2. Daya Ingat Konsumen
Memori
yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama diperlukan antara konsumsi untuk
barang yang sama. Pembuktian fakta ini, adalah bentuk kebiasaan yang lebih kuat
antara orang dewasa dan anak - anak. Dua kelompok ini dapat mengkonsumsi barang
yang sama , atau melakukan hal yang sama tapi mengalami kebosanan setelah
jangka waktu yang berbeda, yaitu orang dewasa lebih cepat bosan daripada anak-
anak.
3. Kualitas Barang
Peningkatan
kualitas barang (ceteris paribus) akan menyebabkan peningkatan nilai guna
pengalaman.
v kebiasaan konsumsi ini sebagai
berikut :
·
Kecanduan
yaitu
tindakan konsumsi barang dalam jangka waktu yang lama dan tidak bisa dihindari.
kecanduan biasanya terjadi pada Narkoba dan berjudi. tapi beberapa masyarakat
masih menerima beberapa kecanduan seperti pada teh, kopi, rokok dan seterusya
yang dianggap sebagai kebiasaan.
·
Kebiasaan
abadi
yaitu
tindakan konsumsi barang dimana konsumen belajar bagaimana untuk
menghabiskanya. Ini berarti dia telah mencapai jangka waktu yang tepat untuk
mengkonsumsi barang tersebut tanpa menjadi bosan
·
kebiasaan
sesaat
yaitu
tindakan konsumsi terhadap suatu barang yang akan memberikan nilai guna kepada
konsumen hanya untuk sesekali. setelah itu dia akan bosan pada barang tersebut.
kalau sudah begitu dia akan memiliki dua pilihan, tidak menggunakan barang itu
lagi atau mencoba untuk mencari barang sejenis dengan kualitas yang lebih baik
dan masih memberikan dia nilai guna.
·
Mencari
kenikmatan baru
konsumen
membeli hanya karena rasa ingin tahu, dan akan menikmati sampai kesenanganya
hilang.ketika kesenanganya berlalu maka barang itu sudah tidak berguna lagi
bagi dia.
v nilai guna dari suatu barang
berakhir
·
Secara
Fisik habis karena dikonsumsi
·
Rusak
·
Kita
bosan dengan barang tersebut
BAB III
KESIMPULAN
1.
Teori
tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan yaitu:
Pendekatan
nilai guna (Utility) Kardinal dan Pendekatan nilai guna ordinal
2.
Teori
Nilai Guna ( utility ) dibedakan menjadi dua yaitu :Marginal Utility dan Total
Utility
3. Perubahan marginal utility suatu
barang dipengaruhi oleh perubahan harga barang dan perubahan pendapatan
konsumen.
4. keseimbangan konsumen akan tercapai jika
setiap tambahan dana yang dikeluarkan konsumen untuk membeli barang, sudah
tidak mampu lagi menaikan total utility barang tersebut
5. Nilai Guna pada barang yang sama,
dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu :
jangka waktu konsumsi barang yang sama.
daya ingat konsumen
kualitas barang
jangka waktu konsumsi barang yang sama.
daya ingat konsumen
kualitas barang
6. Kebiasaan konsumen dalam
mengkonsumsi barang bisa dikelompokan menjadi 4
Kecanduan
Kebiasaan abadi / kekal
Kebiasaan sesaat
Mencari kenikmatan baru
Kecanduan
Kebiasaan abadi / kekal
Kebiasaan sesaat
Mencari kenikmatan baru
7. Nilai guna / manfaat dari suatu
barang akan berakhir jika :
Secara Fisik habis karena dikonsumsi
Rusak
Kita bosan dengan barang tersebut.
Secara Fisik habis karena dikonsumsi
Rusak
Kita bosan dengan barang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Simple news.2014. Pengertian dan macam – macam teori nilai. Diperoleh melalui
(http://simplenews05.blogspot.co.id/2014/10/pengertian-dan-macam-macam-teori-nilai.html). Diakses tanggal 23 Mei 2017.
Dunia belajar.2015.
Teori nilai guna (utility) Diperoleh melalui
(http://dunia-blajar.blogspot.co.id/2015/05/teori-nilai-guna-contoh.html). Diakses tanggal 23 Mei 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar