BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pemasaran merupakan salah satu masalah bagi setiap rumah sakit atau
organisasi pelayanan kesehatan lainnya. Kurang berhasilnya pemasaran
diantaranya akibat kurangnya rumah sakit berpihak pada kepentingan klien.
Karena apa yang telah di sampaikan saat dipasarkan sering kali tidak sesuai
dengan apa yang didapatkan klien pada kenyataan, dan tentunya akan menimbulkan
image yang tidak baik untuk rumah sakit tersebut. Hal ini, salah satu
diantaranya karena rumah sakit cenderung mencari keuntungan semata sehingga lebih
memperhatikan aspek komersialnya. Akibatnya pasienlah (selanjutnya disebut
klien) yang pada akhirnya sering dirugikan. Hal ini dikarenakan klien tidak
memiliki bargaining position yang kuat.
Saat klien memerlukan jasa pelayanan kesehatan biasanya berada dalam
kondisi darurat/ tidak direncanakan. Jasa pelayanan kesehatan diperlukan pada
saat dirinya atau keluarganya aa yang sakit dan segera memerlukan pertolongan,
sehingga kesembuhan atau keselamatan jiwa menjadi faktor utama dibandingkan
faktor-faktor lainnya. Namun demikian bukan berarti pihak penyelenggara
pelayanan kesehatan dapat mengabaikan kepuasan atas klien di dalam memberikan
jasa pelayanan.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana menentukan pasar pelayanan kesehatan rumah
sakit swasta?
a.
Strategi pemasaran
b.
Image klien
c.
Pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit
C.
TUJUAN DAN
MANFAAT
Tujuan
membuat makalah ini, untuk mengetahui pasar pelayanan kesehatan rumah sakit
swasta.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PASAR PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT SWASTA
Sudah menjadi rahasia umum dan kita acapkali mendengar berbagai keluhan
masyarakat yang merasa tidak puas atas pelayanan kesehatan yang mereka terima,
baik dari dokter maupun rumah sakit. Keluhannya beragam. Ada yang karena dokter
sering telat menangani klien, bahkan hingga kliennya meninggal. Ada pula pasien
yang harus antre dan menunggu giliran dipanggil sampai harus berjam-jam. Bagi
masyarakat golongan ekonomi lemah, ketidakpuasan terhadap buruknya pelayanan
kesehatan, baik yang mereka terima dari dokter maupun rumah sakit, sering
diterima dengan pasrah.
Sementara itu bagi orang kaya, ketidakpuasan atas pelayanan demikian, sudah
cukup memberi alasan bagi mereka untuk berobat ke dokter atau rumah sakit luar
negeri meski harus dengan biaya yang jauh lebih tinggi. Kecenderungan
masyarakat golongan mampu saat ini, yang pergi berobat ke luar negeri, atau
bagi masyarakat kurang mampu yang mencari pengobatan alternatif. Merupakan
indikator adanya penurunan kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan
konvensional.
Kekhawatiran juga disampaikan oleh Presiden pada saat pembukuan Muktamar
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai berikut :
“Senang atau tidak, harus diakui sekarang semakin berkembang penilaian dan sikap di lapisan tertentu di masyarakat yang lebih mempercayai pemberian layanan kesehatan di luar negeri” .
“Senang atau tidak, harus diakui sekarang semakin berkembang penilaian dan sikap di lapisan tertentu di masyarakat yang lebih mempercayai pemberian layanan kesehatan di luar negeri” .
Dengan semakin kritisnya masyarakat saat ini terhadap pelayanan yang
diterimanya dan semakin ketatnya persaingan di era pasar bebas, menuntut banyak
hal dalam pelayanan kesehatan yang harus dibenahi, khususnya dalam melakukan
pemasaran yang lebih berfokus pada upaya peningkatan kepuasan klien sehingga
dapat tercipta suatu image positif di masyarakat. Karena kemajuan dan
peningkatan kualitas hidup masyarakat akan mengubah ukuran kualitas penyedia
dan pelayanan kesehatan. Segala sesuatu yang semula diinginkan dan dianggap
cukup, pada tahapan dan kurun waktu berikutnya dapat dipandang belum cukup dan
kurang memuaskan. Gejala seperti ini bersifat manusiawai dan universal yang
harus diwaspadai sebagai pertanda untuk terus memperbaiki kinerja dan kualitas
pelayanan.
Blum (1974) mengatakan bahwa, “untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, salah satu upaya yang dipandang mempunyai peranan cukup penting
adalah penyelenggara pelayanan kesehatan. Untuk itu diperlukan pelaksanaan
pelayanan kesehatan yang baik, guna memberikan kepuasan kepada kliennya.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan produk jasa yang diberikan pihak
rumah sakit kepada kliennya. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah
sakit merupakan tolak ukur dari kualitas rumah sakit tersebut. Bila suatu rumah
sakit telah berhasil memberikan pelayanan kesehatan dengan baik sehingga
memberikan kepuasan kepada kliennya, itu berarti rumah sakit tersebut telah
memiliki kualitas yang baik, begitupun sebaliknya. Dengan demikian, lambat laun
pada rumah sakit tersebut akan tercipta suatu image positif dari masyarakatnya.
Kenyataan bahwa kualitas pelayanan rumah sakit masih sangat memprihatinkan,
haruslah diterima sebagai sebuah realitas. Para petugas rumah sakit tidak perlu
malu mengakui hal itu dengan mencoba berlindung di balik berbagai alasan yang
sebenarnya tidak perlu. Tetapi yang diperlukan adalah menyusun strategi yang
tepat untuk memasarkan pelayanan kesehatan yang lebih berpihak kepada kepuasan
klien dan bukan hanya berpihak kepada keuntungan rumah sakit semata.
Karena bila dalam suatu pelayanan kesehatan kepuasan klien tidak mendapat
porsi utama, maka lambat laun tidak dapat dihindari masyarakat akan beralih
atau mencari pelayanan kesehatan ketempat lain yang dianggap dapat memberikan kepuasan
bagi dirinya (karena image terhadap sarana pelayanan sudah tidak baik). Dengan
demikian, segencar apapun usaha pemasaran yang dilakukan tidak akan menunjukkan
keberhasilan yang signifikan.
a.
Strategi
pemasaran
Menurut Lesser Robert (1978), definisi strategi ialah suatu rencana yang
fundamental untuk mecapai tujuan perusahaan.
Strategi pemasaran menurut Tull dan Kotler, (1990) dalam Tjiptono, (1997)
adalah alat fundamental yang diciptakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan
mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang
dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran
tersebut.
Menurut Kotler (1997) definisi pemasaran ialah suatu proses sosial dan
managerial yang memungkinkan individu-individu dan kelompok-kelompok memperoleh
kebutuhan (need) dan keinginannya (want), dengan menciptakan, menawarkan dan
mempertukarkan produk-produk nilai dengan pihak-pihak lain. Didalam pemasaran,
yang diibaratkan sebagai suatu medan perang bagi para produsen dan para
pedagang, perlu menetapkan strategi guna memenangkan suatu pertempuran. Banyak
lawan yang akan dihadapi dalam medan pasar, namun lawan-lawan ini tidak boleh
dimatikan. Dengan strategi yang benar diharapakan kegiatan pemasaran perusahaan
dapat diarahakn untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Perusahaan akan
dapat menguasai market share yang luas ataupun market position yang mantap.
Market share artinya penguasaan luas pasar, sedangkan market position ialah
kedudukan yang kokoh dari suatu produk.
Beberapa strategi pemasaran jasa yang dapat dilakukan yaitu :
1.
Pemasaran intern. Dalam bisnis jasa, kualitas jasa tidak dapat dipisahkan
dari mutu yang menyediakan jasa. Dengan demikian kontak antara si penyedia jasa
dengan kliennya sangatlah diperlukan. Pemasaran intern ialah menerapkan teori
dan praktek pemasaran terhapad orang yang melayani langganannya, jadi harus
dipekerjakan dan dipelihara tenaga kerja yang terbaik serta mereka harus
bekerja sebaik mungkin
2.
Memikat langganan. Pada perusahaan jasa selera klien secara individual pada
kunjungan yang pertama sangat diperhatikan. Untuk itu, satu kunci strategi bagi
pengusaha-pengusaha jasa adalah menentukan situasi lingkungan dengan didasari
oleh penyesuaian dengan klien dan standarisasi harus dilakukan.
3.
Mengelola bukti berarti mengelola peralatan yang menghasilkan jasa. Jasa
biasanya sulit di nilai dibandingkan dengan barang yang berwujud. Sifat tidak
berwujud dari jasa, mendorong klien untuk memperhatikan benda berwujud yaitu
yang memberikan layanan (petugasnya) sebagai patokan terhadap kualitas jasa
tersebut. Untuk itu, perlu diupayakan sedemikian rupa agar petugas memberikan
jasa yang memuaskan klien.
4.
Membuat jasa berwujud. Istilah berwujud mempunyai dua arti yaitu tidak
dapat diraba dan tidak dapat diamati. Dengan demikian keuntungan biasanya dapat
diperoleh dengan membuat jasa menadi lebih berwujud. Misalnya, seorang petugas
rumah sakit membuat klien lebih mudah memahami apa yang diberikan oleh pihak
rumah sakit dengan direlevankan melalui kata-kata berwujud, misalnya “anda
berada dalam tangan yang tepat bersama kami”.
5.
Menyeimbangkan permintaan dan penawaran. Karena jasa adalah performan, maka
jasa sifatnya tidak dapat disimpan (digudangkan). Sehingga, salah satu masalah
krusial yang sulit dihadapi oleh pengusaha jasa ialah bagaimana menyeimbangkan
antara permintaan dan penawaran. Untuk itu perlu dirubah pola permintaan dan
penawaran jasanya dengan cara: memperbanyak jenis penawaran.
Beberapa hal yang dapat menimbulkan kegagalan dalam pemasaran jasa adalah :
1.
Kesenjangan harapan klien dan persepsi manajemen.
2.
Kesenjangan manajemen dengan kualitas jasa.
3.
Kesenjangan kualitas jasa dengan penyampaian jasa.
4.
Kesenjangan penyampaian jasa dengan komunikasi eksternal.
5.
Kesenjangan jasa yang dialami / dipersiapkan dengan jasa yang diharapkan.
b.
Image klien
Kepuasan konsumen/klien merupakan ukuran keberhasilan pemasaran. Dengan
kepuasan tersebut terciptalah suatu image positif dari klien. Untuk mendapatkan
image yang baik tersebut diperlukan suatu hubungan (relationship) dan
komunikasi yang baik.
Kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara penampilan yang
dirasakan dan harapan. Ada tiga kepuasan yaitu:
1.
Bila penampilan kurang dari harapan, klien tidak puas.
2.
Bila penampilan sebanding dengan harapan, klien puas.
3.
Bila penampilan melebihi harapan, klien amat puas atau senang.
Namun demikain, mengukur tingkat kepuasan klien merupakan suatu pekerjaan
yang tidak mudah dan memerlukan kriteria tertentu. Kepuasan klien dapat diukur
dari sudut:
1.
Suara konsumen. Dari sudut ini pengukuran kepuasan konsumen bersifat
kualitatif dan subyektif. Kepuasan konsumen diukur dari suara-suara konsumen
yang dapat berupa kritikan atau keluhan terhadap strategi atau kegiatan
pemasaran produk dari perusahaan itu. Keadaan ini akan menentukan tingkat
kooperatif atau kerjasama konsumen. Makin kooperatif konsumen tersebut, berarti
makin puas pula konsumen terhadap strategi atau kebijakan pemasaran produk dari
perusahaan itu.
2.
Laba atau keuntungan perusahaan. Pengukuran ini bersifat kuantitatif dan
obyektif. Makin tinggi tingkat laba perusahaan, makin puas pula konsumen
terhadap strategi atau kebijakan pemasaran produk perusahaan itu. Hal ini
karena konsumen telah bersedia membayar harga produk yang ditetapkan atau
membeli produk dalam jumlah besar, sebab mereka merasa puas dengan strategi
atau kebijakan pemasaran perusahaan.
Kepuasan klien rumah sakit dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain yang
berhubungan dengan :
1.
Pendekatan dan perilaku petugas, perasaan klien terutama saat pertama kali
datang.
2.
Mutu informasi yang diterima, seperti apa yang dikerjakan, apa yang dapat
diharapkan.
3.
Prosedur perjanjian.
4.
Waktu tunggu.
5.
Fasilitas umum yang tersedia.
6.
Fasilitas perhotelan untuk klien seperti mutu makanan, privacy, dan
pengaturan kunjungan.
7.
Out come terapi dan perawatan yang diterima
c.
Pemasaran
pelayanan kesehatan dirumah sakit
Rumah sakit
merupakan salah satu bentuk sarana pelayanan kesehatan yang dapat
diselenggarakan oleh pemerintah dan atau swasta. Adapun pelayanan kesehatan di
rumah sakit dapat berupa kegiatan pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap
dan pelayanan rawat darurat yang mencakup pelayanan medik dan penunjang medik.
Adapun produk yang diberikan kepada klien oleh rumah sakit berupa produk jasa.
Dalam
pemasaran produk jasa, ketrampilan karyawan dalam melayani klien sangat
menentukan tingkat keberhasilan dari pemasaran tersebut (pemasaran interaktif).
Klien menilai kualitas jasa tidak hanya berdasarkan kualitas teknikal (misalnya
apakah pembedahan berjalan dengan baik?) tetapi juga berdasarkan kualitas fungsionalnya
(misalnya apakah dokter bedah menunjukkan perhatian dan membangkitkan
kepercayaan?).
Pada produk
jasa umumya lebih memiliki ciri kualitas berdasarkan pengalaman dan berdasarkan
kepercayaan, karena klien merasakan risikonya lebih tinggi dalam membeli jasa
(bila produk selain jasa tidak sesuai dengan selera/keinginan klien dapat
ditukar). Akibatnya: pertama, konsumen jasa umumya lebih mengandalkan pada
kabar dari mulut ke mulut dari pada iklan perusahaan jasa; kedua, klien
memperhatikan harga, personil (pemberi jasa),dan isyarat fisik untuk menilai
kualitas jasa,dan ketiga,klien akan sangat loyal
pada pemberi jasa yang layanannya memuaskanmereka.
Dalam
pelaksanaan pemasaran produk jasa harus sesuai dengan selera klien (memahami
kebutuhan klien). Ada pepatah yang mengatakan “pembeli adalah raja”, ini
berarti pembeli berkuasa memperlihatkan suasana pasaran jasa. Karena bagi
produsen yang tidak melakukan kegiatan pemasaran dengn berorientasi pada selera
klien, maka ia akan ditinggalkan kliennya.
Namun
kenyataannya, hal ini belum sepenuhnya berlaku pada pemasaran pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Kondisi klien yang tidak memiliki bargaining position
yang kuat merupakan salah satu faktor penyebab mengapa pemasaran pelayanan
kesehatan oleh rumah sakit terkadang belum sesuai dengan selera klien.
Contohnya, di beberapa rumah sakit, seringkali klien mendapatkan pelayanan
kesehatan yang tidak seimbang dengan waktu yang harus mereka habiskan untuk
menunggu giliran berobat. Karena banyaknya klien yang mengantre atau petugas
tergesa-gesa karena akan segera praktek ditempat lain atau karena lelah, tidak
sempat lagi untuk memberikan informasi yang cukup tentang penyakit yang sedang
di derita kliennya. Akibatnya, klien datang dengan ketidaktahuan akan
penyakitnya dan pulangpun dalam keadaan ketidakjelasan akan penyakitnya. Hal
ini tentunya dapat berpengaruh pada tingkat kepatuhan klien dalam menjalankan
anjuran-anjuran yang diberikan. Klien akan menganggap sakitnya sudah sembuh
bila keluhan-keluhan yang dirasakannya hilang, sehingga ia menganggap tidak
perlu meminum obat lagi (obat yang di daptnya tidak dihabiskan).
Belum sepenuhnya tercipta image positif masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan di rumah sakit dalam negeri saat ini, merupakan pekerjaan rumah bagi
tidak saja petugas bagian humas/public relation (PR) atau marketing/pemasaran.
Tetapi juga menjadi tanggung jawan bersama semua pihak yang terlibat dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit (menjadi satu kesatuan),
baik langsung maupun tidak langsung (mulai dari petugas yang pertama kali
menerima klien saat meninggalkan lingkungan rumah sakit). Yang tidak kalah
penting lagi adalah penampilan dari petugasnya. Seorang petugas rumah sakit di
dalam memberikan pelayanan kesehatan baik langsung maupun tidak langsung harus
meyakinkan, dapat mengerti kebutuhan klien, ramah serta dapat memberikan kenyamanan
bagi semua calon klien dan klien yang datang.
Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi seorang petugas
rumah sakit di dalam memberikan pelayanan kesehatan yaitu :
1.
Selalu memancarkan sikap positif, yang tercermin dari penampilannya yang
rapi, bersih, ramah, dan sopan.
2.
Selalu mengidentifikasi kebutuhan klien, dengan bersikap tepat waktu,
berada satu langkah di depan klien dengan cara mengantisipasi kebutuhan klien
misalnya menyediakan sarana untuk menerima keluhan atau masukan klien,
memberikan perhatian.
3.
Selalu mempersiapkan kebutuhan klien sebelum memberikan pelayanan kesehatan
dengan baik dan cermat, seperti menyiapkan arsip, menjawab telpon,
mengirim/menyampaikan pesan dengan jelas.
4.
Selalu mengupayakan klien datang kembali. Dalam hal ini bukan berarti
mengharapkan klien sakit agar datang lagi ke rumah sakit, tetapi berupaya
memberikan kesan positif yang mendalam bagi klien yang di layaninya. Sehingga
bila suatu saat klien atau keluarganya mendapatkan masalah dengan kesehatannya dan
perlu dibawa ke rumah sakit maka yang pertama kali teringat adalah pengalaman
menyenangkan dari petugas-petugas rumah sakit selama mereka berada di rumah
sakit tersebut. Dengan demikian mereka ingin datang lagi dan mendapatkan
pelayanan kesehatan yang menyenangkan itu.
5.
Selalu mengutamakan kepuasan pelanggan, yang terpancar dari sikap ikhlas
dan senang hati di dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien, akui
perasaan klien, jelaskan tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki
masalah, ucapkan terimakasih atas masukan yang diberikan dan minta maaf atas
kejadian yang tidak menyenangkan. Bila klien puas, maka ia akan menceritakan
kepuasannya itu kepada semua orang terdekatnya.
Fakta yang
terjadi pada kelompok masyarakat tertentu yang lebih senang berobat ke luar
negeri, merupakan gambaran dari pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit
pada Negara lain (Singapura misalnya) telah lebih berhasil menciptakan image
positif, tidak saja bagi masyarakat domestiknya tetapi juga bagi masyarakat
mancanegara. Dan ini semua merupakan buah dari kerja keras yang dilakukan
dengan sungguh-sunggu dan tidak sebentar.
Bagi para
karyawan di bagian pendukung jasa yang tidak dilatih dalam aspek hubungan
manusin dari pekerjaanya juga diikutkan dalam program hubungan tamu. Program
tersebut membantu para karyawan untuk mengetahui perhatian yang biasanya
ditunjukkan oleh klien selama mereka dirawat di rumah sakit dan membantu mereka
dalam memberikan respons yang tepat terhadap perhatian tersebut.
Salah satu
teknik yang dikembangkan dan ditanamkan di sana adalah sikap mental positif,
membangun keyakinan diri, menumbuhkan rasa ingin memperhatikan klien dan
memberikan informasi kepada mereka tentang bagimana layanan rumah sakit, dan
saat berhubungan dengan klien, dapat menjadi pendengar yang baik, mengatasi
keberatan, dan menjadi contoh bagi rekan sekerjanya.
Selain itu, dalam melaksanakan pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit
guna menciptakan image positif masyarakat, ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1.
Kepuasan klien lebih baik dari pada memberikan pelayanan. Hal ini sangat
mendasar sekali, karena bila fokus yang berlebihan ditujukan pada layanan klien
akan melupakan focus utama yaitu dapat memuaskan klien, baik di dalam maupun di
luar organisasi.
2.
Kemudahan bagi klien dalam bekerja sama dengan para petugas rumah sakit.
Dengan demikian tidak ada kata tidak berhasil/gagal bila didapatkan klien yang
sulit diajak bekerja sama.
3.
Menumbuhkan motivasi dengan umpan balik dari klien (bersikap terbuka bila
di kritik klien). Dengan demikian kita dapat mengetahui seberapa baik hasil
kerja kita.
4.
Menjaga kesinambungan hubungan dengan klien.
5.
Komitmen dan dukungan yang kuat dari system yang ada dan jajaran pimpinan
guna mendukung peran pemasaran.
Akan tetapi, sifat rumah sakit yang sangat kompleks dan memiliki tanggung
jawab moral atas keselamatan jiwa manusia, juga merupakan salah satu dasar
bahwa pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit harus sesuai dengan
kebijakan negara/pemerintah (Kotler, 1987, Aniroen, 1993, Douglas, 1989).
Kebijakan pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit saat ini menurut
Budiarso (1995) antara lain :
1.
Pemasaran hendaknya tidak terlepas dari tujuan pembangunan kesehatan, dasar
kode etik kedokteran, etika rumah sakit Indonesia (ERSI) dan ketentuan hokum.
2.
Pemasaran diterapkan agar utilitas rumah sakit meningkat, meluaskan cakupan
dan member kontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatan penduduk.
3.
Pemasaran rumah sakit harus dilakukan secara benar dan tidak boleh
disamakan dengan usaha-usaha umum, hindari supply created demand.
4.
Pemasaran yang diperkenankan adalah:
a.
Advertensi melalui majalah kedokteran, buku telpon dengan informasi
fasilitas yang tersedia tanpa berkaitan dengan kegiatan bisnis yag bersifat
mengajak, mempengaruhi, memaksa dan menakut-nakuti pemakaian jasa
b.
Publisitas diperkenankan dalam bentuk brosur/liflet serta penawaran khusus
untuk peralatan baru tanpa ajakan atau bujukan yang mempengaruhi untuk mencoba.
5.
Cara pemasaran yang diperbolehkan pada dasarnya tidak bertentangan dengan
kode etik profesi dan jabatan
Terlepas dari semua hal tersebut, ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit yaitu :
1.
The amount of money available for promotion.
Rumah sakit yang memiliki dana yang banyak tentunya akan memiliki kemampuan yang lebih besar lagi dalam mengkombinasikan elemen-elemen pemasaran (Advertising, Sales promotion, Public relation, personal selling).
Rumah sakit yang memiliki dana yang banyak tentunya akan memiliki kemampuan yang lebih besar lagi dalam mengkombinasikan elemen-elemen pemasaran (Advertising, Sales promotion, Public relation, personal selling).
2.
The nature of the market. Keadaan pasar, yang menyangkut daerah geografis
pasaran produk dan juga calon konsumen yang di tuju. Misalnya rumah sakit di
daerah perkotaan akan berbeda cara pemasarannya dengan di daerah pedesaan.
3.
The nature of product. Keadaan produk, menyangkut apakah produk ditujukan
untuk konsumen akhir (barang jadi) atau sebagai bahan industry (bahan mentah
atausetengah jadi, misalnya pelayanan pemeriksaa diagnostic). Hal ini akan
berpengaruh pada teknik pemasaran yang akan digunakan.
4.
The stage of the product’s life cycle. Pada tingkat mana siklus kehidupan
produksi sudah dicapai, akan mempengaruhi pemasaran yang digunakan. Misalnya
untuk pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak perlu terlalu mendetil dalam
pemasarannya, karena masyarakat umumnya sudah tahu apa yang ada di rumah sakit.
Dalam hal ini penekanan lebih ditujukan pada keunikan atau kelebihan yang ada
pada suatu rumah sakit yang sedang di pasarkan (apakah unggul dalam teknologi
laser, profesionalisme petugasnya misalnya).
Menurut William F Schoell (1993: 425), factor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan pemasaran adalah:
1.
The marketer. Dapat melakukan kegiatan push atau mendorong terjadinya
penjualan. Pimpinan rumah sakit akan mendorong jajaran direksi rumah sakit,
kemudian jajaran direksi rumah sakita, akan mendorong petugas rumah sakit, dan
petugas rumah sakit akan mendorong konsumen/klien agar mau membeli suatu produk
dan akan memperoleh bonus tertentu.
2.
The target market. Siapa calon konsumennya, di mana lokasinya. Hal ini akan
mempengaruhi pemasaran yang akan digunakan.
3.
The product. Maksudnya adalah melihat posisi produk dalam tingkat siklus
kehidupan. Pada tahap introduksi produk, pemasaran diarahkan untuk
memperkenalkan produk dengan cara member sampel gratis (untuk pelayanan
kesehatan di rumah sakit misalnya melakukan bakti sosial dengan mengadakan
sunatan masal). Pada tahap growth, pemasaran diarahkan untuk memantapkan
kepercayaan masyarakat (misalnya dengan mengirim kartu ucapan selamat ulang
tahun untuk klien rumah sakit yang sedang berulang tahun untuk menunjukkan
kepedulian rumah sakit terhadap klien).
4.
The situation. Dalam hal ini tergantung pada berbagai situasi lingkungan
rumah sakit, seperti situasi persaingan, ekonomi, politik, dll.
BABIII
PENUTUP
KESIMPULAN
Bila kita bicara tentang pemasaran maka yang pertama kali terlintas di pikiran
kita adalah konsumen, produsen, harga, dan produk yang akan dipasarkan.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan jenis produk jasa. Dalam
melakukan pemasaran jasa, hal penting yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
personil kontaknya. Untuk itu relationship dan komunikasi menjadi modal utama.
Image positif di masyarakat akan tercipta bila masyarakat sudah merasakan
kepuasan atas pelayanan kesehatan di rumah sakit yang di dapatnya. Bila Image
positif di masyarakat sudah tumbuh, maka kekurangan-kekurangan yang mungkin
terjadi akan dapat diterima oleh masyarakat.
Dalam pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit guna mewujudkan image
positif di masyarakat perlu dilakukan suatu upaya pemasaran yang holistic (satu
kesatuan). Kerja sama antar berbagai pihak diluar bidang kesehatan sangat
diperlukan. Untuk itu diperlukan dukungan dari system yang ada dan komitmen
dari pimpinan guna mendukung pelaksanaan pemasaran. Selain itu perlu juga
diperhatikan beberapa factor baik eksternal maupun internal yang dapat
mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan pemasaran tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar