MAKALAH PENGANTAR IKM
SEJARAH KESEHATAN MASYARAKAT
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1. APRIWANZAHRI NIM
: 1613201001
2. DHEA ATIKA DIANRI NIM
: 1613201003
3. NURHAFIKA NIM
: 1613201007
4. SISKA WAHYU NIM
: 1613201011
5. WAHYUNI USMAN NIM
: 1613201010
DOSEN PEMBIMBING : NURFAJRIN AFRIANA,M.Kes
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, dapat
menyusun makalah berjudul “SEJARAH
KESEHATAN MASYARAKAT” dengan
baik dan lancar.
Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas Mata Kuliah “PENGANTAR IKM”. Materi ini merupakan materi yang telah ditetapkan dalam
kurikulum perkuliahan bagi mahasiswa semester I STIKES TUANKU TAMBUSAI RIAU.
Penyusunan makalah ini juga
berkaitan dengan materi-materi pengantar IKM yang lain dalam semester I ini yang sangat bermanfaat bagi
mahasiswa terutama sebagai referensi penyusunan Skripsi di akhir semester.
Tiada gading yang tak retak, demikian pula
dengan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis membuka
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Demikian semoga
bermanfaat.
Bangkinang, September 2016
penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar............................................................................................... 1
Daftar isi.......................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG......................................................................... 3
B.
RUMUSAN MASALAH..................................................................... 7
C. TUJUAN PENULISAN....................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
1.
Definisi
masyarakat............................................................................... 8
2.
Asal mulanya
ditemukan kesehatan masyarakat................................. 11
3.
Sejarah kesehatan
masyarakat............................................................. 12
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN.................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
a. Sekelumit Sejarah Kesehatan
Masyarakat
Membicarakan kesehatan masyarakat
tidak terlepas dari dua tokoh metologi Yunani, yakni Asclepius dan Higeia.
Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut asclepius disebutkan sebagai seorang
dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau
pendidikan apa yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia dapat
mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur
tertentu (surgical procedure) dengan
baik.
Higeia, seeorang asistennya, yang
kemudian diceritakan sebagai istrinya, juga telah melakukan upaya-upaya
kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan/penanganan
masalah kesehatan sebagai berikut: 1) Asclepius melakukan pendekatan
(pengobatan penyakit) setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. 2)
Higeia mengajarkan kepada pengikutnya ddalam pendekatan masalah kesehatan
melalui ‘hidup seimbang’, yaitu menghindari makanan/minuman beracun, makan
makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan olahraga. Apabila
orang sudah jatuh sakit, Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara
alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan
memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik, daripada dengan
pengobatan.pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius
dan Higeia tersebut akhirnya muncul dua aliran atau pendekatan dalam menangani
masalah masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu
terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan
kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter
gigi, psikiater, praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit
seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan
penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit.
Kedalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan
sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang.
Dalam perkembangan selanjutnya,
seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan
kesehatan kuratif (curative health care).
Kedua pencegahan atau preventif (preventive
health care). Kedua kelompok ini
dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut. Pertama,
pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual,
kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara
petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran
cenderung jauh. Sedangkan penddekatan preventif, sasaran atau pasien adalah
masyarakat (bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga
masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu.
Hubungan antara petugas kesehatan dengan masayarakat (sasaran) lebih bersifat
kemitraan, tidak seperti dokter-pasien.
Kedua, pendekatan kuratif cenderung
bersifat reaktif artinya pada kelompok ini pada umumnya hanya menunggu masalah
datang. Seperti dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat
praktek. Kalau tidak ada pasien datang berarti tidak ada masalah maka
selesailah tugas mereka bahwa masalah kesehatan adalah adannya penyakit.
Sedangkan kelompok preventif lebih menggunakan pendekatan proaktif, artinya
tidak menunggu adanya masalah, tetapi
mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien
datang di kantor atau di tempat praktik mereka, tetapi harus turun ke
masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan
melakukan tindakan.
Ketiga, pendekatan kuratif cenderung
melihat dan menangani klien atau pasien lebih kepada sistem biologis manusia
atau pasien hanya dilihat secara partial, padahal manusia terdiri dari
kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang
lainnya. Sedangkan pendekatan preventif melihat klien sebagai mahluk yang utuh, dengan pendekatan
yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem
biologi, individual, tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis
dan sosial. Dengan demikian pendekatannya pun tidak individual dan partia,
tetapi harus secara menyeluruh atau holistik.
b.
Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Sejarah perkembangan kesehatan
masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda abad ke-16.
Kesehatan masyarakat di Indonesia pada
waktu itu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang
sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Kolera masuk di Indonesia tahun
1927, dan tahun 1837 terjadi wabah kolera eltor di Indonesia, kemudian pada
tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang di
Indonesia. Sehingga berasal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda
pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Namun demikian di bidang kesehatan
masyarakat yang lain, pada tahun 1807 pada waktu pemerintahan Gubernur Jenderal
Daendels, dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini
dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi pada waktu
itu. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama, karena langkanya tenaga
pelatih kebinaan, kemudian baru pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya
para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru
pada tahun 1952 pada zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi
tersebut dilaksanakan lagi.
Pada tahun 1851 sekolah dokter jawa
didirikan oleh dr. Bosch, kepalan pelayanan kesehatan sipil dan militer, dan
dokter Bleeker di Indonesia. Sekolah ini terkenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten)
atau sekolah untuk pendidikan dokter
pribumi. Pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan
nama NIAS (Nederland Indische Arsten
School). Pada tahun 1927 Stovia berubah menjadi sekolah kedokteran dan
akhirnya sejak berdirinya Universitas Indonesia tahun 1947 berubah menjadi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kedua sekolah dokter tersebut
mempunyai andil yang sangat besar dalam menghasilkan tenaga dokter yang
mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.
Pada bulan November 1967, dilakukan
seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu
sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat Indonesia. Pada waktu itu dibahas
konsep puskesmas yang dibawakan oleh dr. Achmad Dipodilogo, yang mengacu kepada
konsep Bandung dan Proyek Bekasi. Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya
sistem puskesmas yang terdiri dari tipe A, B, dan C. Dengan menggunakan
hasil-hasil seminar tersebut. Departemen
Kesehahtan menyiapkan rencana induk pelayanan kesehatan terpadu di Indonesia.
Akhirnya pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa
Puskesmas merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian
dikembangkan oleh pemerntah (Departemen Kesehatan) menjadi pusat pelayanan
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit
pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara
terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau
sebagian kecamatan dikota madya atau
kabupaten. Kegiatan pokok puskesmas mencakup:
1) Kesehatan ibu dan anak
2) Keluarga berencana
3) Gizi
4) Kesehatan lingkungan
5) Pencegahan penyakit menular
6) Penyuluhan kesehatan
masyarakat
7) Pengobatan
8) Perawatan kesehatan
masyarakat
9) Usaha kesehatan gizi
10) Usaha kesehatan sekolah
11) Usaha kesehatan jiwa
12) Laboratorium
13) Pencatatan dan pelaporan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah
definisi masyarakat ?
2. Bagaimakah
asal mulanya ditemukan kesehatan masyarakat ?
3. Bagaimakah
sejarah kesehatan masyarakat di Indonesia ?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari makalah ini adalah :
1.
Untuk mengkaji definisi masyarakat ?
2.
Untuk mengkaji asal usul ditemukannya kesehatan
masyarakat ?
3.
Untuk mengkaji sejarah kesehatan masyarakat ?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
MASYARAKAT
Masyarakat adalah sejumlah manusia yang
merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai
kepentingan yang sama. Seperti; sekolah, keluarga, perkumpulan, Negara semua
adalah Masyarakat. Definisi lain dari Masyarakat juga merupakan salah satu
satuan sosial, atau kesatuan hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society,
sedangkan masyarakat itu sendiri barasal dari bahasa Arab Syakara yang berarti
ikutserta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul yang
istilah ilmiahnya berinteraksi. Ada dua macam masyarakat, yaitu Masyarakat
Paguyuban dan Masyarakat Petambayan. Masyarakat Paguyuban terdapat hubungan
pribadi anatara angota-anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara
mereka. Kalau pada Masyarakat Petambayan terdapat
hubungan pamrih antara angota-anggotanya.
Definisi masyarakat
menurut para ahli:
a. Menurut
Selo Sumarjan(1974) Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang
menghasilkan kebudayaan.
b. Menurut
Koentjaraningrat(1994)Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu
dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.
c. Menurut
Ralph Linton(1968) Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan
bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam
kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial.
d. Menurut
Karl Marx, Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan
organisasi atau perkembangan akibat aadanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
e. Menurut
Emile Durkheim, Masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif pribadi-pribadi
yang merupakan anggotanya.
f. Menurut
Paul B. Horton& C. Hunt, Msyarakat merupakan kumpulan manusian yang relatif
mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu
wilayah tertentu serta melakukan kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia
tersebut.
Unsur-unsur
suatu masyarakat:
a. Harus
ada perkumpulan manusia dan harus banyak
b. Telah
bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah tertentu.
c. Adanya
aturan atau undang-undang yang mengatur masyarakat untuk menuju kepada
kepentingan dan tujuan bersama.
Faktor-faktor
yang mendorong manusia untuk hidup
a.
Hasrat sosial
Adalah
merupakan hasrat yang ada pada setiap individu untuk menghubungkan dirinya kepada
individu lain atau kelompok.
b.
Hasrat untuk mempertahankan diri
Adalah hasrat untuk mempertahankan diri
dari berbagai pengaruh luar yang mungkin datang kepadanya, sehingga individu
tersebut faktor-faktor yang mendorong manusia untuk hidup bermasyarakat perlu
bergabung dengan individu lain atau kelompok.
c. Hasrat
berjuang
Hasrat ini dapat kita lihat pada adanya
persaingan, keinginan membantah pendapat orang lain.
d. Hasrat
harga diri
Rasa harga diri merupakan hasrat pada
seseorang untuk menganggap atau bertindak atas dirinya lebih tinggi dari pada
orang lain, karena mereka ingin mendapat penghargaan yang selayaknya.
e. Hasrat meniru
Adalah
hasrat untuk menyatakan secara diam-diam atau terang-terangan sebagian dari
salah satu gejala atau tindakan.
f. Hasrat
bergaul
Hasrat
untuk bergabung dengan orang-orang tertentu, atau masyarakat tertentu dalam
suatu masyarakat.
g. Hasrat
untuk mendapatkan kebebasa
Hasrat
ini tampak jelas pada tindakan-tindakan manusia bila mendapat kekangan-kekangan
atau pembatas-pembatas
h. Hasrat
untuk memberitahukan
Hasrat
untuk menyampaikan perasaan kepada orang lain biasanya disampaikan dengan suara
atau isyarat.
i.
Hasrat simpati
Kesanggupan
untuk dengan langsung turut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Masyarakat merupakan gabungan dari
individu- individu, oleh karena
itu setiap individu harus bisa menjadi masyarakat yang modern, dalam arti
tanggap akan perubahan-perubahan zaman. Untuk lebih jelas modernisasi adalah
proses perubahan masyarakat dan kebudayaan dalam seluruh aspeknya, dari sistem
tradisional menuju ke sistem yang modern.
Faktor-faktor yang mempengaruhinya
antara lain:
·
Perkembangan ilmu
·
Perkembangan teknologi
·
Perkembangan industri
·
Perkembangan ekonomi
Social change adalah perubahan sosial
dalam pergaulan hidup manusia dan akibat-akibatnya terhadap pergaulan hidup
manusia itu sendiri. Inti dari social change adalah demi kemajuan anggota
anggota masyarakat yang bersangkutan dan realisasi perubahan-perubahan tersebut
memerlukan penyesuaian dan penguasaan anggota dalam pergaulan hidup, terhadap
keadaan yang baru itu.
Proses perubahan masyarakat dan
kebudayaan yang di kehendaki dan di rencanakan, biasanya dinamakan modernisasi.
Proses ini pada intinya berarti meningkatkan kemampuan dari masyarakat yang
bersangkutan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup:
·
Kebutuhan akan sandang
·
Keselamatan terhadap
harta benda dan jiwa
·
Kesempatan yang wajar
untuk dihargai
·
Mendapat kasih sayang
dari sesamanya
·
Kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan atau potensi
Modernisasi juga merupakan bentuk sari
perubahan sosial biasanya merupakan perubahan sosial yang terarah yang didasar
pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan ‘social planing’.
B.
ASAL MULANYA DITEMUKAN KESEHATAN MASYARAKAT
Cerita tentang Kesehatan masyarakat
tidak terlepas dari dua tokoh mitologi Yunani yaitu Asclepius dan Higeia.
Berdasarkan cerita Mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang
dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau
pendidikan apa yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat
mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur
tertentu dengan baik. Hegeia, seorang asistenya yang juga istrinya juga
telah melakukan upaya kesehatan. Bedanya antara Asclepius dengan Higeia dalam
pendekatan/penanganan masalah kesehatan adalah:
1.
Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan
penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang.
2.
Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam
pendekatan masalah kesehatan melalui “hidup seimbang”, seperti mengindari
makanan/minuman yang beracun, makan makanan yang bergizi (baik) cukup istirahat
dan melakukan olahraga. Apabila orang sudah jatuh sakit Higeia lebih
menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan
penyakitnya tersebut, anatara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan
makanan yang baik, daripada dengan pengobatan/pembedahan.
Dari
kedua tokoh itulah akhirnya muncul dan berkembang 2 ilmu kesehatan yang
berbeda, meskipun saling melengkapi:
·
Dari tokoh Asclepius berkembang ilmu kedokteran (pengobatan
dan pemulihan atau kuratif dan rehabilitatif)
·
Dari tokoh Hegiea berkembang ilmu kesehatan masyarakat
(pencegahan dan peningkatan atau preventif dan promotif )
C.
SEJARAH KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA
1.
Masa Pra Kemerdekaan.
Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia
dimulai sejak pemerintahan Belanda abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu
dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti
masyarakat pada waktu itu. Kolera masuk di Indonesia tahun 1927, dan tahun 1837
terjadi wabah kolera eltor di Indonesia, kemudian pada tahun 1948 cacar masuk
ke Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sehingga
berasal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu
melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Pada tahun 1807 Gubernur Jendral
Daendels melakukan pelatihan praktik persalinan pada para dukun bayi. Pada
tahun 1851 didirikan sekolah dokter Jawa di Batavia yaitu STOVIA. Tahun 1888 di
Bandung didirikan Pusat Laboratorium Kedokteran yang selanjutnya menjadi
Lembaga Eykman sekarang. Pada Tahun 1913 didirikan Sekolah Dokter Belanda yaitu
NIAS di Surabaya. Tahun 1922 terjadi wabah Pes, sehingga tahun 1933-1935
diadakan pemberantasan Pes dengan DDT dan vaksinasi massal.
Hasil penyelidikan Hydric, petugas kesehatan
pemerintah waktu itu, penyebab kesakitan dan kematian yang terjadi di Banyumas
adalah kondisi sanitasi, lingkungan dan perilaku penduduk yang sangat buruk. Hydric kemudian mengembangankan percontohan dan
propaganda kesehatan.
2.
Masa Era Kemerdekaan
a. Pra Reformasi
1)
Masa Orde Lama
Pada tahun 1951 konsep bandung Plan diperkenalkan
oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah, yaitu konsep pelayanan yang menggabungkan
antara pelayanan kuratif dan preventif. Tahun 1956 didirikanlah proyek Bekasi
oleh dr. Y. Sulianti di Lemah Abang, yaitu model pelayanan kesehatan pedesaan
dan pusat pelatihan tenaga. Kemudian didirikan Health Centre (HC) di 8 lokasi,
yaitu di Indrapura (Sumut), Bojong Loa (Jabar), Salaman (Jateng), Mojosari
(Jatim), Kesiman (Bali), Metro (Lampung), DIY dan Kalimatan Selatan. Pada
tanggal 12 November 1962 Presiden Soekarno mencanangkan program pemberantasan
malaria dan pada tanggal tersebut menjadi Hari Kesehatan Nasional (HKN).
2)
Masa Orde Baru.
Konsep Bandung Plan terus dikembangkan, tahun
1967 diadakan seminar konsep Puskesmas. Pada tahun 1968 konsep Puskesmas ditetapkan dalam Rapat Kerja
Kesehatan Nasional dengan disepakatinya bentuk Puskesmas yaitu Tipe A, B &
C. Kegiatan Puskesmas saat itu dikenal dengan istilah ’Basic’. Ada Basic 7,
Basic 13 Health Service yaitu : KIA, KB, Gizi Mas., Kesling, P3M, PKM, BP, PHN,
UKS, UHG, UKJ, Lab, Pencatatan dan Pelaporan. Pada tahun 1969, Tipe Puskesmas
menjadi A & B. Pada tahun 1977 Indonesia ikut menandatangi kesepakatan Visi
: ”Health For All By The Year 2000”, di Alma Ata, negara bekas Federasi Uni
Soviet, pengembangan dari konsep ” Primary Health Care”. Tahun 1979 Puskesmas
tidak ada pen’Tipe’an, dan dikembangkan piranti manajerial Perencanaan dan
penilaian Puskesmas yaitu ’ Micro Planning’ dan Stratifikasi Puskesmas. Pada
tahun 1984 dikembangkan Posyandu, yaitu pemngembangan dari pos penimbangan dan
karang gizi. Posyandu dengan 5 programnya yaitu, KIA, KB, Gizi, Penangulangan Diare dan Imunisasi dengan 5 Mejanya (Notoadmodjo, 2005). Pada
waktu-waktu selanjutnya Posyandu bukan saja untuk pelayanan Balita tetpai juga
untuk pelayanan ibu hamil. Bahkanpada waktu-waktu tertentu untuk promosi dan
distribusi Vit.A, Fe, Garam Yodium, dan suplemen gizi lainnya. Bahkan Posyandun saat ini juga menjadi andalah kegiatan
penggerakan masyarakat (mobilisasi sosial) seperti PIN, Campak, Vit A,
dsb.
b. Pra Reformasi
Waktu terus bergulir, tahun 1997 Indonesia
mengalami krisis ekonomi. Kemiskinan meningkat, kemampuan daya beli masyarakat
rendah, menyebabkan akses ke pelayanan kesehatan renda, kemudian dikembangkan
program kesehatan untuk masyarakat miskin yaitu, JPS-BK. Tahun 1998 Indonesia
mengalami reformasi berbagai bidang termasuk pemerintahan dan menjadi negara
dermokrasi. Tahun 2001 otonomi daerah mulai dilaksanakan, sehingga dilapangan
program-prorgam kesehatan bernunasa desentralisasi dan sebagai konsekuensi
negara demokrasi, program-program kesehatan juga banyak yang bernuasa ’politis’.
Tahun 2003 JPS-BK kemudian penjadi PKPS-BBM Bidang Kesehatan, tahun 2005
berubah lagi menjadi Askeskin. Pada saat itu juga dikembangkan Visi Indonesia
Sehat Tahun 2010 dengan Paradigma Sehat. Puskesmas dan Posyandu masih tetap
eksis, bahkan Posyandu menjadi andalan ujung tombak ’mobilisasai sosial’ bidang
kesehatan. Dalam era otonomi dan demokrasi menuntut akutanbilitas dan
kemitraan, sehingga berkembang LSM-LSM baik bidang kesehatan, maupun bukan
untuk menuntut akutanbilitas tersebut dalam berbagai bentuk partisipasi.
Sebagai ’partnersship’ LSM-LSM tersebut program kesehatan yang bertanggung
jawab adalah Promosi Kesehatan. Promosi Kesehatan harus menjadi ujung tombak
mewakili program kesehatan secara keseluruhan, baik sebagai pemasaran-sosial
Visi Indonesia Sehat 2010 untuk merubah paradigma (Paradigma Sehat)petugas kesehatan dan masyarakat. Tugas lain
promosi kesehatan melakukan advokasi, komunikasi kesehatan
dan mobilisasi sosial, baik kepada pihak legislatif,
eksekutif maupun masyarakat itu sendiri. Terutama melalui kemitraan dengan
LSM-LSM tersebut. Dengan kata lain pada era otonomi/desentralisasi saat ini
sektor kesehatan harus diperjuangkan juga secara politik karena sebenarnya saat
ini bidang kesehatan disebut juga sebagai era ’Political Health’, maka peranan
promosi kesehatan sangat menonjol dalam ikut mengakomodasi upaya tersebut
dengan berbagai strategi.
Secara universal perkembangan Kesehatan Masyarakat dibagi menjadi 5 era,
dengan dasar pembagian 5 unsur, yaitu unsur jangkuan dengan filosofi yang
dianut dengan titik berat pelayanan, unsur penyelnggaraan pendidikan dan
penelitian pengembangan, seperti pada Tabel 1.1 berikut dibawah ini.
Tabel 1.1 : Era Perkembangan Kesehatan Masyarakat
Unsur
Pengembangan
|
Empirical
Health Era
< 1850
|
Basic Science Era
(1850-1900)
|
Clinical Science Era (1900-1950)
|
Public Health Science Era
(1950-1900)
|
Titik Berat Pelayanan
|
Gejala-Gejala Penyakit
|
Bakteri & Penyakit
|
Pasien (Penderita)
|
Masyarakat/ penduduk
|
Cara Penyelanggaraan
Pendidikan
|
Mengikuti petunjuk secara
mutlak dari pengajar
|
Diagnosa Laboratorium
|
Polikinilk/ Balai
Pengobatan sebagai tempat praktik
|
Kelinik & balai Kesehatan
Masyarakat dan masyakrakjat sebagai tempat praktik
|
Penelitian dan
Pengembangan
|
Pengalaman Empiris
(historical)
|
Pengembangan Laboratorium
|
Pengembangan Iptek
Kedokteran
|
Pengembangan masyarakat
dan dengan pengembangan tolok ukur dan kreteria-kreteria
|
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masyarakat adalah
sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap
dan mempunyai kepentingan yang sama. Seperti; sekolah, keluarga, perkumpulan,
Negara semua adalah Masyarakat.
Kesehatan
masyarakat mengacu pada status kesehatan sebuah kelompok orang tertentu dan
tindakan serta pemerintah untuk meningkatkan, melindungi dan mempertahankan
kesehatan mereka.Sejarah kesehatan masyarakat di Indonesia :
1. Masa pra kemerdekaan
2. Masa era kemerdekaan
3. Pra reformasi
4. Masa orde lama
5. Masa orde baru
DAFTAR
PUSTAKA
Elmi, Bachrul. 2002. Keuangan pemerintah Daerah otonom di
Indonesia. Jakarta: UI-Press.
Utami, Sri Tjahyani Budi, 2003. Modul Mata Pencemaran Udara dan Kesehatan.
Depok: FKM-UI.
Yanuarta, Hendra. 2002. Skripsi: Kesiapan Pembiayaan Kesehatan di
Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Barat pada Pelaksanaan Otonomi Daerah.
Depok: FKM-UI (S. 2562).
Yurisca, Ariend. 2002. Skripsi: Pola Pembiayaan Kesehatan OKI Jakarta
Setelah Otonomi Daerah. Depok: FKM-UI (S. 2586).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar