MAKALAH KEWARGANEGARAAN
SISTEM PERTAHANAN DAN KEAMANAN NASIONAL
( SISTEM HANKAMNAS )
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. WAHYUNI USMAN NIM
: 1613201010
2. DEDELLA GUSVIANDA NIM
: 1613201002
3. APRIWANZAHRI NIM
: 1613201001
DOSEN
PEMBIMBING : Drs. Zakaria Yahya,M.Pd
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PAHLAWAN TAMBUSAI
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, dapat
menyusun makalah berjudul “SISTEM HAMKAMNAS” dengan baik dan lancar.
Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas Mata Kuliah “KEWARGANEGARAAN”. Materi ini merupakan materi yang telah
ditetapkan dalam kurikulum perkuliahan bagi mahasiswa semester I STIKES TUANKU
TAMBUSAI RIAU.
Penyusunan makalah ini juga
berkaitan dengan materi-materi pengantar IKM yang lain dalam semester I ini yang
sangat bermanfaat bagi mahasiswa terutama sebagai referensi penyusunan Skripsi
di akhir semester.
Tiada gading yang tak retak,
demikian pula dengan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu
penulis membuka saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian semoga bermanfaat.
Bangkinang, Desember 2016
penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG....................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................... 4
C. TUJUAN PENULISAN..................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A.
Sejarah perjuangan hankamnas............................................................. 5
B.
Perkembangan siskamhamrata.............................................................. 9
C.
Pola penggunaan kekuatan hamkamrata............................................. 12
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN................................................................................. 14
B. SARAN.............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 16
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bela Negara adalah tekat,
sikap, semangat, serta tindakan warga Negara dalam upaya menjaga, memelihara,
serta mempertahankan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara. Tekat upaya yang
tidak hanya terbatas dalam wujud perjuangan senjata dan berperang melawan
ketidakadilan, melainkan mencakup semua wujud gagasan, sikap serta perbuatan
untuk mempertahankan keamanan melalui bidang masing-masing dalam kehidupan
berbangasa dan Negara dalam mencapai tujuan nasional yaitu mensejahterakan
rakyat semesta tanpa harus memilah dan membedakan setiap tingkatan dalam bernegara.
Yang menjadi latar belakang
dalam judul makalah “Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (SISHANKAMRATA)”
ialah untuk mengetahui bagaimana suatu Negara mempertahankan keamanan rakyat
semestanya, karena kita ketahui system keamanan Negara kita saat ini sangat
jauh dari kenyataan dan harapan rakyat semesta, seperti banyaknya terjadi
ketimpangan-ketimpangan baik di dalam atau pun di luar aparatur Negara kita.
Banyak yang tidak bertindak sesuai fungsinya masing-masing, yang seharusnya
dipertahankan dan diamankan malah dibebaskan dan dibiarkan merajarela dan
memporak-porandakan rakyat jelata yang tidak berdosa.
Inilah yang membuat penulis
menjadikan latar belakang dari pada judul makalah yang akan dibahas lebih
mendasar mengenai “HANKAMRATA”.
Demikianlah yang menjadi
latar belakang makalah ini untuk lebih sempurnanya diharapkan juga bagi para
pembaca memberikan sumbangsih pemikiran agar kedepannya makalah ini bisa
mencapai kesempurnaan.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah sejarah perjuangan hamkamnas
?
2.
Bagaimana perkembangan siskamhamrata
3.
Bagaimanakah pola penggunaan kekuaatan
hamnkamrata ?
C.
TUJUAN
PENULISAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah :
1. Mengetahui dan memahami sejarah
perjuangan hamkamnas
2. Mengetahui dan memahami perkembangan
siskamhamrata
3. Mengetahui dan memahami pola
penggunaan kekuatan hamkamrata
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH
PERJUANGAN HANKAMNAS
1. SEJARAH
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
Setelah tanggal 17
Agustus 1945, perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk mewujudkan
suatu kemerdekaan yang sempurna belum sepenuhnya berakhir. Hal ini disebabkan
juga karena pada saat ini Belanda belum mau mengakui kemerdekaan Indonesia,
mereka masih mengklaim bahwa Indonesia merupakan wi;ahay kerajaan Belanda.
Dari sinilah berbagai
macam perjuangan bersenjata dilakukan oleh para tokoh bangsa ini demi keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kondisi tentunya menjadikan sebuah sejarah tersendiri
bagi perkembangan bangsa Indonesia.
Belanda merupakan salah
satu negara yang mengisi sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut
kemerdekaan. Sejarah yang dibuat oleh Belanda karena menjajah negara ini tentunya
dapat kita rasakan saat ini. Dahulu kala para penjajah belanda telah membuat
kemarahan hampir seluruh rakyat Indonesia yang tidak mau terjadi sejarah yang
sama yaitu penjajahan kembali oleh Belanda.
Kemarahan itu
diwujudkan juga dalam bentuk – bentuk perlawanan bersenjata. Di berbagai tempat
di Indonesia terjadi kontak senjata antara rakyat Indonesia dan tentara belanda
yang memboncengi tentara sekutu. Di Bandung, Ambarawa, Surabaya serta di
beberapa tempat di Sumatera, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi terjadi pertempuran
dahsyat yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.
2. SEJARAH
PERJUANGAN BERSENJATA DI BANDUNG
Berita penyerahan
Jepang kepada sekutu dan proklamasi kemerdekaan telah beberapa minggu diketahui
rakyat Bandung. Para pejuang dan lascar di daerah Bandung berinisiatif melucuti
dan mengambil senjata dari gudang – gudang milik Jepang secara damai.
Pertempuran yang tidak
seimbang ini memaksa para pejuang dan lascar mengundurkan diri dari pertempuran
langsung. Untuk menghindari konflik langsung antara pasukan sekutu dan para
pejuang, sekutu mengusulkan kepada pemerintah RI agar Bandung dibagi dua
wilayah, yaitu jalur kereta api disebelah Utara sebagai wilayah sekutu dan
jalur kereta api di sebelah selatan sebagai wilayah RI.
Kesepakatan ini memaksa
para pejuang meninggalkan Bandung Utara pada tanggal 24 November 1945dengan
berat hati. Sambil hijrah keselatan, para pejuang membumihanguskan Bandung
Utara. Sejarah inilah yang hingga saat ini membuat Bandung sebagai kota lautan
api.
3. SEJARAH
PERJUANGAN BERSENJATA DI AMBARAWA
Pertempuran di
Ambarawaterjadi antara pemuda Indonesia melawan sekutu. Latar belakang
peristiwa ini dimulai ketika pasukan sekutu yang diboncengi NICA berusaha
membebaskan orang – orang Belanda yang ditahan Jepang. Setelah bebas, para tawanan
kemudian dipersenjatai.
Kejadian ini juga
terjadi di Magelang dan Ambarawa. Insiden baru berakhir ketika presiden
Soekarno mengadakan perundingan dengan Jendral Bethell. Namun hasil perundingan
ternyata dilanggar oleh pihak sekutu. Insiden pun meluas menjadi pertempuran
antara TKR melawan sekutu. Akhirnya, pada tanggal 21 November 1945, pasukan
sekutu berhasil dipukul mundur dan bertahan di Semarang.
4. SEJARAH
PERJUANGAN BERSENJATA DI SURABAYA
Pertempuran Surabaya
berawal dari mendaratnya pasukan sekutu yang diboncengi pasukan Belanda pada
akhir Oktober 1945. Melalui perundingan dengan tokoh – tokoh masyarakat
Surabaya dan melucuti tentara Jepang.
Namun pada malam hari
tanggal 26 Oktober 1945, sekutu menyerang penjara kalisosok. Tentara sekutu
membebaskan colonel Huiyer, seorang perwira Belanda beserta tentara Belanda
lainnyayang ditawan RI. Bahkan keesokan harinya sekutu menyebarkan pamphlet
yang berisi perintah agar rakyat Surabaya menyerahkan senjata yang dirampas
dari Jepang.
Atas tindakan sekutu
rakyat Surabaya melakukan serangan umum terhadap kedudukan sekutu di Surabaya.
Pertempuran baru berakhir setelah presiden soekarno yang datang atas permintaan
sekutu dapat meyakinkan rakyat Surabaya bahwa sekutu datang hanya berlangsung
sebentar sebab ternyata pasukan sekutu terus memperkuat diri.
Karena tidak ada
tanggapan maka sekutu menggempur Surabaya. Pertempuran Surabaya yang melibatkan
hampir seluruh penduduk Surabaya out berlangsung selama tiga minggu. Akhirnya,
ribuan korban meninggal, luka – luka, dan gelombang pengungsi ke luar kota. Sejarah
ini pula yang menyebabkan kota Surabaya disebut sebagai kota pahlawan.
5. SEJARAH
PERJUANGAN BERSENJATA DI SUMATERA
Perang kemerdekaan terjadi
di hampir seluruh Sumatera antara tahun 1945-1946. Salah satu perang yang
mengguncang sekutu adalah pertempuran Medan ( Medan Area). Pertempuran ini
bermula ketika para pejuang mulai merebut persenjataan Jepang yang seharusnya
diserahkan kepada sekutu.
Rakyat medan menolaknya
sehingga terjadi bentrokan keduanya. Sekutu kemudian membuat batasan kekuasaan
secara sepihak. Dengan tekad mempertahankan kota medan mereka membubuhkan tanda
tangan pada secarik kerta sebagai tanda setuju melakukan pertahanan dan
berikrar bersama. Selain di medan pertempuran terjadi di Aceh, Padang dan
Bukittinggi.
Di Aceh, sekutu mengarahkan pasukan –
pasukan jepang untuk menghadapi para pejuang. Terjadilah pertempuran yang
dikenal peristiwa Krueng Panjo/Bireun. Para pejuang Aceh dipimpin oleh Residen
Aceh, yakni Teuku Nyak Arief.
6. SEJARAH
PERJUANGAN BERSENJATA DI BALI
Tidak lama setelah
mendengar berita proklamasi kemerdekaan, rakyat Bali dikejutkan dengan
kedatangan sekutu. Sekutu datang dengan diboncengi pasukan Belanda. Situasi pun
semakin buruk setelah belanda ingin membentuk Indonesia Timur.
Kemudian sekutu
melakukan gempuran secara besar – besaran dengan menggunakan pesawat tempur.
Pemimpin pasukan Letkol I Gusti Ngurah Rai memerintahkan para pejuang untuk
mengadakan perang puputan yang artinya secara habis- habisan. Letkol I Ngurah
Rai akhirnya gugur bersama dengan anak buahnya.
7. SEJARAH
PERJUANGAN BERSENJATA DI KALIMANTAN
Perjuangan bersenjata di
Kalimantan dilaksanakan dengan bantuan personel dari Jawa. Sejak bulan
November1945 – februari 1946 dikirim beberapa pasukan personel dari Jakarta,
Tegal, Panarukan, dan Pekalongan. Pasukan tersebut dikirim ke kota – kota di
Kalimantan. Pasukan tersebut bertugas membantu lascar pejuang setempat
menegakan kekuasaan RI.
Namun keberadaannya
diketahui oleh sekutu sehingga banyak yang gagal. Sebagian para pejuangnya
merupakan para pemuda yang belajar di Jawa. Dari semua pejuang itu hanya
sedikit personel yang berhasil bergabung dengan pejuang setempat dan melakukan
perlawanan terhadap sekutu.
8.
SEJARAH PERJUANGAN BERSENJATA DI
SULAWESI
Dr.Sam Ratulangi ditunjuk oleh pemerintah
pusat sebagai Gubernur Sulawesi dnegan tugas pokok menegakan kekuasaan RI di
wilayah Sulawesi. Sam Ratulangu ditangkap sekutu sebelum ia berhasil menghimpun
segenap kekuatan rakyat Sulawesi. Penangkapannya memicu kemarahan lascar
pejuang.
Dibawah pimpinan Ranggong Daeng
Romo, Makaraeng Daeng Djarung dan Robert Wolter Monginsidi, mereka berjuang
mengusir pasukan sekutu. Dalam pertempuran dahsyat Ranggong Daeng Romo gugur,
28 Februari 1947. Sementara itu Wolter mangonsidi ditangkap oleh Belanda dan
dihukum mati. Kematiannya tidak menurutkan semangat perjuangan rakyat.
Mereka terus melakukan perlawanan
gerilya. Dengan dimpimpin oleh Mayor Andi Matalata, rakyat secara terus
melakukan perlawanan gerilya. Ganngguan yang dilancarkan secara terus menerus oleh
rakyat sengat merepotkan belanda sehingga dibawah pimpinan kapten Raymond
Westerling, melakukan pembersihan dengan cara membunuh rakyat Sulawesi Selatan
yang dicurigai mendukung laskar.
B.
PERKEMBANGAN
SISKAMHAMRATA
Keberadaan doktrin pertahanan
siskamhamrata merupakan bagian dari undang – undang (UU) Nomor 20 tahun 1982,
kemudian panitia Ad-Hoc I badan pekerja (BP) majelis permusyawaratan Rakyat
(MPR) telah menyepakati untuk memasukkan doktrin ini dalam pasal 30 pada proses
amandemen Undang – Undang Dasar (UUD) 1945. Dengan demikian keberadaan doktrin
pertahanan tersebut menjadi semakin tinggi dalam sistem perundang – undangan
Indonesia.
Secara constitutional jelaslah
bahwa sistem pemerintahan yang akan dianut Indonesia adalah menghargai civilian
supremacy dalam hubungan sipil – militer. Militer hanya memainkan peran
professional untuk menghadapi ancaman yang bersifat militer dan berasal dari
luar. Keputusan mengenai penggunaan kekuatan militer berada di tangan
kepemimpinan sipil. TNI bukan merupakan institusi politik, dan fungsi TNI pun
dapat dibedakan secara tegas antara keadaan negara dalam perang atau damai, meskipun
hal ini dapat pula menimbulkan persoalan apabilasecara hitam putih diterapkan pada
sebuah masyarakat yang menghadapi ancaman yang kompleks, baik eksternal maupun
internal, sehingga pemaknaan objective civilian control adalah minimalisasi intervensi
militer dalam politik dan sebaliknya juga minimalisasi intervensi politik
kedalam tubuh militer.
Doktrin sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta (sishamkamrata), menempatkan keberadaan masyarakat
dalam konteks kesiapan menghadapi ancaman fisik dari luar Indonesia. Orientasi war
readiness ini terasa kental sekali dalam doktrinsitem pertahanan dan keamanan,
sebagai sebuah corak yang jelas dari pemikiran kaum realis. Hal ini merupakan hal
yang bisa dipahami jika melihat pengalaman perang yang dialami Indonesia. Mendorong
actor militer untuk menimbulkan suatu wacana melibatkan masyarakat sipil dalam
menghadapi peperangan memperkuat posisi dan peran angkatan bersenjata.
Wacana ini berusaha untuk membentuk
pemahaman bahwa TNI merupakan suatu identitas yang lahir dengan sendirinya dan
memiliki kemanunggalan dengan rakyat. Sejarah pergerakan dan perjuangan untuk
kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia menunjukkan proses
pembentukan unsur kemiliteran yang berangkat dari milisi sipil.
Keberadaan sishankamrata sebagai
sistem pertahanan negara, telah menempatkan posisi keamanan negara lebih tinggi
dari keamanan individu warga negara. Melihat keamanan dalam konteks negara ini
telah mendistorsi pengertian keamanan itu sendiri yang berarti membebaskan
orang – orang baik sebagai individu maupun kelompok dari ancaman sosial, ekonomi
, politik maupun hambatan – hambatan lain yang menghalanginya dari segala
tindakan yang diinginkannya.
Wacana ini berpengaruh besar
terhadap pembentukan strategi pertahanan negara, yaitu actor militer selalu
melibatkan pasrtisipasi rakyat dalam perumusan strategi pertahanan negara. Ini
terlihat jelas dari pasal 4 ayat 1 , UU No 20/1982 tentang ketentuan –
ketentuan pokok pertahanan keamanan Negara Republik yang menyatakan bahwa
“hakikat pertahanan keamanan negara adalah perlawanan rakyat semesta….”
Operasionalisasi dari perlawanan dari rakyat semesta tersebut dilaksanakan
dengan sistem pertahanan keamanan rakyat semesta (sishankamrata) (pasal 4 ayat
1 UU no 20/1982).
Doktrin sishankamrata ini
menempatkan rakyat sebagai “sumber kekuatan bangsa yang menjadi kekuatan dasar
upaya pertahanan negara” (pasal 2 UU No 20/1982). Upaya upaya pertahanan ini
memiliki komponen perlawanan rakyat semesta yang diwujudkan dengan
“mempersenjatai rakyat secara psikis dengan ideologi pancasila dan secara fisik
dengan keterampilan bela negara yang diselenggarakan oleh pemerintah” (pasal 9
UU No 20/1982)
Walaupun UU no. 20 tahun 1982
tentang ketentuan – ketentuan pokok pertahanan keamanan negara republik
Indonesia telah mengalami perubahan mengikuti perkembangan zaman , akan tetapi
keberadaan doktrin sishankamrata tetap dipertahankan sebagai inti dari
perlawanan yang melibatkan seluruh warga negara Indonesia ( pasal 1 ayat 2 No.
3 tahun 2002). Dan sifat keterlibatan warga negara dalam pertahanan negara
adalah han dannkewajiban untuk turut serta (pasal 9 ayat 1 UU no 3 tahun 2002).
C.
POLA
PENGGUNAAN KEKUATAN HAMKAMRATA
1.
Pola Operasi Pertahanan, bertujuan untuk
menggaglkan serangan dan acaman dari kekuatan perang musuh,dengan jenis-jenis
perlawanan rakyat dan pertahanan sipil merupakan unsur yang penting dalam
kekuatan perang dengan angkatan bersenjata sebagai intinya.
Tahap-tahap
operasi pertahanan:
a.
tahap operasi defensif strategis digunakan
apabila
perbandingan kekuatan perang antar musuh
dengan kita.sehinga tidak memungkinkan bagi kita melakukan operasai ofensif
strategis yang diselengarakan berlandaskan:
1.
keharusan untuk menjamin kemerdekaan dan
kedaulatan Negara RI.
2.
Tujuan untuk menjamin terselenggaranya garis-
garis komunikasi antar pulau.
b.
Tahap operasi ofensif strategi beertujuan
untuk menghancurkan kekuatan perang musuh atau memaksanya menyerah baik
dalam bentuk ofensif awal atau ofensif balas.Operasi efensif strategis
digunaksuhan apabila perbandingan antara kekuatan perang musuh dangan kita
adalah sedemikian rupa,sehingga meenguntungkan kita.
2. Pola opeerasi keamanan dalam negeri.
Pola opersi keamanan dalam negeri,ialah
kerangka tetap dalam mengunakan segala unsure kekuatan yang berfungsi sebagai
alat untuk memelihara atau mengembalikan kekuasaan pemerintah Negara RI
terhadap subversi dan pemberontakan dalam negeri.
a.
Tujuan:memelihara atau mengembalikan kekuatan
pemerintah RI .
b.
Sifat:melakukan perbaikan serasi atau merata
terhadap daerah yang teerganggu keamanan atau kestabilannya.
3.
Pola operasi intelijen strategis
Operasi intelijen strategis adalah semua
oprasi untuk menjalankan kegiatan intelijen,dan perang urat syaraf di
tingkat strategis.tujuan intelijensi yaitu:
a.
Memperoleh informasi yang di perlukan untuk
pelaksanaan strategi nasional pada umumnya dan operasi hankamnas pada
khususnya.
b.
Menghancurkan sumber yang mengancam keamanan
dalam kawasan wilayah musuh.
c.
Mengadakan perang urat saraf dan kegiatan
tertutup lainnya untuk mewujudkan kondisi strategis yang menguntungkan.
d.
Sifat operasi intelejensi strategis yaitu
menyesuaikan dengan keadaan politik nasional, dilakukan diluar wilayah
nasional, dan pada dasarnya bersifat tertutup yang disesuaikan dengan ruang dan
waktu.
4.
Pola Operasi Kerja Sama Pertahanan Keamanan
Asia Tenggara
Pola operasi kerja sama Pertahanan Keamanan
Asia Tenggara merupakan salah satu pola utama sishankamrata. Agar dalam
melaksanakan pembangunan dapat berhasil dengan baik, diperlukan adanya
stabilitas dan perdamaian, yang berarti bahwa kekacoan dan gangguan keamanan
harus dicegah.
Kerja sama hankam adalah usaha bersama dalam
menghadapi kemungkinan gangguan seperti (keamanan, stabilitas nasional, dan
perdamaian). Kerjasama hankam justru melihat kedalam untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan yang terjadi dikawasan tersebut. Kerjasama ini ingin
menciptakan suatu kawasan yang damai dan bebas dari pengaruh Negara-negara
lain.Bentuk-bentuk kerja sama ini dapat berupa tindakan-tindakan bersama
mengenai bagaimana mewujudkan daerah damai.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sistem pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta
(Sishankamrata) adalah suatu system pertahanan dan keamanan yang komponenya
terdiri dari seluruh potensi, kemampuan dan kekuatan nasional untuk mewujudkan
kemampuan dalam upaya pertahanan dan keamanan Negara dalam pencapaian tujuan.
Sishankamrata bersifat semesta dalam konsep,
semesta dalam ruang lingkup dan semesta dalam pelaksanaannya. Komponen
kekuatannya terdiri dari :
a.
Komponen dasar yaitu rakyat terlatih
b.
Komponen utama yaitu ABRI dan cadangan TNI
c.
Komponen Perlindungan Masyarakat (Linmas)
d.
Komponen pendukung yaitu sumber daya dan perasaan nasional.
Pengalaman
penyelenggaraan hankam menghasilkan berbagai doktrin terhadap pertahanan dan
keamanan yaitu doktrin prang griliya rakyat semesta, doktrin perang wilayah,
doktrin perang rakyat semesta dan doktrin pertahanan dan keamanan rakyat
semesta.
Sasaran
operasi hankamnas yaitu mencegah dan menghancurkan serangan terbuka, menjamin
penguasaan dan pembinaan wilayah nasional RI dan ikut serta memilahara
kemampuan hankam Asia Tenggara bebas dari campurtangan asing.
Pola
operasi hankamrata yaitu operasi pertahanan, operasi keamanan dalam negeri,
operasi intelijen strategis an pola operasi kerja sama pertahanan dan keamanan
Asia Tenggara. Pola operasi pertahanan bertujuan bertujuan untuk menggagalkan
serangan dan ancaman nyata dari kekuatan perang musuh. Pola operasi keamanan
dalam negeri bertujuan untuk memelihara atau mengembalikan kekuatan
pemerintah/Negara RI paa salah satu atau beberapa daerah (bagian wilayah)
Negara yang terganggu keamanannya.
Pola
operasi intelijen strategis bertujuan untuk memperoleh informasi yang
diperlukan dalam pelaksanaan strategis nasional dan oprerasi-operasi Hankam,
menghancurkan sumber-sumber infiltrasi, subversi dan spionase yang terdapat di
wilayah musuh dan mengadakan perang urat saraf dan kegiatan-kegiatan tertutup
lainnya untuk mewujudkan kondisi strategis yang menguntungkan.
Pola
operasi kerja sama yaitu usaha bersama kemungkinan gangguan keamanan stabilitas
nasional dan perdamaian khususnya di Asia Tenggara.
B.
Saran
Harapan
terbesar kepada pemerintah, agar dalam mempertahankan keamanan dapat
berupaya semaksimal mungkin untuk mengoptimalkan aparatur-aparatur demi
kedamaian dan keamanan dari pihak musuh dan bagi wilayah-wilayah yang terganggu
keamannya, dijadikan sebagai kebijaksanaan nasional dalam menentukan
cita-cita,tujuan, dalam pembangunan daerah maupun Negara.
Dengan
demikian apa yang dicita-citakan Negara tercinta ini bisa terwujud. Dan untuk
para generasi penerus janganlah enggan untuk mempelajarai tentang apa dan
bagaimana tentang pertahanan dan keamanan rakyat semesta agar membuka wawasan
untuk membangun Negara yang menjadi kebanggaan bersama.
DAFTAR
PUSTAKA
Lemhannas. 1995. Kewiraan
untuk Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sumarsono. 2002. Pendidikan
Kewarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Amin, Ittihad Zainul. 1998. Pendidikan kewiraan. Jakarta: Universitas Terbuka. Hlm. (Anggraeni.
hlm. 5.9, 5.14.)
Pusposueardjo. 2001. Kapita Selekta Pendidikan
Kewarganegaraan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi – Departemen
Pendidikan Nasional. (Patrecia Prima Novitasari. Hlm. 94, 111-125)
Kansil, C.S.T., Christine., dkk. 2005. Pendidikan
Kewarganegaraan & Perguruan Tinggi. Jakarta : PT. Pradnya Paramitha. (Diky
Aprianto. Hlm. 143-145)
............ 1980. Ilmu Kewiraan. Malang: Lembaga Penerbitan
– Universitas Brawijaya. (Hilda Susanti. Hlm. 131-132)
Budiardjo, miriam. 2002. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta :
PT. Gramedia pustaka utama. (Nur Avita M. A. Hlm 173, 208, 222)
Dewantara, Ki Hajar. 1994. Karya Ki Hajar Dewantara.
Yogyakarta: Percetakan Offset Tamansiswa. (Rima Wulandari. 9-10)
Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan. 2011.
Pendidikan Kewarganegaraan Paradigma Terbaru Untuk Mahasiswa. Bandung: Alfabet.
(Arif Syahputra. Hlm. 86-87, 197-198)
Karsono, Dedi. 1999. Kewiraan (Tujuan Strategis dalam
Berbangsa dan Bernegara). Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. (Yudha
Arianto. Hlm. 211-213)
Darmadi, Hamid. 2010. Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan.
Bandung: Alfabeta. Hlm. (Putri Khodijatun Ni’mah. 322-326, 350-356)
Winarno. 2009. Kewarganegaraan Indonesia dari sosiologis
menuju yuridis. Bandung: alfabeta. (Febri Bagus Kurniawan. Hlm. 1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar