MAKALAH BAHASA INDONESIA
KUTIPAN DAN SISTEM RUJUKAN,FORMAT MAKALAH ILMIAH,TANDA
BACA DAN EJAAN,KALIMAT EFEKTIF,CARA MENGACU,TANDA – TANDA
KOREKSI,RINGKASAN,IKHTISAR DAN ABSTRAK,MEMBACA KRITIS,SINTETIS
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. DHEA ATIKA DIANRI NIM:
1613201003
2. DWI SINTA OKTAVIA NIM
: 1613201004
3. M.HERU PANGESTU NIM
: 1613201006
4. SISKA WAHYU NIM
: 1613201011
5. WAHYUNI USMAN NIM
:1613201010
DOSEN
PEMBIMBING : M.YATIM,MP.d
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI RIAU
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya, dapat menyusun makalah berjudul “KUTIPAN DAN SISTEM RUJUKAN,FORMAT MAKALAH ILMIAH,TANDA BACA DAN EJAAN,KALIMAT EFEKTIF,CARA
MENGACU,TANDA – TANDA KOREKSI,RINGKASAN,IKHTISAR DAN ABSTRAK,MEMBACA
KRITIS,SINTETIS”dengan
baik dan lancar.
Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah “Bahasa Indonesia”. Materi ini
merupakan materi yang telah ditetapkan dalam kurikulum perkuliahan bagi mahasiswa
semester I STIKES TUANKU TAMBUSAI RIAU.
Penyusunan
makalah ini juga berkaitan dengan materi-materi bahasa Indonesia yang lain
dalam semester I ini yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa terutama sebagai
referensi penyusunan Skripsi di akhir semester.
Tiada gading yang tak retak, demikian pula
dengan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis membuka
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Demikian semoga
bermanfaat.
Bangkinang, 13
september 2016
penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar............................................................................................... 1
Daftar isi.......................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG......................................................................... 3
B.
RUMUSAN MASALAH..................................................................... 5
C. TUJUAN PENULISAN....................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
1.
Kutipan dan sistem
rujukan.................................................................. 7
2.
Format makalah
ilmiah........................................................................ 18
3.
Tanda baca dan
ejaan.......................................................................... 26
4.
Kalimat efektif.................................................................................... 44
5.
Cara mengacu...................................................................................... 48
6.
Tanda – tanda
koreksi......................................................................... 49
7.
Ringkasan,ikhtisar,
dan abstrak.......................................................... 51
8.
Membaca kritis.................................................................................... 54
9.
Sintetis................................................................................................ 54
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN........................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 57
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari, kita
sering mendengar istilah “Baik dan Benar” dalam bahasa indonesia. pastinya
banyak orang yang bertanya “bagaimana menggunakan bahasa yang baik dan benar
itu?”. Untuk memahami bagaimana menggunakan bahasa yang baik dan benar, oleh
karena itu saya akan memberikan sedikit penjelasan. Bahasa Indonesia yang baik
tentunya yaitu bahasa yang sesuai dengan konteks, sedangkan bahasa Indonesia
yang benar yaitu bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah dan aturan EYD. Tetapi
dalam suatu penulisan bahasa, bahasa yang baik dan benar itu bahasa yang
mempunyai keterkaitan dalam 9 aspek penting yaitu:
1. Ragam Bahasa
2. Ejaan Yang Disempurnakan
3. Diksi
4. Kalimat Efektif
5. Alinea / Paragraf
6. Perencanaan penulisan karangan
ilmiah
7. Kerangka karangan
8. Kutipan dan Sistem Rujukan
9. Abstrak dan Daftar pustaka
Salah satu aspek di dalam penulisan bahasa adalah tentang kutipan dan sistem
rujukan. Kutipan dan sistem rujukan sangat berperan penting dalam sebuah
penulisan bahasa terutama dalam pembuatan karya ilmiah. Penulisan karya
ilmiah merupakan salah satu bentuk pengabdian seseorangkepada keabadian
perubahan. Melalui tulisan karyailmiah, seseorang sedangmenginformasikan ide,
argumentasi ataupun temuan dari hasil kegiatan ilmiahkepada pembaca. Dengan
membaca tulisan karya ilmiah, pembaca memperolehsejumlah informasi untuk
diimplementasikan dalam kehidupan sehar-hari. Untukitu, penulisan karya ilmiah
mempunyai fungsi transformasi dan kreasi ilmiahuntuk merubah perilaku individu
maupun masyarakat.
Penulisankaryailmiah harus diawali
oleh serangkaian kegiatan ilmiah,sehingga isi tulisan karya ilmiah
merupakanpengetahuan yang “sahih” (valid).Kegiatan ilmiah merupakan serangkaian
kegiatan untuk memperoleh fakta,konsep, generalisasi dan teori yang
memungkinkan manusia dapat memahami fenomena dan menyolusikan masalah yang
dihadapinya. Oleh karena itu, karyailmiah berisikan akumulasi pengetahuan yang
berupa fakta , konsep, generalisasi.
Sangat beralasan apabila penulisan
karya ilmiah dipandang sulit, selain kesulitan dari aspek isi yang harus
dituliskan, kesulitan lain berkaitan dengan aspek proses penulisan. Dalam
proses penulisan karya ilmiah, penulis harus memiliki kiat-kiat atau strategi
meracik isi tulisan dalam norma -norma kaidah kebahasaan serta mekanisme
psikofisik untuk mengendalikan produktivitas yang kontekstual : oleh karena
itu, isi karya ilmiah dipengaruhi juga keterampilan penulis dalam meracik
bahasa tulis melalui proses pengendalian psikofisik sesuai dengan konteks.
Diluar kesulitan tersebut, masih ada
kesulitan yang berkaitan dengan pengutipan dalam tulisan karya ilmiah. Akibat
kesalahan dalam pengutipan dapat menjadi plagiat sehingga karya tulis itu tidak
dapat dipandang ilmiah lagi. Harus diakui bahwa perbedaan kualitas karya ilmiah
yang dihasilkan oleh seseorang merupakan realitas yang harus dijaga namun karya
ilmiah yang sama dihasilkan oleh orang yang berbeda itu harus ada dalam
realitas. Untuk menjaga perbedaan kualitas karya ilmiah, seseorang harus
memiliki keterampilan meracik kutipan, sama dengan keterampilan seseorang dalam
meracik bumbu masakan. Keterampilan meracik kutipan dalam penulisan karya
ilmiah diperoleh melalui proses be lajar dan berlatih. Dimiliki apabila
seseorang belajar dan berlatih meracik kutipan dalam penulisan karya ilmiah dan
teori yang telah dihasilkan dari berbagai kegiatan ilmiah untuk memahami
fenomena dan menyolusikan masalah saat ini dan masa datang.
Poerwodarminta (2003:619)
mengemukakan bahwa kutipan diartikan, “pengambilalihan satu kalimat atau lebih
dari karya tulisan lain untuk tujuan ilustrasi atau memperkokoh argumen dalam
tulisan sendiri:” merujuk pada arti tersebut, maka kutipan merupakan produk
dari kegiatan mengutip. Produk tersebut merupakan hasil dari pengambilalihan
karya orang lain untuk ilustrasi atau memperkokoh argumen penulis. Pengambilalihan
tersebut harus dilakukan berdasarkan norma penulisan yang berlaku. Apabila
pengutipan dilakukan diluar norma yang berlaku, maka pengutipan tersebut
dipandang sebagai plagiat. Oleh karena itu, seorang penulis harus memenuhi
norma pengutipan yang berlaku sehingga tidak dipandang sebagai plagiat.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.
Apa pengertian kutipan ?
2.
Bagaimanakah format makalah ilmiah ?
3. Bagaimanakah kajian tentang kutipan
dalam penulisan Bahasa Indonesia?
4. Bagaimanakah kajian tentang sistem
rujukan dalam penulisan Bahasa Indonesia?
5. Apakah fungsi dari kutipan dan
sistem rujukan dalam karya ilmiah?
6.
Bagaimana tanda baca dan ejaan dalam penulisan Bahasa
Indonesia?
7.
Bagaimana ciri – ciri kalimat efektif ?
8.
Bagaimanakah tanda – tanda koreksi ?
9.
Bagaimana menulis ringkasan, ikhtisar dan abstrak?
10.
Bagaimana cara membaca kritis?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui pengertian kutipan
2.
Untuk mengetahui format makalah ilmiah
3. Untuk mengkaji tentang kutipan dalam
penulisan Bahasa Indonesia?
4. Untuk mengkaji tentang sistem
rujukan dalam penulisan Bahasa Indonesia?
5. Untuk mengetahui fungsi dari kutipan
dan sistem rujukan dalam karya ilmiah?
6. Untuk
mengetahui tanda baca dan ejaan yang benar menuruy EYD?
7. Untuk
mengetahui ciri – ciri kalimat efektif ?
8. Untuk
mengetahui tanda – tanda koreksi ?
9. Untuk
mengetahui cara penulisan ringkasan,iktisar dan abstrak?
10. Untuk
mengetahui cara membaca kritis ?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Kutipan dan sistem rujukan
a.
Kutipan
a) Pengertian Kutipan
Kutipan
adalah pinjaman sebuah kalimat ataupun pendapat dari seseorang pengarang atau
seseorang, baik berupa tulisan dalam buku, kamus, ensiklopedia, artikel, laporan, majalah, koran, surat
kabar atau bentuk tulisan lainnya, maupun dalam bentuk lisan misal media
elektronika seperti TV, radio, internet, dan lain sebagainya. Tujuannya sebagai
pengokohan argumentasi dalam sebuah karangan.
Bahan-bahan
yang dimasukkan dalam sebagai kutipan adalah bahan yang tidak atau belum
menjadi pengetahuan umum, hasil-hasil penelitian terbaru dan pendapat-pendapat
seseorang yang tidak atau belum menjadi pendapat umum. Jadi, pendapat pribadi
tidak perlu dimasukkan sebagai kutipan. Dalam mengutip kita harus menyebutkan
sumbernya. Hal itu dimaksudkan sebagai pernyataan penghormatan kepada orang
yang pendapatnya dikutip dan sebagai pembuktian akan kebenaran kutipan
tersebut.
Menurut
pendapat Wasty (1994:33) kutipan
merupakan sebuah pengambilan konsep atau pendapat dari orang lain sebagaimana
yang tertulis dalam karya tulisnya. Kutipan di samping dimaksudkan sebagai
penguat atau pendukung bahasan, juga dapat berfungsi sebagai upaya penekanan
arti penting dari apa yang dikemukakan oleh penulis yang mengutip itu.
Dari
berbagai perspektif diatas dapat disimpulkan kutipan adalah gagasan, ide,
pendapat yang diambil dari berbagai sumber sebagai penguat atau pendukung suatu
karya tulis
b) Fungsi Kutipan
Fungsi kutipan diantaranya
:
·
Sebagai landasan teori.
·
Penguat pendapat penulis.
·
uraian.
·
Bahan bukti untuk
menunjang pendapat itu.
c) Prinsip-prinsip mengutip
Dalam
mengutip harus diperhatikan prinsip-prinsip mengutip, termasuk menyebutkan
sumbernya. Hal itu dimaksudkan sebagai pernyataan penghormatan kepada orang
yang pendapatnya dikutip, dan sebagai pembuktian akan kebenaran kutipan
tersebut. Ada beberapa prinsip yang harus diterapkan dalam mengutip, yaitu :
·
Agar tulisan tersusun menjadi satu himpunan, penulis
hendaknya tidak terlalu banyak mengutip.
·
Kutipan dianggap benar jika penulis menunjukkan tempat atau
asal kutipan sehingga pembaca dapat menyesuaikan kutipan dengan sumber aslinya.
·
Kutipan hendaknya diambil seperlunya agar tidak merusak
uraian sebenarnya.
·
Kutipan yang panjang
sebaiknya dimasukkan dalam lampiran.
·
Menghilangkan bagian kutipan diperkenankan dengan syarat
bahwa penghilangan
bagian itu tidak menyebabkan perubahan makna.
bagian itu tidak menyebabkan perubahan makna.
·
Pada kutipan langsung, penulis tidak boleh mengubah apapun
dan andaikata penulis tidak menyetujui apa yang dikutipnya atau menemukan
kesalahan, ia dapat memberi tanda : [. . .. ] atau [
sic].
·
Pengutip tidak boleh mengadakan perubahan, baik kata-katanya
maupun tekniknya. Bila penulis terpaksa harus membuat perubahan atau tambahan,
maka kata-kata tambahan itu harus dicetak lain – tebal, miring, atau renggang-
dan diberi catatan kaki yang menyatakan bahwa huruf yang dicetak lain itu
adalah dari penulis, bukan teks asli.
Contohnya
:
‘Tugas
bank antara lain adalah memberi pinjam
uang.’
Pengutip tahu bahwa dalam kalimat itu ada kata yang salah, namun pengutip tidak boleh memperbaikinya.
Cara memperbaikinya:
Pengutip tahu bahwa dalam kalimat itu ada kata yang salah, namun pengutip tidak boleh memperbaikinya.
Cara memperbaikinya:
v Tugas bank antara lain memberi
pinjam [seharusnya, pinjaman, penulis] uang.
v Tugas bank antara lain memberi pinjam [Sic!]
uang.
[Sic!] artinya dikutip sesuai dengan aslinya.
[Sic!] artinya dikutip sesuai dengan aslinya.
d) Jenis-jenis Kutipan
a. Kutipan Langsung
Menurut
Rameli Kutipan langsung merupakan pernyataan yang ditulis dalam susunan aslinya
tanpa mengalami perubahan sedikitpun. Bahan yang dikutip harus direproduksi
tepat seperti apa adanya sesuai sumber, termasuk ejaan, tanda-tanda baca dan
sebaginya. Sebaiknya kutipan langsung intensitasnya tidak melebihi 30% dari
seluruh kutipan yang ada. Menurut Hariwijaya kutipan langsung adalah kutipan
yang persis seperti kata-kata yang digunakan dalam bahan asli.
Dari
berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kutipan langsung adalah
suatu pernyataan atau pendapat yang digali dari sumber lain dengan tidak
mengubah apapun yang ada atau apa adanya.
Kutipan
Langsung dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
1) Kutipan langsung panjang
Kutipan
langsung panjang adalah kutipan yang lebih dari empat baris ditulis tanpa tanda
petik, dan diketik dengan jarak satu spasi, dimulai dengan tiga spasi dari tepi
kiri.
Contoh
kutipan langsung panjang:
..Menurut Krisdalaksana (1996:2), variasi bahasa berdasarkan pemakai
bahasa dibedakan atas empat jenis sebagai berikut ini:
(1)
Dialek regional yaitu bahasa berdasarkan daerah. Variasi
regional membedakan bahasa yang dipakai ditempat lain.
(2)
Dialek sosial yaitu dialek yang dipakai oleh kelompok
sosial tertentu atau yang menanda sratum social tertentu.
(3)
Dialek temporal yaitu dialek yang dipakai pada kurun
waktu tertentu.
(4)
Ideolek yaitu keseluruhan ciri – ciri bahasa seseorang
2)
Kutipan langsung pendek
Kutipan
langsung pendek adalah kutipan yang tidak lebih dari empat baris dapat
digabungkan atau dirangkai dengan kalimat yang ada dalam satu paragraf atau
alinea, tanpa mengganggu penuturan yang sedang ditulis.Model lain adalah
mempergunakan tanda petik (quotation mark) di antara bagian yang dikutip.
Contoh
Kutipan langsung pendek:
…tersebut. Menurut Ibnu (2002:19) “bahan rujukan yang dimasukkan dalam
daftar rujukan hanya yang benar- benar dirujuk dalam tubuh artikel dan
sebaliknya semua rujukan yang telah disebutkan dalam tubuh artikel harus
tercatat didalam daftar rujukan.”
3)
Kutipan Tidak Langsung
Menurut
Rameli kutipan tidak langsung merupakan pengungkapan kembali maksud penulis
dengan kata – katanya sendiri. Yang dikutip adalah pokok – pokok pikiran, atau
ringkasan dan kesimpulan dari sebuah tulisan, kemudian dinyatakan dengan bahasa
sendiri. walaupun yang dikutip berasal dari bahasa asing, namun tetap
dinyatakan dengan menggunakan bahasa .
Contoh
kutipan tidak langsung:
…ahli tersebut.perujukan pendapat ahli tersebut dalam tulisan dapat
dilakukan dengan dua cara utama yakni :
(1)
Mengutip pendapat ahli secara langsung yang berarti
mengutip pendapat ahli sesuai dengan aslinya.
(2)
Mengutip pendapat ahli secara tidak langsung yang
berarti hanya mengutip ide atau pendapat ahli dan kemukakan dengan bahasa
sendiri (Mukhadis,2002:47-48).
b.
Sistem
rujukan
Yang dimaksud Sistem Rujukan di sini
adalah dalam konteks penulisan karya ilmiah, yaitu sebuah sistem yang digunakan
sebagai referensi atau sumber dari seorang penulis untuk menyatakan sesuatu
dalam karya tulisannya. ada dua sistem pendokumentasian sumber bacaan
yang sering digunakan sebagai dasar kutipan kita, yaitu:
1.
Sistem catatan (note-bibliography)
Menyajikan infomasi mengenai sumber
dalam bentuk catatan kaki (footnotes) atau catatan belakang (end notes) atau
langsung dalam daftar pustaka (blibiography). Cara ini direkomendasikan oleh
The University of Chicago Press dan dikenal dengan sebutan format Chicago.
Jika dalam sistem catatan terjadi
perujukan lanjutan yang merujuk pada sumber yang sama, digunakan singkatan yang
berasal dari bahasa Latin untuk merujuk sumber pertama. Singkatan itu ialah:
a.
Ibid. : singkatan ini berasal dari kata lengkap ibidem yang berarti
‘pada tempat yang sama’. Singkatan ini digunakan jika perujukan lanjutan
mengacu langsung pada karya yang disebut dalam perujukan nomor sebelumnya. Jika
nomor halaman pengacuan sama, tidak perlu dicantumkan nomor halaman.
b.
Op.Cit. : singkatan ini berasal dari gabungan kata opere citato yang
berarti ‘pada karya yang telah dikutip’. Singkatan ini digunakan jika perujukan
lanjutan mengacu perujukan pertama yang berasal dari buku namun diselingi
perujukan lain. Teknik penulisannya: nama belakang penulis, diikuti oleh
op.cit., diikuti nomor halaman jika nomor halaman pengacuan berbeda dari
perujukan pertama.
c.
Loc.Cit : singkatan ini berasal dari gabungan kata loco citato yang
berarti ‘pada tempat yang telah dikutip’. Singkatan ini digunakan jika
perujukan lanjutan mengacu perujukan pertama yang berasal dari artikel
dalam majalah, ensiklopedi, surat kabar, namun diselingi perujukan lain. Oleh
karena hanya merupakan bagian dari suatu buku, majalah, surat kabar (atau opus
‘karya’), artikel dirujuk dengan locus yang berarti ‘tempat’. Teknik
penulisannya: nama belakang penulis, diikuti oleh loc.cit., diikuti nomor
halaman jika nomor halaman pengacuan berbeda dari perujukan pertama.
2.
Sistem langsung (parenthetical-reference)
yang menempatkan informasi mengenai
sumber dalam tanda kurung dan diletakkan (a) langsung pada bagian yang dikutip,
(b) pada daftar kutipan (list of work cited), atau (c) pada daftar pustaka.
Daftar pustaka dapat disusun dengan
berbagai format. Ada dua format yang akan diuraikan dalam modul ini, yakni
format MLA(The Modern Language Association) dan format APA(American Psychological
Association). Kedua format itu adalah format yang umum ditemukan dalam bidang
ilmu humaniora. Akan tetapi, sebenarnya, ada berbagai format daftar pustaka
yang berlaku di selingkung bidang ilmu. Misalnya, format daftar pustaka untuk
bidang ilmu biologi, kedokteran, hukum, dan lain-lain.
Berikut
adalah cara penulisan daftar pustaka dengan format MLA dan APA.
JENIS RUJUKAN
FORMAT
MLA
FORMAT
APA
SATU PENULIS
Sukadji, Soetarlinah. Menyusun dan
Mengevaluasi Laporan Penelitian. Jakarta: UI Press, 2000.
Sukadji, S. (2000). Menyusun dan
Mengevaluasi Laporan Penelitian. Jakarta: UI Press.
DUA
PENULIS
Widyamartaya, Al., dan Veronica
Sudiati. Dasar-dasar Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 1997.
Widyamartaya, Al., dan Sudiati , V.
(1997). Dasar-dasar Menulis Karya Ilmiah.Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
TIGA
PENULIS
Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad,
dan Sakura H. Ridwan. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 1989.
Akhadiah, S., Arsyad, M.G., dan
Ridwan, S. H. (1989). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
LEBIH
DARI TIGA PENULIS
Alwi, Hasan, et al. Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993.
ATAU
Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993.
Alwi, H., et al. (1993). Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
ATAU
Alwi, H., dkk. (1993). Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
LEBIH DARI SATU EDISI
Gibaldi, Joseph. MLA Handbook for
Writers of Research Papers. Ed. ke-5. New York: The Modern Language Association
of America, 1999.
Sugono, Dendy. Berbahasa Indonesia
dengan Benar. Ed. Rev. Jakarta: Puspa Swara, 2002.
Gibaldi, J. (1999). MLA Handbook for
Writers of Research Papers. (Ed. ke-5). New York: The Modern Language
Association of America.
Sugono, D. (2002). Berbahasa
Indonesia dengan Benar. (Ed. Rev.) Jakarta: Puspa Swara.
PENULIS
DENGAN BEBERAPA BUKU
MLA: pencantuman buku didasarkan
urutan tahun terbit.
APA: pencantuman buku didasarkan
abjad judul buku.
Keraf, Gorys. Komposisi: Sebuah
Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende, Flores: Penerbit Nusa Indah, 1997.
– – -. Argumentasi dan Narasi.
Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 1982.
ATAU
Keraf, Gorys. Argumentasi dan
Narasi. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 1982.
– – -. Komposisi: Sebuah Pengantar
Kemahiran Bahasa. Ende, Flores: Penerbit Nusa Indah, 1997.
Keraf, G. (1982). Argumentasi dan
Narasi. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Keraf, G. (1997). Komposisi: Sebuah
Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende, Flores: Penerbit Nusa Indah.
JENIS
RUJUKAN
|
FORMAT
MLA
|
FORMAT
APA
|
PENULIS
TIDAK DIKETAHUI/ LEMBAGA
|
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Panduan Teknis Penyusunan Skripsi
Sarjana Sains. Jakarta: UI Press, 2002.
|
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. (2002). Panduan Teknis Penyusunan
Skripsi Sarjana Sains. Jakarta: UI Press.
|
BUKU
TERJEMAHAN
|
Creswell, John W. Research Design:
Qualitative and Quantitative Approaches. Terj. Angkatan III dan IV KIK-UI
bekerja sama dengan Nur Khabibah. Eds. Chryshnanda DL dan Bambang Hastobroto.
Jakarta: KIK Press, 2002.
ATAU
DL, Chryshnanda dan Bambang
Hastobroto. Eds. Desain Penelitian: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif
terj. dr. John Creswell. Jakarta: KIK Press, 2002.
|
Creswell, J. W. (2002). Research
Design: Qualitative and Quantitative Approaches. (Terj. Angkatan III dan IV
KIK-UI bekerja sama dengan Nur Khabibah). Eds. Chryshnanda DL dan Bambang
Hastobroto. Jakarta: KIK Press.
ATAU
Creswell, J. W. (2002). Research
Design: Qualitative and Quantitative Approaches. (Terj. Angkatan III dan IV
KIK-UI bekerja sama dengan Nur Khabibah). Jakarta: KIK Press.
|
BUKU
DENGAN PENYUNTING/ EDITOR
|
Ihromi, T.O., peny. Pokok-pokok
Antropologi Budaya. Jakarta: PT Gramedia, 1981.
ATAU
Ihromi, T.O., ed. Pokok-pokok
Antropologi Budaya. Jakarta: PT Gramedia, 1981.
|
Ihromi, T.O. (peny.). (1981).
Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: PT Gramedia.
ATAU
Ihromi, T.O. (ed.). (1981).
Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: PT Gramedia.
|
SERIAL/
BERJILID
|
Sadie, Stanley, ed. The New Grove
Dictionary of Music and Musicians.Vol. 15. London: Macmillan, 1980.
ATAU
Sadie, Stanley, ed. The New Grove
Dictionary of Music and Musicians. Vol. 15. London: Macmillan, 1980.
|
Sadie, S. (ed.). (1980) The New
Grove Dictionary of Music and Musicians. Vol. 15. London: Macmillan.
ATAU
Sadie, S. (ed.). (1980) The New
Grove Dictionary of Music and Musicians (Vol. 15, hlm. 3—66). London:
Macmillan.
|
JURNAL
|
Molnar, Andrea. “Kemajemukan
Budaya Flores: Suatu Pendahuluan.” Antropologi Indonesia 56 (1998): 13—19.
|
Molnar, A. (1998). Kemajemukan
Budaya Flores: Suatu Pendahuluan. Antropologi Indonesia 56, 13—19.
|
MAJALAH
|
Asa, Syu’bah. “PKS: ‘Sayap Ulama’
dan ‘Sayap Idealis’.” Tempo, 5—11 Juli 2004, 38—39.
Syifaa, Ika Nurul. “Klub Profesi,
Perlukah Dimasuki?”Femina, No. 30, 22—28 Juli 2004, 54—55.
|
Asa, S. (2004, 5—11 Juli). PKS:
‘Sayap Ulama’ dan ‘Sayap Idealis’.Tempo, 38—39.
Syifaa, I. N. (2004, 22—28 Juli).
Klub Profesi, Perlukah Dimasuki?Femina, No. 30, 54—55.
|
JENIS
RUJUKAN
FORMAT
MLA
FORMAT
APA
SURAT
KABAR
Suwantono, Antonius. “Keanekaan
Hayati Mikro-organisme: Menghargai Mikroba Bangsa.”Kompas, 24 Des. 1995, 11.
“Potret Industri Nasional: Tak
Berdaya Dihantam Impor Komponen dan Disortasi Pasar.” Kompas, 23 Des. 1995, 13.
“Menyambut Terbentuknya Badan
Pengurus Kemitraan Deklarasi Bali.” Tajuk Rencana (editorial).Kompas, 22
Des. 1995, 4.
Suwantono, A. Keanekaan Hayati Mikro-organisme:
Menghargai Mikroba Bangsa. (1995, 24 Desember). Kompas, 11.
Potret Industri Nasional: Tak
Berdaya Dihantam Impor Komponen dan Disortasi Pasar. (1995, Desember 23).
Kompas, 13.
Menyambut Terbentuknya Badan
Pengurus Kemitraan Deklarasi Bali. Tajuk Rencana (editorial). (1995, 22
Desember). Kompas, 4.
DOKUMEN
PEMERINTAH
Biro Pusat Statistik. Struktur
Ongkos Usaha Tani Padi dan Palawija 1990. Jakarta: BPS, 1993.
Biro Pusat Statistik. (1993).
Struktur Ongkos Usaha Tani Padi dan Palawija 1990. Jakarta: BPS.
NASKAH
YANG BELUM DITERBITKAN
Ibrahim, M.D., P. Tjitropranoto, dan
Y. Slameka. “National Network of Information Services in Indonesia: A Design
Study.” Makalah tidak diterbitkan, 1993.
Budiman, Meilani. “The Relevance of
Multiculturalism to Indonesia”. Makalah padaSeminar Sehari tentang
Multikulturalismedi Inggris, Amerika, dan Australia, Universitas Indonesia,
Depok, Maret 1996.
Ibrahim, M.D., Tjitropranoto,
P., dan Slameka, Y. (1993). National Network of Information Services in
Indonesia: A Design Study. Makalah tidak diterbitkan.
Budiman, M. (1996, Maret). The
Relevance of Multiculturalism to Indonesia. Makalah padaSeminar Sehari
tentang Multikulturalismedi Inggris, Amerika, dan Australia, Universitas
Indonesia, Depok.
Selain
mengutip sumber-sumber tercetak, sekarang ini, penulis juga dapat mengumpulkan
data dan referensi dari Internet atau WWW (World Wide Web, Jaringan Jagad
Jembar). Aturan penulisan referensi sama saja dengan rujukan buku, hanya
tempat, nama, dan tanggal terbitan ditulis berbeda. Artinya, unsur-unsur itu
mengikuti tata cara penulisan di Internet. Unsur-unsur yang dicantumkan dalam
referensi Internet adalah
a. Nama penulis yang diawali dengan penulisan nama keluarga,
b. Judul tulisan diletakkan di antara tanda kutip,
c. Judul karya tulis keseluruhan (jika ada) dengan huruf miring
(italics), dan
d. Data publikasi berisi protokol dan alamat, path, tanggal
pesan, atau waktu akses dilakukan.
Contoh
pengutipan rujukan dari internet.
1.
Dari WWW
Walker, Janice R. “MLA-Style
Citations of Electronic Sources.” Style Sheet. http://www.cas.usf.edu/english/walker/mla.html (10 Feb. 1996)
2.
Dari File Transfer Protocol (kutipan yang dipunggah [download] melalui FTP)
Johnson-Eilola, Jordan, “Little
Machines: Rearticulating Hypertext Users.” ftp
daedalus.com/pub/CCCC95/johnson-eilola (10 Feb.1996)
3.
Dari ratron (surat elektron, e-mail)
4.
Dari komunikasi lisan sinkronis (chatting), nama teman chatting menggantikan
nama penulis, jenis komunikasi (misalnya, wawancara pribadi, alamat ratron
(jika ada), tanggal komunikasi dalam tanda kurung.
Marsha
s_Guest. Personal interview. Telnet daedalus.com 7777 10 Feb 1996)
A. Fungsi Kutipan dan Rujukan dalam
Karya Ilmiah
Di dalam
penulisan karya tulis ilmiah terkadang penulis memerlukan beberapa kutipan yang
perlu dibahas, ditelaah, dikritik, dan dipertentangkan atau diperkuat. Kutipan
itu bisa berbentuk pendapat, konsep, atau hasil penelitian. Namun demikian,
sebaiknya penulis mengutip kalau diperlukan saja supaya tulisan itu tidak
dipenuhi dengan banyak kutipan. Di samping itu, seorang penulis harus mampu
mempertanggungjawabkan ketelitian dan kecermatan kutipan yang diambil,
khususnya kutipan tidak langsung.
Gagasan yang
dituangkan penulis dalam sebuah karya tulis ilmiah perlu dibedakan antara
gagasan orisinal penulis dengan gagasan penulis lain yang dijadikan rujukan.
Ini perlu dilakukan agar terhindar dari kesan bahwa penulis menganggap
pendapat, konsep, dan hasil penelitian yang dirujuknya itu sebagai miliknya.
Oleh sebab itu,
fungsi kutipan dalam tulisan ilmiah itu antara lain: (1) sebagai landasan
teori, (2) penjelas pembahasan, dan (3) pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh
penulis lain (Akhadiyah dkk., 1997: 182). Selain itu, fungsi kutipan dalam
tulisan antara lain: (1) untuk menunjukkan kepada pembaca sumber informasi
bagi pernyataan ilmiah pada tulisan yang dibuat penulis; (2) untuk memenuhi
kode etik yang berlaku sebagai penghargaan atas tulisan pakar, tempat
memperluas pembahasan yang diperlukan, tetapi tidak relevan jika dimasukkan ke
dalam teks; dan (3) untuk rujukan silang, yaitu untuk menunjukkan
bagian/ halaman mana yang dibahas sama pada tulisan tersebut. Sedangkan rujukan berguna untuk
memberikan daftar referensi yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah
kepada pembaca dan memudahkan pembaca untuk mencari sumber informasi dalam
daftar rujukan.
2. Format makalah
ilmiah
a. Pengertian
Karya Ilmiah
Karangan
ilmiah merupakan suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat
keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam
bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan
yang bersantun bahasa dan isisnya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/
keilmiahannya.”—Eko Susilo, M. 1995:11
b.
Bentuk Karya
Ilmiah :
Dalam karya ilmiah dikenal
antara lain berbentuk makalah, report atau laporan ilmiah yang dibukukan, dan
buku ilmiah.
v Karya
Ilmiah Berbentuk Makalah
Makalah
pada umumnya disusun untuk penulisan didalam publikasi ilmiah, misalnya jurnal
ilmu pengetahuan, proceeding untuk seminar bulletin, atau majalah ilmu
pengetahuan dan sebagainya. Maka ciri pokok makalah adalah singkat, hanya
pokok-pokok saja dan tanpa daftar isi.
v Karya
Ilmiah Berbentuk Report/ Laporan Ilmiah Yang Dibukukan
Karya
ilmiah jenis ini biasanya ditulis untuk melaporkan hasil-hasil penelitian,
observasi, atau survey yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang.
Laporan ilmiah yang menjadi persyaratan akademis di perguruan tinggi biasanya
disebut Skripsi, yang biasanya dijadikan persyaratan untuk karya ilmiah jenjang
S1, Tesis untuk jenjang S2, dan Disertasi untuk jenjang S3.
v Buku
Ilmiah
Buku
ilmiah adalah karya ilmiah yang tersusun dan tercetak dalam bentuk buku oleh
sebuah penerbit buku umum untuk dijual secara komersial di pasaran. Buku ilmiah
dapat berisi pelajaran khusus sampai ilmu pengetahuan umum yang lain.
c.
Format
makalah ilmiah
Skripsi,
paper/makalah, laporan penelitian, dan lain sebagainya, memiliki format
penulisan tertentu untuk bisa disebut sebagai sebuah karya ilmiah. Uraian di
bawah ini membahas format penulisan karya ilmiah berupa skripsi pada Program
S-1 Pemerintahan Integratif. Namun beberapa poin penting dalam format penulisan
dimaksud bisa dipakai sebagai acuan dalam penulisan karya ilmiah selain
skripsi, seperti paper/makalah, artikel dalam jurnal ilmiah, dan lain
sebagainya.
1.
Bahan dan Ukuran Kertas
Bahan
dan ukuran kertas yang dipakai dalam sebuah karya ilmiah adalah sebagai
berikut:
·
Ukuran kertas: A4 (21 x
29,7 cm).
·
Jenis kertas: HVS 80
gram.
·
Kertas doorslag
berwarna (sesuai dengan warna yang telah ditentukan) dengan lambang Universitas
Mulawarman sebagai pembatas.
2.
Pengetikan
Ketentuan-ketentuan
dalam pengetikan sebuah karya ilmiah dirinci sebagai berikut:
ü Menggunakan
software pengolah kata dengan flatform Windows, seperti MS Word, Excel, dan
lain-lain.
ü Jenis
huruf yang digunakan adalah Times New Roman dengan ukuran 12 kecuali untuk:
ü Halaman
judul sampul/luar (hard cover) dan halaman judul dalam (soft cover), yang
menggunakan huruf tegak (kecuali istilah asing) dan dicetak tebal (bold) dengan
ukuran font mulai 12 sampai 16 (disesuaikan dengan panjang judul, lihat
Lampiran).
ü Catatan kaki (footnotes), yang menggunakan
font ukuran 10.
ü Huruf tebal (bold) digunakan untuk judul dan
sub-judul (sub-bab, sub sub-bab), memberi penekanan, pembedaan, dan sejenisnya.
ü Huruf
miring (italic) digunakan untuk istilah dalam bahasa asing atau bahasa daerah,
memberi penekanan, pembedaan (termasuk pembedaan sub-judul yang hirarkhinya
tidak setingkat), dan sejenisnya. Judul sub sub-sub-bab dibuat dengan mengkombinasikan
huruf miring dan huruf tebal (italic-bold atau bold-italic). Judul sub
sub-sub-sub-bab dan seterusnya dibuat dengan huruf miring bias
ü Batas
tepi (margin):
Tepi atas : 4 cm
Tepi bawah : 3 cm
Tepi kiri : 4 cm
Tepi kanan : 3 cm
ü Sela
ketukan (indensi) selebar 1 cm. Indensi Tab dipakai pada baris pertama alinea
baru. Indensi gantung digunakan untuk daftar pustaka.
ü Spasi
bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.
v BAGIAN
AWAL
1.
Halaman sampul
Berisi judul secara lengkap, kata “karya ilmiah” diajukan sebagai…, lambang, nama penulis, Institusi, tahun, kota.
Berisi judul secara lengkap, kata “karya ilmiah” diajukan sebagai…, lambang, nama penulis, Institusi, tahun, kota.
2.
Lembar Persetujuan
Berisi, Karya Ilmiah oleh…, ini telah disetujui untuk dipresentasikan. Nama lengkap pembimbing 1 dan pembimbing 2, serta tanda tangan keduanya.
Berisi, Karya Ilmiah oleh…, ini telah disetujui untuk dipresentasikan. Nama lengkap pembimbing 1 dan pembimbing 2, serta tanda tangan keduanya.
3.
Abstrak
Berisi latar belakang, masalah yang diteliti, metode yang digunakan, hasil yang diperoleh, kesimpulan yang dapat ditarik, serta jika ada saran yang diajukan.
Note: Pembuatan abstrak dilakukan ketika peneliti telah sampai pada kesimpulan dari penelitian. Abstrak berisi garis besar dari penelitian yang dilakukan peneliti.
Berisi latar belakang, masalah yang diteliti, metode yang digunakan, hasil yang diperoleh, kesimpulan yang dapat ditarik, serta jika ada saran yang diajukan.
Note: Pembuatan abstrak dilakukan ketika peneliti telah sampai pada kesimpulan dari penelitian. Abstrak berisi garis besar dari penelitian yang dilakukan peneliti.
4.
Kata pengantar
Berisi ucapan syukur, ringkasan penelitian, ucapan terimakasih, harapan kritik dan saran yang membangun.
Berisi ucapan syukur, ringkasan penelitian, ucapan terimakasih, harapan kritik dan saran yang membangun.
5.
Daftar isi
Memuat judul bab, judul subbab, judul anak subbab yang disertai nomor halaman tempat pemuatannya dalam teks. Semua judul bab dikerik dengan huruf capital.
Memuat judul bab, judul subbab, judul anak subbab yang disertai nomor halaman tempat pemuatannya dalam teks. Semua judul bab dikerik dengan huruf capital.
6.
Daftar tabel
Memuat nomor table, judul table, serta nomor halaman untuk setiap tabel. Judul tabel yang memerlukan lebih dari satu baris diketik dengan spasi tunggal, antara judul tabel yang satu dengan judul tabel yang lain di beri jarak 2 spasi.
Memuat nomor table, judul table, serta nomor halaman untuk setiap tabel. Judul tabel yang memerlukan lebih dari satu baris diketik dengan spasi tunggal, antara judul tabel yang satu dengan judul tabel yang lain di beri jarak 2 spasi.
7.
Daftar gambar
Cantumkan nomor gambar, judul gambar, dan nomor halaman tempat pemuatannya dalam teks.
Cantumkan nomor gambar, judul gambar, dan nomor halaman tempat pemuatannya dalam teks.
v BAB
I PENDAHULUAN
a. Latar
Belakang Penelitian
Diuraikan
tentang garis besar yang akan diselidiki/diamati, mengapa diselidiki, bagaimana
menyalidikinya dan untuk apa diselidiki atau diteliti.
b. Identifikasi
Masalah
Menguraikan
lebih jelas tentang masalah yang telah ditetapkan pada latar belakang
penelitian. Di dalamnya berisi rumusan eksplisit masalah yang terkandung pada
suatu fenomena. Perumusannya diurut sesuai dengan urutan intensitas pengaruhnya
dalam topic penelitian. Bentuknya biasanya berupa kalimat pertanyaan atau dapat
pula berupa kalimat pernyataan yang menggugah perhatian.
c. Batasan
masalah
Penggunaannya
agar permasalahan yang akan dibahas tidak melebar, dengan pembatasan masalah
jenis atau sifat hubungan antara variabel yang timbul dalam perumusan masalah,
dan subek penelitian semakin kecil ruang lingkupnya. Batasan masalah biasanya diuraikan
dalam bentuk kalimat pernyataan.
d. Rumusan
masalah
Merupakan
upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyan-pertanyaan yang hendak
dicarikan jawabannya, pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup
masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi masalah. Dalam format
kalimat Tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampilkan variabel yang akan
diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variable tersebut, dan subjek
penelitian.
e. Tujuan
penelitian
Maksud
atau hal-hal yang ingin dicapai, serta sasaran yang dituju oleh peneliti. Di
tuangkan dalam bentuk kalimat pernyataan.
f. Kegunaan Penelitian
Harapan
yang berkaitan dengan hasil penelitian, baik praktis maupun teoritis. Sampai
seberapa jauh hasil penelitian bermanfaat dalam kegunaan praktis, serta
pengembangan sesuatu ilmu sebagai landasan dasar pengembangan selanjutnya.
Harus ada keseimbangan antara kegunaan hasil penelitian untuk aspek ilmu dengan
aspek praktis.
g. Kerangka
Pemikiran
Uraikan
cara mengalirkan jalan pikiran peneliti menurut kerangka teori dan kerangka
konsep yang logis, dengan kerangka berpikir deduktif. Biasanya disajikan dalam
bentuk diagram alur.
h. Hipotesis Penelitian
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang akan diidentifikasikan.
Bentuk kalimatnya adalah kalimat pernyataan menurut ketentuan “proporsional”,
yaitu kalimat yang terdiri dari dua variable. Hipotesis penelitian diajukan
setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena pada dasarnya penelitian
adalah rangkuman dari kesimpulan teoritis yang diperoleh dari kajian pustaka.
v BAB
II KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka memuat
dua hal pokok
1.
Deskripsi teoritis
tentang objek / variable yang diteliti.
2.
Kesimpulan tentang
kajian yang antara lain berupa argumentasi atas hipotesis yang telah diajukan
pada bab 1.
Pemilihan bahan kajian pustaka didasarkan pada dua criteria:
1. Prinsip kemuthakiran (kecuali untuk penelitian historis)
2. Prinsip relevansi.
Setiap keerangan yang diperoleh dari sumber pustaka dan dicantumkan dalam karya tulis wajib diikuti keterangan acuan (rujukan).
Pemilihan bahan kajian pustaka didasarkan pada dua criteria:
1. Prinsip kemuthakiran (kecuali untuk penelitian historis)
2. Prinsip relevansi.
Setiap keerangan yang diperoleh dari sumber pustaka dan dicantumkan dalam karya tulis wajib diikuti keterangan acuan (rujukan).
v BAB
III METODE PENELITIAN
a.
Rancangan Penelitian
Strategi
mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai
dengan karakteristik variabel dan tujuan peneliti.
b.
Populasi dan sampel
Populasi
dan sampel tepat digunakan pada penelitian kuantitatif. Akan tetapi jika
sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok
digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental.
Dalam survey sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian
kualitatif disebut informan. Hal yang dibahas dalam bagian populasi dan sampel
adalah:
·
Identifikasi dan
batasan tentang populasi dan sampel.
·
Prosedur dan teknik
pengambilan sampel.
·
Besarnya sampel.
c.
Instrumen penelitian
Kemukakan
instrument yang digunakan untuk mengukur variable, setelah itu dipaparkan
prosedur pengembangan instrument pengumpul data atau pemilihan alat dan bahan
yang digunakan dalam penelitian.
d.
Teknik pengumpulan data
Bagian ini menguraikan:
Bagian ini menguraikan:
1.
Langkah-langkah yang
ditempuh dan teknik yang
digunakan
untuk mengumpulkan data.
2.
Kualifikasi dan jumlah
petugas yang terlibat dalam proses pengumpulan data.
3.
Jadwal serta waktu
pelaksanaan pengumpulan data.
4.
Analisis Data
Uraikan jenis analisis statistic apa yang digunakan.
Uraikan jenis analisis statistic apa yang digunakan.
v BAB
IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi
data
Uraikan
masing-masing variable yang diteliti. Dalam deskripsi data untuk masing-masing
vaiabel dilaporkan hasil penelitian yang telah diolah dengan teknik statistic
deskriptif, seperti : distribusi frekuensi, grafik atau histogram, nilai
rerata, simpang baku, dll.
B.
Pengujian hipotesis
v BAB
V ANALISA DAN PEMBAHASAN
3. Tujuan
dari bab pembahasan ini adalah :
1. Menjawab masalah penelitian atau menunjukkan bagaimana tujuan penelitian dicapai.
2. Menafsirkan temuan penelitian.
3. Menganalisis hasil penelitian.
4. Mengintegrasikan temuan penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan.
5. Memodifikasi teori yang ada atau menyusun teori baru.
6. Menjelaskan implikasi lain dari hasil penelitian, termasuk keterbatasan temuan penelitian.
1. Menjawab masalah penelitian atau menunjukkan bagaimana tujuan penelitian dicapai.
2. Menafsirkan temuan penelitian.
3. Menganalisis hasil penelitian.
4. Mengintegrasikan temuan penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan.
5. Memodifikasi teori yang ada atau menyusun teori baru.
6. Menjelaskan implikasi lain dari hasil penelitian, termasuk keterbatasan temuan penelitian.
v BAB
VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan terkait langsung dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Kesimpulan juga dapat ditarik dari hasil pembahasan. Kesimpulan penelitian merangkum semua hasil penelitian yang telah diuraikan secara lengkap dalam BAB IV.
B. Saran
Saran yang diajukan hendaknya selalu bersumber pada temuan penelitian, pembahasan, dan kesimpulan hasil penelitian. Saran dapat ditunjukkan pada suatu instansi seperti pemerintahan, lembaga, ataupun swasta, ataupun pihak lain yang dianggap layak.
C.Daftar Pustaka
A. Kesimpulan
Kesimpulan terkait langsung dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Kesimpulan juga dapat ditarik dari hasil pembahasan. Kesimpulan penelitian merangkum semua hasil penelitian yang telah diuraikan secara lengkap dalam BAB IV.
B. Saran
Saran yang diajukan hendaknya selalu bersumber pada temuan penelitian, pembahasan, dan kesimpulan hasil penelitian. Saran dapat ditunjukkan pada suatu instansi seperti pemerintahan, lembaga, ataupun swasta, ataupun pihak lain yang dianggap layak.
C.Daftar Pustaka
1.
Baris pertama di mulai pada margin sebelah kiri, baris kedua dan selanjutnya di mulai
dengan 3 ketukan ke kanan.
2. Jarak
antar baris adalah 1,5 spasi.
3. Daftar pustaka diurut berdasar abjad huruf pertama nama penulis.
4. Jika penulis yang sama menulis beberapa karya ilmiah yang dikutip, nama penulis harus dicantumkan ulang.
3. Daftar pustaka diurut berdasar abjad huruf pertama nama penulis.
4. Jika penulis yang sama menulis beberapa karya ilmiah yang dikutip, nama penulis harus dicantumkan ulang.
5.
Judul karya ilmiah, bab, sub bab,
dan lain sebagainya:
Judul
karya ilmiah dan bab, diketik dengan huruf besar/kapital,dicetak tebal, tanpa
singkatan (kecuali yang berlaku umum sepertiPT., CV.), posisinya di tengah
halaman, dan tanpa diakhiri tandatitik. Perkecualiannya adalah judul pada
halaman PersetujuanSeminar dan Pengesahan Skripsi (dengan huruf biasa, dicetak
tebal).
1.Judul sub-bab diketik
sejajar dengan batas tepi (margin) sebelahkiri dengan menggunakan huruf A, B,
C, dan seterusnya. Hurufpertama setiap kata dimulai dengan huruf besar (Title
Case)kecuali kata penghubung dan kata depan, tanpa diakhiri titik. Judulsub-bab
dicetak dengan huruf tebal (bold).
2. Judul sub
sub-bab dimulai dengan angka 1, 2, 3 dan seterusnya.Huruf pertama setiap kata
dimulai dengan huruf besar (Title Case)kecuali kata penghubung dan kata depan,
tanpa diakhiri titik.
3.
Tanda baca dan ejaan
- Pengertian Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan
bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran, bagaimana menempatkan tanda-tanda
baca, bagaimana memotong-motong suatu kata, dan bagaimana menggabungkan
kata-kata.
- Macam-macam Ejaan
1.
Ejaan Van Ophuyse
Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan
Balai pustaka. Masyarakat pengguna bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai
1947.Ejaan ini merupakan karya Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitabLogat
Melayoe (1901). Ciri khusus ejaan Van Ophuysen:
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan
kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu
menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:
·
Huruf (u) ditulis (oe).
·
Komahamzah (k) ditulis
dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya bapa’, ta’
·
Jika pada suatu kata
berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas akhiran itu diberi
tanda trema (”)
·
Huruf (c) yang
pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya
·
Kata ulang diberi angka
2, misalnya: janda2 (janda-janda)
·
Kata majemuk dirangkai
ditulis dengan 3 cara :
Ø
Dirangkai menjadi satu,
misalnya (hoeloebalang, apabila)
Ø
Dengan menggunakan tanda
penghubung misalnya, (rumah-sakit)
Ø
Dipisahkan, misalnya
(anaknegeri)
Huruf hidup yang diberi titik dua
diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö,
menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong,
sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.Kebanyakan catatan tertulis
Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai
tulisan Jawi.
2.
Ejaan Republik/Ejaan Suwandi
Ejaan Republik dimuat dalam surat
keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal
19 maret 1947.Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan
suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.
Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :
·
Huruf (oe) dalam ejaan
Van Ophuysen berubah menada (u).
·
Tanda trema pada huruf
(a) dan (i) dihilangkan.
·
Koma ‘ain dan koma
hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k) misalnya kata’ menjadi
katak.
·
Huruf (e) keras dan (e)
lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, misalnya ejaan, seekor, dsb.
·
Penulisan kata ulang
dapat dilakukan dengan dua cara.
Contohnya :
Ø Berlari-larian
Ø Berlari2-an
·
Penulisan kata majemuk
dapat dilakukan dengan tiga cara
Contohnya :
Ø Tata laksana
Ø Tata-laksana
Ø Tatalaksana
·
Kata yang berasal dari
bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet) dalam Bahasa Indonesia
ditulis tidak menggunakan (e) lemah, misalnya: (putra) bukan (putera),
(praktek) bukan (peraktek).
3.
Ejaan Malindo
Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah
suatu ejaan dari perumusan ejaan melayu dan Indonesia.Perumusan ini berangkat
dari kongres Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Sumatera Utara.Ejaan Malindo
ini belum sempat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari karena saat itu terjadi
konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.
4.
Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan/EYD
Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden
Republik Indonesia meresmikan pemakaianEjaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan
baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi,
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya
tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan
kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun
1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat
Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September
1987.
A.
Pemakaian Huruf
Apabila dibanding
dengan Ejaan Suwandi, ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
menggunakan huruf abjad lebih banyak. Ejaan Suwandi hanya menggunakan 19
huruf sedangkan Ejaan Bahasa Indonesia yang tlah Disempurnakan menggunakan 26
huruf.Jumlah huruf dalam abjad ada 26 buah.Ini berarti ejaan kita sekarang
telah memanfaatkan semua huruf yang terdapat dalam abjad.Kebijakan ini
merupakan suatu langkah maju dalam pengembangan Bahasa Indonesia.
Pemakaian Bahasa Indonesia ingin
berkembang dan maju dalam segala bidang seirama dengan tuntutan pembangunan.
Langkah praktis yang ditempuhnya dengan menyerap unsur-unsur asing (yang
mengandung konsep yang tidak terdapat dalam Bahasa Indonesia) dalam pemakaian
Bahasa Indonesia.karena tidak ada konsepnya dalam Bahasa Indonesia, mereka
menyerap unsur asing, misalnya, izin, folio, dan vak dalam Bahasa Indonesia.
Dengan demikian, unsur bunyi z, f, v yang tadinya tidak ada dalam Bahasa
Indonesia menjadi ada .hal ini tidk dapat dihindari, sebab situasi dan kondisi
menuntut yang seperti itu. Kita tidak pantas lagi mengikuti aliran purisme yang
mempertahankan “keaslian” bahasanya secara tidak proposional.Menyadari keadaan
yang demikian itulah, ejaan kita sekarang menerima pemakaian huruf z, f, v, q,
x, dan c dalam Bahasa Indonesia, walaupun pemakaiannya dalam batas-batas
tertentu.
·
Huruf q dan x
pemakaiannya dibatasi hanya dalam keperluan ilmu dan nama. Jadi, dalam pemakain
umum, yaitu dalam kata-kata umum dan istilah, kedua huruf itu belum dapat
dipakai. Dalam matematika, misalnya, dapat menandai sesuatu dengan q da x.
begitu juga nama Baihaqi, Iqbal (nama orang); dan xerox, Xerxes, sinar-X (nama
barang) dibenarkan. Tetapi kata-kata asing aquarium, equator, quadrat, extra,
dan taxi harus dituliskan akuarium, ekuator, kuadrat, ekstra, dan taksi.Jadi q
diganti k dan x digantti ks.
·
Huruf f dan v, walaupun
dalam Bahasa Indonesia keduanya dibunyikan sama tetap dipakai secara berbeda.
Kata-kata asing yang diucapkan (f) tak bersuara oleh pemakaian bahasa asing
yang bersangkutan ditulis f dalam Bahasa Indonesia, sedangkan yang diucapkan
(v) besuara oleh pemakaian bahasa asing yang bersangkutan dilambangkan dengan
v. jadi, kata-kata asing factor, physiology, photocopy, vitamin, television,
dan vacuum diubah menjadi faktor, fisiologi, fotokopi, vitamin, televisi, dan
vakum.
·
Sedangkan huruf c dan y
pemakaian kedua huruf ini sebagai realisasi kerjasama antara indonesia dan
Malaysia, khususnya dalam hal pengembangan dan pembinaan kedua bahasa, yaitu
Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia . apabila pada Ejaan suwandi penulisan bunyi
(cacat) dan (sayat) ditulis tjatjat dan sajat, maka pada ejaan sekarang ditulis
cacat dan sayat. Dalam Bahasa Melayu pun ditulis cacat dan sayat.
·
Bunyi (z) pada unsur asing
yang masuk kedalam Bahasa Indonesia ditulis sebagai bunyi aslinya, yaitu z.
oleh sebab itu, kata zakat, ziarah, zebra, zat, zodiac yang dianggap tepat,
tetapi bukan jakat, jiarah, jebra, jat, dan sodiak.
Masalah lain yang perlu dibicarakan sehubungan dengan pemakaian huruf ini
ialah tentang pelafalan huruf. Di dalam pedoman ejaan sekarang ini telah
disebutkan tentang pelafalan huruf abjad yang dipakai dalam Bahasa Indonesia.
Secara terperinci, huruf-huruf serta nama dan bunyinya sebagai berikut.
Huruf
|
Nama
|
Bunyi yang
dilambangkan
|
A
|
A
|
A
|
B
|
Be
|
B dan P
|
C
|
Ce
|
C
|
D
|
De
|
D dan T
|
E
|
E
|
E
|
F
|
Ef
|
F
|
G
|
Ge
|
G dan K
|
H
|
Ha
|
H
|
I
|
I
|
I
|
J
|
Je
|
Je
|
K
|
Ka
|
K dan G
|
L
|
El
|
L
|
M
|
Em
|
M
|
N
|
En
|
N
|
O
|
O
|
O
|
P
|
Pe
|
P
|
Q
|
Ki
|
K
|
R
|
Er
|
R
|
S
|
Es
|
S
|
T
|
Te
|
T
|
U
|
U
|
U
|
V
|
Ve
|
F
|
W
|
We
|
W
|
X
|
Eks
|
Ks
|
Y
|
Ye
|
Y
|
Z
|
Zet
|
Z
|
Selain huruf-huruf abjad di atas dalam
Bahasa Indonesia juga dikenal Huruf Diftong. Huruf Diftong merupakan dua bunyi
vokal yang dirangkap dalam satu suku kata. Di antara dari huruf-huruf diftong
tersebut ialah:
Huruf
Diftong
|
Contoh
Pemakaian dalam Kata
|
||
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
|
Ai
Au
Oi
Ei
|
Ain
Aula
–
–
|
Syaitan
Saudara
Boikot
Pleistosen
|
Pandai
Harimau
Amboi
Survei
|
Terlepas dari huruf abjad utama pula dalam
Bahasa Indonesia terdapat gabungan huruf konsonan yang membentuk sebuah bunyi.
Contohnya adalah:
Gabungan
Huruf Konsonan
|
Contoh
Pemakaian dalam Kata
|
||
Awal
|
Tengah
|
Akhir
|
|
Kh
Ng
Ny
Sy
|
Khusus
Ngilu
Nyata
Syarat
|
Akhir
Bangun
Hanyut
Isyarat
|
Tarikh
Senang
–
–
|
B. Penulisan Huruf
Tentang penulisan huruf ini ada dua hal
yang dibicarakan yaitu tentang penulisan huruf besar atau kapital dan tentang
penulisan huruf miring.
Di dalam pedoman ejaan telah dijelaskan
bahwa penulisan huruf kapital selain dipakai sebagai huruf pertama kata awal
kalimat juga dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Mengapa kamu sedih?
Ayah bertanya, “Mengapa kamu sedih?”
“Mengapa kamu sedih?”Tanya ayah.
Dalam pemakaian sehari-hari, terutama
dalam suratkabar dan majalah, sering kita jumpa pemakaian nama gelar, jabatan
dan pangkat diikuti selain nama orang, bahkan tidak diikuti sama sekali.
Misalnya pada kalimat berikut:
·
Kemarin Gubernur
Jawa Timur berkunjung ke Desa besuki.
·
Pada kesempatan
itu, Gubernur menghimbau agar penduduk ikut mensukseskan
sensus pertanian.
·
Bersamaan dengan
itu, Camat Karang Ploso, Hermadi, juga melaporkan kemajuan daerah
itu kepada Bupati Malang, Edi Slamet.
Pada prinsinya penulisan nama gelar, jabatan, dan pangkat yang diikuti nama
orang tidak ditulis dengan huruf kapital awal katanya. Tetapi contoh-contoh
diatas walaupun tidak diikuti nama orang terap mengacu kepada orang tertentu.
Berarti sebagai nama pengganti nama diri. Oleh sebab itu, huruf awal nama
jabatan atau gelar ketiga contoh diatas ditulis dengan huruf kapital.
Lain lagi halnya dengan pemakaian nama
jabatan pada contoh berikut:
·
Seorang gubernur yang
menjabat di daerah yang masyarakatnya multi kompleks harus bijak.
·
Siapa saja yang
menjadi gubernur jawa timur harus dapat menjalankan program
Koran masuk desa
·
Apakah kakakmu yang
menjadi camat Sekar Putih sekarang?
Kata gubernur, gubernur jawa timur, dan camat Sekar Putih ditulis dengan
huruf kecil awalnya, sebab tidak menunjuk pada orang tertentu. Jadi, kata yang
menunjukkan jabatan atau pangkat tersebut sama dengan kata-kata benda umumnya,
seperti radio, rumah, orang, dan kucing.
Masalah selanjutnya tentang bagaimana
penulisan kata yang mengikuti kata sandang? Ditulis dengan kata sandang apa
tidak? Yang jelas, ada dua kemungkinan. Apabila mengikuti kata sandang
merupakan kata nama, maka awal katanya ditulis dengan huruf besar. Jadi,
penulisan berikutlah yang benar.
Ø
si Gandu
Ø
sang Kerempeng
Ø
si Bisu
Tetapi, apabila yang mengikuti kata
sandang berupa kata pengganti nama, huruf awal tidak ditulis dengan huruf
kapital, misalnya:
Ø
sin terdakwa
Ø
si anak
Ø
sang pembatu
Ø
sang istri
Tentang penulisan kata yang menunjukkan
kekerabatan apakah ditulis dengan huruf kapital awalnya? Tidak selalu.
Yang ditulis dengan huruf kapital awalnya hanyalah yang dipakai sebagai kata
ganti atau sapaan saja, sedangkan yang lainnya tidak.Perhatikan conroh kata
yang menunjuk kekerabatan berikut.
·
Mengapa Saudara mengatakan
hal itu?
·
Saya benar-benar
menganggap keluarga Pak Ali sebagai saudara sendiri.
·
“Ayo, ke sini, Nak !”
kata Ibu kepadaku.
·
Seorang anak harus
berbakti kepada ibunya.
Kata saudara pada kalimat pertama serta nak dan ibu pada
kalimat ke-tiga ditulis dengan huruf kapital awalnya karena kata tersebut
sebagai kata sapaan (Saudara dan Nak) dan kata ganti (Ibu).Pada kalimat ke-2
dan ke-4 ditulis dengan huruf biasa, karena bukan sebagai kata ganti atau
sapaan.
C. Penulisan Kata
Penulisan Kata dalam Bahasa Indonesia
merupakan sebuah urgensi yang tak boleh lepas dari sistem penulisan. Karena
tiap karya sastra Bahasa Indonesia terbentuk dari kata-kata.Di antara poin
penting penulisan kata dalam EYD ialah:
1. Kata Dasar
Kata yang sudah mewakili sebuah arti tanpa imbuhan apapun
2. Kata Turunan
Merupakan kata dasar yang telah mengalami perubahan berupa imbuhan
3. Bentuk Ulang
Merupakan kata yang ditulis berulang, baik
bermakna tunggal, jamak maupun berulang. Bentuk kata berulang ini dihubungkan
dengan lambang (-)
4. Gabungan Kata
Merupakan kata majemuk yang mewakili
sebuah arti. Adakalanya ditulis terpisah, bersambung, maupun dihubungkan dengan
tanda (-)
5. Kata Ganti –ku, kau, –mu, dan –nya
Kata yang menggunakan imbuhan kepunyaan ini ditulis bersambung
6. Kata Depan di, ke, dan dari
Tiap-tiap kata depan ditulis terpisah dengan kata dasarnya
7. Kata si dan sang
Kata yang menunjukkan sebuah subyek maupun obyek ini ditulis terpisah
dengan kata dasarnya
8. Partikel
Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai
dengan kata dasarnya, sedangkan partikel pun ditulis terpisah.
Selain itu partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan
‘tiap’ ditulis terpisah dari kata dasarnya
9. Singkatan dan Akronim
10. Angka dan Lambang Bilangan
D. Penulisan Unsur Serapan
Masalah pemakaian atau penulisan unsur
serapan dalam Bahasa Indonesia sangat runyam.Dikatakan demikian sebab pemakaian
Bahasa Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan
situasi dan kondisinya.
Penyerapan unsur asing dalam pemakaian
Bahasa Indonesia dibenarkan apabila:
a.
Konsep yang terdapat
dalam unsur itu tidak ada dalam Bahasa Indonesia, atau
b.
Unsur itu merupakan
istilah teknis sehingga tidak atau kerang layak dipakai unsur Indonesianya.
Apakah dengan penyerapan itu menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia miskin akan
kata-kata? Tidak.Penyerapan unsur asing merupakan kejadian
biasa pada setiap bahasa. Hal itu terjadi karena setiap bahasa
mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan kebudayaan pemakai bahasa satu dengan
yang lain tidak ada yang sama. Pada suatu saat karena masyarakat pemakai bahasa
yang satu dengan yang lainnya (yang masing-masing berlatar belakang kebudayaan
berbeda) berkomunikasi, maka timbullah akulturasi, yaitu saling berpengaruhnya
satu kebudayaan dengan yang lain. Salah satu wujud akulturasi itu adalah
saling berpengaruhnya konsep-konsep tertentu. Misalnya, karena masyarakat
Indonesia tidak mempunyai konsep tenteng “radio”, maka mereka menyerap konsep
itu dari masyarakat pemakai bahasa Inggris. Sebaliknya, karena masyarakat
pemakai bahasa Inggris tidak mempunyai konsep “bambu” maka mereka menyerap
konsep itu dari masyarakat pemakai Bahasa Indonesia.Jadi peristiwa penyerapan
tidak ada kaitannya dengan kaya atau miskin kata-kata.
Berikut ini disajikan beberapa kaidah
ejaan yang berlaku bagi unsur serapan adaptasi:
·
ae, jika bervariasi
dengan e, menjadi e
Ø
Haemoglobin hemoglobin
Ø
Haematitehematite
·
ai tetap ai
Ø
Trailer trailer
Ø
Caisson kaison
·
e, di muka a,u, o dan
konsonan, menjadi k
Ø
Construction konstruksi
Ø
Crystal Kristal
Ø
Classification klasifikasi
Ø
Caupe kup
·
c, di muka e,I,oe, dan
y, menjadi s
Ø
Central sentral
Ø
Cylinder silinder
Ø
Ceolom selom
·
cc, di muka o,u, dan
konsonan, menjadi k
Ø
Accommodationakomodasi
Ø
Acculturation akulturasi
Ø
Accumulation akumulasi
·
cch dan ch, di muka
a,o,dan konsonan, menjadi k
Ø
Charisma karisma
Ø
Chromosome kromosom
·
ch, yang lafalnya c
menjadi c
Ø
Chek cek
Ø
China cina
·
ee (belanda) menjadi e
Ø
Statosfeer statosfer
Ø
System system
·
ph, menjadi f
Ø
Phase fase
Ø
Photocopyfotokopi
·
q menjadi k
Ø
Aquarium akuarium
Ø
quator ekuator
E.
Penggunaan Tanda Baca
Untuk memahami sebuah kalimat dengan
sempurna kita perlu memperhatikan tanda baca yang digunakan di dalamnya. Ada
beberapa tanda baca yang dipakai dalam Bahasa Indonesiayaitu :
1.
Tanda baca titik (.)
Ada beberapa kaidah dalam penggunaan tanda baca titik (.) yaitu :
a.
Tanda baca titik (.)
digunakan untuk mengakhiri kalimat yang bukan yang bukan berupa kalimat tanya
atau kalimat seruan.
Contoh :
v
Saya beragama islam
v
Hakikat pendidikan
adalah memanusiakan manusia.
b.
Tanda baca titik (.)
digunakan dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau daftar.
Contoh :
v 4.1 Pembahasan
v Lampiran 2. Calon jamaah haji
c.
Tanda baca titik (.)
digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka
waktu.
Contoh :
v pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
d.
Tanda baca titik (.)
digunakan diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda
tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Contoh :
v Lesatariningrum, Dwi. 1989. Teknik Menjahit. Malang: Intan.
2.
Tanda baca koma (,)
Kaidah-kaidah penggunaan tanda baca koma (,) adalah sebagai berikut:
a)
Tanda baca koma (,)
digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu perincian.
Contoh:Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
b)
Tanda baca koma (,)
digunakan untuk memisahkan kalimat setara, apabila kalimat setara berikutnya
diawali kata tetapi atau melainkan.
Contoh:
v Semua pergi, tetapi dia tidak.
v Dia bukan kakakku, melainkan adikku.
c)
Tanda baca koma (,)
digunakan apabila anak kalimat mendahului induk kalimat.
Contoh: Jika hari ini tidak hujan, saya akan dating.
d)
Tanda baca koma (,)
digunakan untuk memisahkan anak kalimat jika anak kalimatnya itu mendahului
induk kalimatnya.
Contoh: Saya akan memaafkan, jika ia bertobat.
e)
Tanda baca koma (,)
digunakan di belakang ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal
kalimat.
Contoh: Dia malas belajar. Oleh karena itu, dia tidak naik kelas.
3.
Tanda baca titik koma
(;)
Kaidah penggunaannya sebagai berikut :
a.
Digunakan untuk
memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis atau setara.
Contoh: Matahari hamper terbenam; sinarnya yang kemerah-merahan;
memantul di atas permukaan laut; indah sekali pemandangan ketika itu.
b.
Digunakan untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti
kata penghubung.
Contoh: Sore itu kami sekeluarga sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Ayah sedang membaca Koran; ibu menjahit baju; saya asyik membersihkan taman di
depan rumah.
4.
Tanda baca titik dua (:)
Kaidah penggunaannya sebagai berikut:
a.
Digunakan sesudah kata
atau ungkapan yang memerlukan perincian.
Contoh:
v
Ketua : Ahmad
Wijaya,
v
Sekretaris : Imam
Tantowi
v
Bendahara: Siti Khotijah
b. Digunakan di anatara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat
di dalam kitab suci, di antara judul dan sub judul, serta nama kata dan
penerbit buku acuan.
Contoh:
v
Tempo, I (1971). 34:7
v
Surat Yasin:19
v
Karangan Ali Hakim,
Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
5. Tanda hubung (-)
Kaidah penggunaannya sebagai berikut :
a. Digunakan untuk merangkaikan se-dengan kata berikutnya yang di dimulai
dengan huruf capital, ke- dengan angka, angka dengan- an, singkatan berhuruf
kapital dengan imbuhan atau kata, dan nama jabatan rangkap.
Contoh:
v
Se-Indonesia
v
hadiah ke-2
v
tahun 50-an
v
Menteri-Sekretaris-Negara
v
sinar-X
v
Men-PHK-kan
b. Digunakan untuk merangkai bahasa Indonesia dengan bahasa asing.
Contoh: di-smash, di-drill, mem-beckup, di-carge
6. Tanda Pisah (–)
Tanda pisah (–) digunakan di antara dua
bilangan atau tanggal dengan arti “sampai ke“ atau “sampai dengan”. Penulisan
tanda baca pisah (–)dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum
dan sesudahnya.
Contoh:
v
1920–1945
v
Tanggal 15—10 April
19970
v
(Samsudin), 1999:25—34
v
Samsudin (1999:25—34)
7.
Tanda elipsis (…)
Tanda ini digunakan untuk menunjukan bahwa
dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang hilang.
Contoh: Sebab-sebab kemerosotan akhlak dikalangan mahasiswa…atau
diteliti lebih lanjut.
8.
Tanda kurung ((…))
Tanda ini digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
a.
Digunakan untuk mengapit
tambahan keterangan atau penjelasan.Contoh: Dalam buku KUHP (Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana) Bab II pasal 10.
b.
Digunakan untuk mengapit
keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Contoh: Aku (sebuah puisi karangan Chairul Anwar) adalah puisi
angkatan 45.
9.
Tanda tanya (?)
Tanda tanya (?) digunakan pada akhir kalimat tanya, yakni kalimat yang
membutuhkan jawaban.
Contoh: Siapa yang membawa tas saya ?
10.
Tanda seru (!)
Tanda ini digunakan sesudah ungkapan atau
pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Contoh:
v Alangkah seramnya peristiwa itu!
v Ambilkan buku itu!
v Duduklah!
v Dasar mata keranjang!
11.
Tanda kurung siku ( [] )
Tanda ini digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.
Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan dalam Bab
II [lihat halaman 67-89])
12.
Tanda petik
(“…..”)
Tanda petik digunakan untuk mengakhiri petikan langsung .
Contoh:
v
Kata Toto,”Saya juga
berpuasa.”
v “Hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia”(Imran,1998)
13.
Tanda petik tunggal
(‘…’)
Tanda ini digunakan untuk mengapit makna, terjemahan, dan penjelasan kata
atau ungkapan asing.
Contoh:
v Mastery Learning ‘belajar tuntas’
v Reformasi ‘perubahan’
v Keplicuk ‘dalam Bahasa Indonesia disebut terkilir’
v Islami ‘bernuansa islam’
14.
Tanda garis miring
(/)
Tanda garis miring digunakan dalam menulis nomor surat, nomor pada alamat,
dan penandaan masa satu tahun yang tebagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:
v 14/YPU-i/12/99
v Jalan Kramat III/10 Jakarta
v Tahun Anggaran 1985/19986
15.
Tanda apostrof (‘)
Tanda ini berfunsi untuk penyingkat suatu kata yang digunakan untuk
menunjukan penghilangan bagian suatu kata atau bagian angka tahun.
Contoh:
v malam ‘lah tiba (‘lah = telah)
v 1 Januari ’88 (’88 = 1988)
Berdasarkan uraian di atas tentang penggunaan tanda baca yang berlaku
di dalam EYD dalam Bahasa Indonesia secara garis besar prinsip-prinsip umum
pemakain tanda baca dapat diuraikan sebagai berikut
·
Tanda tanya (?), tanda
titik (.), tanda titk koma (;), tanda titik dua (:), dan tanda seru (!),
ditulis rapat (tanpa spasi) dengan huruf akhir dengan kata yang mendahuluinya
dan diberi spasi dengan kata yang sesudahnya.
·
Tanda petik ganda (“),
tanda petik tunggal (‘), dan tanda kurung (()) masing-masing diketik rapat
dengan kata, frase, atau kalimat yand diapit.
·
Tanda hubung (-), tanda
pisah (–), dan garis miring (/) masing-masing diketik rapat dengan huruf yang
mendahului dan yang mengikutinya.
·
Tanda hitungan, seperti:
sama dengan (=), tambah (+), kurang (-), kali (x), bagi (:), lebih kecil
(<), lebih besar (>) ditulis dengan jarak satu spasi dengan huruf yang
mendahului dan mengikutinya.
4.
Kalimat efektif
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau
rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh,
baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan
dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan
intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan
tanda seru (!). Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun
tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak
memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya
sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat. Disini, kalimat
dibagi menjadi dua, yaitu :
Efektif mengandung
pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika dipakai pada sasaran
yang tepat. Pengertian efektif dalam kalimat adalah dan ketepatan penggunaan kalimat
dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula. Beberapa
definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :
1.
Kalimat efektif adalah
kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan
sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup
menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2.
Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan
jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah,
Arsjad, dan Ridwan:2001)
3.
Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi
kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin:
1989)
4.
Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang
dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha,
Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
5.
Kalimat efektif di pahami sebagai sebuah
kalimat yang dapat membantu menjelaskan sesuatu persoalan secara lebih singkat
jelas padat dan mudah di mengerti serta di artikan. (ARIF HP: 2013)
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi
kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi,
kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan
mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
A.
Kalimat efektif
syarat-syarat sebagai berikut:
a.
secara tepat mewakili
pikiran pembicara atau penulisnya
b.
mengemukakan pemahaman
yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan
pembaca atau penulisnya.
B. Ciri-Ciri Kalimat Efektif :
a.
Kesatuan gagasan
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling
mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan).
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan).
b.
Kesejajaran
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah
:
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
c.
kehematan
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
d.
penekanan
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
1. Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
1. Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
·
Harapan kami adalah agar
soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
·
Pada kesempatan lain,
kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
Ø
Menggunakan partikel;
penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya
Contoh:
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya
Ø
Menggunakan repetisi, yakni dengan
mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh:
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
Contoh:
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
Ø
Menggunakan
pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan
makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh:
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
Contoh:
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
e.
Kelogisan
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur
dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
C. Contoh kalimat efektif :
1. Saran yang di kemukakannya kami akan pertimbangkan ( tidak efektif )
Seharusnya : Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
2. Sejak dari pagi dia bermenung ( tidak efektif )
Seharusnya : Sejak pagi dia bermenung.
1. Saran yang di kemukakannya kami akan pertimbangkan ( tidak efektif )
Seharusnya : Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
2. Sejak dari pagi dia bermenung ( tidak efektif )
Seharusnya : Sejak pagi dia bermenung.
5. Cara mengacu
Menurut kamus Bahasa Indonesia
mengacu adalah
·
Mengangkat atau
mengacuhkan (tinju,senjata,sebagaimana) untuk mengancam atau menakut nakuti :
ia membantak sambil – hendak
·
Mengarahkan(senapan
sebagaimana); menodongkan;menodongkan; membidikkan ; mereka telah
·
Memikir-mikirkan cara menyampaikan maksud (cita-cita dan sebagainya) berniat(akan) :
telah lama kami – hendak mencarikan iya kawan hidup;
·
Menunjuk; (kepada);
meruju: untuk memperkuat kebenaran beberapa pokok dalam artikelnya itu, -
kepada beberapa bukukrangan orang lain
6. Tanda – tanda
koreksi
Tanda koreksi umum
Arti
|
Pada naskah
|
Pada margin
|
Perbaikan
|
Tanda – tanda
koreksi
|
|
|
|
Hilangkan satu karakter
|
aada
|
|
Ada
|
Hilangkan satu kata
|
pembelajaran pada pada sekolah
|
|
|
Buang dan rangkaikan
|
yuang
|
|
yang
|
Tulis dengan huruf
|
5
|
|
Lima
|
Tulis dengan angka
|
lima
|
|
5
|
Tulis tanpa singkatan
|
dll
|
|
dan lain - lain
|
Tulis dengan singkatan
|
dan lain - lain
|
|
Dll
|
sisipkan
|
Satu / tiga
|
|
Satu dua tiga
|
Sisipkan bagian teks
|
Belajar / disekolah
|
|
|
Tidak jadi diubah
|
|
|
Berlayar
|
tukarkan
|
Utnuk
|
|
Untuk
|
Tukarkan kata
|
Delima merah
|
|
Merah delima
|
Tanda
koreksi untuk type style
Arti
|
Pada naskah
|
Pada margin
|
Perbaikan
|
Italic
|
game
|
|
Game
|
Bold
|
game
|
|
Game
|
Bold italic
|
game
|
|
Game
|
Normal
|
game
|
|
Game
|
Kapital
|
Sma
|
|
SMA
|
Huruf kecil
|
PENDIDIKAN
|
|
Pendidikan
|
Tanda
koreksi untuk spasi
Arti
|
Pada naskah
|
Pada margin
|
Perbaikan
|
Spasi dikurangi
|
Tidak ada
|
|
tidak ada
|
Rabgkaikan
|
Di sengaja
|
|
Disengaja
|
Tambahkan spasi
|
tandatangan
|
|
tanda tangan
|
Tambhakan spasi antar baris
|
Pendidikan memerlukan
|
|
pendidikan memerlukan
|
Kurangi spasi antar baris
|
Pendidikan
Memerlukan
|
|
Pendidikan memerlukan
|
7.
Ringkasan,ikhtisar dan abstrak
A.
Ringkasan
Ringkasan merupakan sekupulan
beberapa informasi untuk mempermudah
pemahaman. Ringkasan memiliki banyak
pengertian, diantaranya (précis yang berarti memotong atau memangkas) adalah
suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam
bentuk singkat.
Langkah langkah menulis ringkasan :
1. Bacalah bahan pelajaran secara ringkas. Dalam hal ini
kita perlu memperoleh gambaran isi materi secara garis besar.
2. Membaca uraian materi secara cermat. Delama hal ini
dituntut untuk mengetahui dan menemukan gagasan utama pada setiap paragraf.
3. Berilah tanda dan catatlah kalimat yang mengandung
pokok pikiran dan gagasan utama
4. Mulailah menyusun ringkasan. Catatan gagasan utama
dikembangkan lagi. Keterangan dari gagasan utama tersebut diuraikan dengan
kalimat sederhana dan mudah dipahami.
5. Menyusun ringkasan ke dalam suatu skema.
B.
Ikhtisar
Ikhtisar merupakan intisari
dari sebuah objek tulisan yang dirangkum dan berbentuk ringkasan. Ikhtisar
tidak perlu mempertahankan urutan isi karangan asli. Selain itu, ikhtisar tidak
perlu memberikan isi dari karangan secara professional. Penulis ikhtisar dapat
langsung mengemukakan inti atau pokok masalah dan problematika pemecahannya.
Sebagai ilustrasi,beberapa bagian atau isi dari beberapa bab, dapat diberikan
untuk menjelaskan inti atau pokok masalah tersebut. Sementara bagian pokok yang
kurang penting dapat dihilangkan. Bentuk ikhtisar lebih bebas dari pada
ringkasan.
Langkah – langkah menyusun
ikhtisar tak ubahnya menyusun rangkuman. Hanya saja, setelah membaca bacaan
yang akan diikhtisarkan, penulis dapat langsung menambah dengan pengetahuan
yang dimiliki yang sesuai dengan bahan kajian bacaan yang akan diikhtisarkan.
Hasil penggabungan tersebut selanjutnya ditulis kembali dalam sebuah ikhtisar
yang koheren.
C.
Abstrak
Abstrak adalah kata yang
menunjukan kepada sifat, keadaan dan kegiatan yang dilepas dari objek tertentu.
Abstrak merupakan penyajian singkat mengenai isi tulisan sehingga pada tulisan
ia menjadi bagian tersendiri.
Langkah – langkah menulis
abstrak :
1. Latar belakang
Latar belakangadalah motivasi untuk membuat karya
tulis.
Contoh :
·
mengapa kita
peduli tentang masalah ini?
·
Apa arti perbedaan
praktis,teoritis,ilmiah,dari penelitian anda?
2. Metode atau pendekatan
Contoh :
·
Apa yang dilakukan
untuk mendapatkan hasil dari karya tulis anda?
·
Bagaimana anda
mendapatkan hasil karya tulis anda?
·
Apakah anda
menggunakan kerangka teori tertentuj, prosedur teknis atau metodologi?
3. Hasil atau produk
Contoh :
·
Sebagai hasil dari
metode atau pendekatan yang anda gunakan,hal apa yang anda dapat,pelajari,buat
atau ciptakan?
4. Kesimpulan atau implikasi
Contoh : apa dampak yang lebih besar dari temuan anda?
D.
Perbedaan
ringkasan dengan ikhtisar
Ringkasan
v
Membuat bentuk
kecil karangan.
v
Memproduksi kata
pengarang
v
Mempertahankan
urutan gagasan karangan yang membangun sosok atau bahan karangan.
v
Penyusunan terikat
penataan,isi dan sudut pandang
v
Bersifat objek,
menyusun tidak boleh mengubah susunan maupun sudut pandang
v
Kalimat pendek dan
senada dengan kalimat bacaan
Ikhtisar
v
Mengambil intinya
v
Memproduksikan
kembali secara kreatif kata dari pengarang
v
Urutan gagasan
yang diungkapkan kembali tidak seperti urutan gagasan karangan
v
Penyusunan bebas,
mengungkapkan apa yang menurutnya mewakili inti bacaan
v
Subjektif,
penyusunan boleh mengubah menurutnya yang mewakili inti
v
Kalimat cenderung
sesuai dengan keinginan penyusunan
8.
Membaca kritis
Membaca kritis
adalah cara membaca dengan melihat motif penulis kemudian untuk menilai
informasi yang terdapatdalam bacaan tersebut. Dalam membaca kritis kita harus
berfikir tentang kebenaran informasi yang di bahas karena tidak semua yang ditulis
itu benar.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam
membaca kritis:
1. Mengerti
isi bacaan
2. Menguji
sumber penulisan
3. Ada
interaksi antara penulis dan pembaca
4. Memutuskan
untuk menerima atau menolak ide penulis
9. Sintetis
Sintesis
(berasal dari bahasa Yunani syn=tambah dan thesis=posisi) yang biasanya berarti
suatu integrasi dari dua atau lebih elemen
yang ada yang menghasilkan suatu hasil baru. Istilah ini mempunyai arti luas dan dapat digunakan ke
fisika, ideology, dan fenomologi.
Dalam dialektik
sintesis adalah hasil akhir dari percobaan untuk menggabungkan antara thesis
dan antithesis.
Dalam kimia, sintesis kimia adalah
sebuah proses pembentukan sebuah molekul dari “precursor” kimia.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan pada
bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1.
Kutipan merupakan sebuah sistem pengambilan sebagian data
berupa kalimat baik tulisan maupun lisan dari pendapat orang lain baik langsung
maupun tidak langsung untuk dijadikan sebagai acuan dan pendukung sebuah
karya.
2.
Sistem rujukan dalam konteks karya ilmiah merupakan sebuah
data informasi atau sumber untuk menunjukkan darimana sebuah kutipan diambil
sehingga dapat disesuaikan atau dipertanggungjawabkan.
3.
Fungsi dari kutipan dan sistem rujukan dalam karya ilmiah
adalah sebagai landasan teori, memperjelas pembahasan serta rujukan silang
antar halaman yang telah disesuaikan dengan daftar referensi sebagai
pertanggungjawaban sebuah karya ilmiah.
4.
fungsi kutipan dalam tulisan ilmiah itu
antara lain : (1) sebagai landasan teori, (2) penjelas pembahasan, dan (3)
pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh penulis lain.
5.
Ciri – ciri kalimat efektif yaitu
mempunyai kesatuan gagasan, kesejajaran, kehematan, penekanan dan kelogisan.
6.
Tanda – tanda koreksi itu ada 3 yaitu
tanda koreksi umum, tanda koreksi untuk type style, tanda koreksi untuk spasi,
tanda koreksi untuk paragraf.
7.
Cara menulis ringkasan Bacalah bahan pelajaran secara ringkas, membaca
uraian materi secara cermat,catatlah kalimat yang mengandung pokok pikiran dan
gagasan utama,mulailah menyusun ringkasan. Catatan gagasan utama dikembangkan
lagi. Keterangan dari gagasan utama tersebut diuraikan dengan kalimat sederhana
dan mudah dipahami,Menyusun ringkasan ke dalam suatu skema.
8.
Langkah – langkah membaca
kritis yaitu (1)Mengerti isi bacaanMenguji sumber
penulisan (2)Ada
interaksi antara penulis dan pembaca.(3)Memutuskan
untuk menerima atau menolak ide penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsyad, dan Sakura M. Ridwan.
(1993). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Poerwadarminta, W.J.S. (2003). Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Soemanto, Wasty. (1994). Pedoman Teknik Penulisan Skripsi
(Karya Ilmiah). Bumi Aksara. Jakarta.
http://smoeland.blogspot.com/2013/01/penggunaan-kutipan-dalam-karya-ilmiah.html diakses 12 Desember 2013, jam 02.35
http://aromblog.blogspot.com/2011/12/kutipan-dan-daftar-pustaka.html
diakses 12 Desember 2013,
jam. 04.20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar