ASAL USUL PENCIPTAAN MANUSIA DARI
TEORI MODERN ABAD 19 DAN 20
Teori ini mencoba menggali informasi
asal usul makhluk hidup dari sisi biokimia. Menurut Oparin dalam bukunya yang
berjudul The Origin of Life (1936) menyatakan bahwa asal mula kehidupan terjadi
bersamaan dengan evolusi terbentuknya bumi beserta atmosfernya. Alexander
Oparin adalah ahli evolusi molekular berkebangsaan Rusia.
Lebih lanjut, Oparin menjelaskan
bahwa pada mulanya atmosfer bumi purba terdiri atas metana (CH4), amonia (NH3),
uap air (H2O), dan gas hidrogen (H2). Oleh karena adanya pemanasan dan energi
alam, berupa sinar kosmis dan halilintar, gas-gas tersebut mengalami perubahan menjadi molekul organik
sederhana, sejenis substansi asam amino.
Selama berjuta-juta tahun, senyawa
organik itu terakumulasi di cekungan perairan membentuk primordial soup,
seperti semacam campuran materi-materi di lautan panas. Tahap selanjutnya,
primordial soup ini membentuk monomer. Monomer bergabung membentuk polimer.
Polimer membentuk agregasi berupa protobion. Protobion adalah bentuk awal sel
hidup yang belum mampu bereproduksi, tetapi mampu memelihara lingkungan kimia
dalam tubuhnya.
Di samping itu, protobion juga telah
memperlihatkan sifat yang berhubungan dengan makhluk hidup, seperti dapat
melakukan metabolisme, kemampuan menerima rangsang, dan bereplikasi sendiri.
Terbentuknya polimer dari monomer-monomer telah dibuktikan oleh Sydney W. Fox.
Dalam percobaannya, Fox memanaskan 18–20 macam asam amino pada titik leburnya
dan didapatkan protein.
Pendapat Alexander Oparin mendapat
dukungan dari ahli kimia Amerika Serikat, bernama Harold Urey. Urey menyatakan
bahwa atmosfer bumi purba terdiri atas gas-gas metana (CH4), amonia (NH3), uap
air (H2O), dan gas hidrogen (H2). Dengan adanya energi alam (berupa halilintar
dan sinar kosmis), campuran gas-gas tersebut membentuk asam amino.
Pada tahun 1953, seorang mahasiswa
Harold Urey, yaitu Stanley Miller (USA) mencoba melakukan eksperimen untuk
membuktikan kebenaran teori yang dikemukakan Urey. Percobaannya itu juga
dikenal dengan eksperimen Miller-Urey.
Miller menggunakan campuran gas yang
diasumsikan terdapat di atmosfir bumi purba, yaitu amonia, metana, hidrogen,
dan uap air dalam percobaannya. Oleh karena dalam kondisi alamiah gas-gas itu
tidak mungkin bereaksi, Miller memberi stimulus energi listrik tegangan tinggi,
sebagai pengganti energi alam (halilintar dan sinar kosmis).
Miller mendidihkan campuran gas
tersebut pada suhu 100oC selama seminggu. Pada akhir percobaan, Miller
menganalisis senyawa-senyawa kimia yang terbentuk di dasar gelas percobaan dan
menemukan 3 jenis dari 20 jenis asam amino.
Alat percobaan Miller-Urey Terdiri
atas bagian yang berupa sebuah tabung tertutup yang dihubungkan dengan 2
ruangan. Ruangan atas berisi beberapa gas yang menggambarkan keadaan
atmosfer bumi purba. Selanjutnya pada tempat ini diberi percikan listrik
yang menggambarkan halilintar.
Kondensor berfungsi
untuk mendinginkan gas, menyebabkan terbentuknya tetesan-tetesan air
dan berakhir pada ruangan pemanas kedua yang menggambarkan
lautan. Beberapa molekul kompleks yang terbentuk di ruangan atmosfer,
dilarutkan dalam tetesan-tetesan air ini dan dibawa ke ruangan lautan
tempat sampel yang terbentuk diambil untuk dianalisis.
Keberhasilan percobaan Miller ini
memunculkan hipotesis lanjutan tentang asal usul kehidupan. Para evolusionis
menyatakan bahwa asam-asam amino kemudian bergabung dalam urutan yang tepat
secara kebetulan untuk membentuk protein. Sebagian protein-protein yang
terbentuk secara kebetulan ini menempatkan diri mereka pada struktur seperti
membran sel yang diikuti pembentukan sel primitif. Sel-sel ini kemudian
bergabung membentuk organisme hidup. Mereka menyebutnya sebagai evolusi
biologi.
Oparin dan Haldane serta teori Urey
menyebutkan bahwa zat organik (asam amino) yang merupakan bahan dasar penyusun
makhluk hidup, pada mulanya terakumulasi di lautan. Kenyataan saat ini
menunjukkan bahwa dalam sel-sel tubuh makhluk hidup mengandung garam (NaCl).
Hal ini mendasari kesimpulan bahwa makhluk hidup berasal dari laut.
Evolusi biologi dimulai pada saat
pembentukan sel. Asam amino yang terbentuk dari evolusi kimia akan bergabung
membentuk makromolekul. Hal ini dibuktikan pada penelitian Sidney W. Fox.
Larutan yang mengandung monomer-monomer organik diteteskan ke pasir, batu, atau
tanah yang panas sehingga mengalami polimerisasi.
Hasil polimerisasi ini dinamakan proteinoid. Apabila proteinoid dicampur dengan air dingin terbentuklah kumpulan proteinoid yang menyusun tetesan kecil yang disebut mikrosfer. Mikrosfer memiliki beberapa sifat hidup yang mempunyai membran selektif permeabel namun belum dapat dikatakan hidup.
Hasil polimerisasi ini dinamakan proteinoid. Apabila proteinoid dicampur dengan air dingin terbentuklah kumpulan proteinoid yang menyusun tetesan kecil yang disebut mikrosfer. Mikrosfer memiliki beberapa sifat hidup yang mempunyai membran selektif permeabel namun belum dapat dikatakan hidup.
Oparin menggunakan istilah koaservat
untuk mikrosfer. Koaservat merupakan tetesan koloid yang terbentuk saat larutan
protein, asam nukleat, dan polisakarida dikocok. Substansi dalam koaservat
dapat membentuk enzim yang berperan dalam pengambilan bahan dari lingkungan
sebagai bahan pembentuk tubuh. Adanya deretan molekul-molekul lipid dan protein
yang membatasi koaservat dengan lingkungan luar sekitarnya, telah dianggap
sebagai selaput sel primitif.
Selaput sel primitif ini menyebabkan
stabilitas koaservat akan tetap terjaga. Selaput sel primitif ini diperkirakan
berperan dalam pengaturan pertukaran substansi antara koaservat dan lingkungan
sekitarnya. Koaservat dengan selaput lipid protein mungkin merupakan tipe sel
primitif yang disebut protosel. Protosel kemudian akan membentuk sel awal yang
merupakan permulaan dari organisme uniselular. Oleh karena keadaan atmosfer
saat itu tidak mengandung O2, organisme awal tersebut diperkirakan bersifat
prokariotik, anaerob, dan heterotrof.
Perkembangan protosel menjadi
organisme uniselular maupun multiselular tidak terlepas dari sistem genetik
pada protosel itu sendiri. Sehubungan dengan hal itu, seorang ahli biokimia dari
Havard yaitu Walter Gilbert pada tahun 1986 mengajukan hipotesis dunia RNA.
Menurut hipotesis itu, miliaran tahun yang lalu sebuah molekul RNA yang dapat
mereplikasi terbentuk secara kebetulan.
Melalui pengaktifan oleh lingkungan, RNA ini dapat memproduksi
protein. Selanjutnya, diperlukan molekul kedua untuk menyimpan informasi
tersebut, maka dengan suatu cara tertentu terbentuklah DNA. Segera setelah
protosel memperoleh gen yang mampu mereplikasi menyebabkan protosel mampu
bereproduksi, dan dimulailah proses evolusi biologi. Sejarah kehidupan pun
telah dimulai. Selanjutnya organisme-organisme mengalami proses evolusi menurut
jalur kehidupan yang berbeda-beda.
TUGAS
BIOLOGI
ASAL USUL PENCIPTAAN MANUSIA DARI
TEORI MODERN ABAD 19 DAN 20
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1.
DHEA ATIKA DIANRI NIM: 1613201003
2.
DWI SINTA OKTAVIA NIM : 1613201004
3.
M.HERU PANGESTU NIM : 1613201006
4.
SISKA WAHYU NIM : 1613201011
5.
WAHYUNI USMAN NIM :1613201010
DOSEN
PEMBIMBING : Dr.Ulfah
M.Sc
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKes TUANKU TAMBUSAI RIAU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar